Bola.com, Jakarta - Persaingan sepak bola profesional amat kejam. Seorang pesepak bola selalu dituntut konsisten tampil di lapangan untuk menjaga kelangengan kontraknya di klub. Bisa dihitung dengan jari pesepak bola yang bisa berkarier panjang, tetap eksis bersaing di percaturan elite ketika usianya mulai melewati 30 tahun.
Di negara-negara Eropa situasinya agak mendingan. Di mana seorang pemain dikontrak dengan durasi cukup panjang kisaran dua hingga lima tahun. Di Indonesia situasinya tidak demikian.
Baca Juga
Setiap pesepak bola rata-rata hanya dikontrak selama setahun saja. Untuk bisa mendapatkan perpanjangan kontrak seorang pemain kudu menunjukkan performa terbaik di lapangan. Jika tidak bisa, konsekuensi logisnya mereka terbuang.
Syukur-syukur bisa mendapat kontrak dari klub lain di persaingan kompetisi kasta elite. Jika tidak bisa, mereka harus siap berlaga di kompetisi kelas bawah, tentu dengan kontrak rendah plus persaingan yang kurang gregetnya.
Cristian Gonzales, layak disebut fenomenal di dunia sepak bola Indonesia. Striker yang menyumbang lima gol saat Arema FC mengalahkan Semen Padang 5-3 di semifinal leg kedua Piala Presiden 2017 menunjukkan kelasnya sebagai pemain elite di usia yang sudah memasuki 40 tahun.
Pemain naturalisasi berdarah Uruguay tersebut memulai karier profesional di klub Sud America pada 1995. Ia memulai petualangan di Indonesia pada musim 2003 dengan membela PSM Makassar. Semenjak itu ia kerap berganti-ganti klub. Kesemuanya klub-klub papan atas.
Di setiap klub yang dibelanya, Gonzales selalu unjuk ketajaman. Ia tercatat jadi top scorer kompetisi kasta tertinggi Tanah Air sebanyak lima kali, yakni pada musim 2003-2004 (27 gol), 2005-2006 (30 gol), 2006-2007 (32 gol), 2007-2008 (26 gol), dan 2008-2009 (28 gol).
Kini di Piala Presiden 2017, untuk sementara Cristian Gonzales menjadi pencetak gol terbanyak sementara dengan torehan lima gol. Bomber kelahiran Montevideo, 30 Agustus 1976 itu punya peluang menambah pundi-pundi gol saat timnya Arema FC bersua Pusamania Borneo FC di Stadion Pakansari, Cibinong, Minggu (12/3/2017).
Selain Cristian Gonzales ada lagi sejumlah pemain yang berkarier panjang di persaingan atas Liga Indonesia. Mereka pada musim 2017 masih akan meramaikan persaingan elite Liga 1. Siapa-siapa saja mereka?
Bambang Pamungkas
2. Bambang Pamungkas (37 tahun)
Pecinta sepak bola Tanah Air pastinya akrab mengenal sosok Bambang Pamungkas. Striker yang akrab disapa Bepe ini merupakan salah satu penyerang legendaris negeri ini. Rekor golnya bagi Timnas Indonesia hingga kini masih belum terpecahkan.
Memulai debut pada 2 Juli 1999 melawan Timnas Lithuania, hingga saat ini berusia 36 tahun ini telah mempersembahkan 37 gol bagi Tim Merah-Putih.
Di usianya yang gaek Bambang Pamungkas masih masuk daftar barisan pemain yang dipertahankan Persija Jakarta musim ini.
Ketajaman Bepe tidak lagi sedasyat beberapa musim silam, namun manajemen Macan Kemayoran beranggapan kehadiran sang pemain masih dirasa perlu untuk membimbing pemain muda.
Bambang yang kharismatik diyakini bisa memompa semangat juang para pemain belia Persija. Ia sosok panutan dan masuk kategori pesepak bola legendaris di tim ibu kota.
Bambang satu-satunya pemain yang membawa Persija juara Liga Indonesia 2011 yang tersisa saat ini. Saat jayanya pemain kelahiran Getas, Semarang, 10 Juni 1980 itu mencatatkan diri sebagai pencetak gol terbanyak kompetisi kasta tertinggi musim 1999-2000.
Ismed Sofyan
2. Ismed Sofyan (37 tahun)
Loyalitas Ismed Sofyan pada Persija patut disaluti. Semenjak musim 2002 ia tidak pernah berganti klub.
Bek sayap kanan kelahiran Manyak Payed, Aceh Tamiang, 28 Agustus 1979 tersebut sama sekali tidak tergoda untuk pindah klub sekalipun Macan Kemayoran sempat mengalami masa-masa sulit pada musim 2011-2014.
Di Persija posisi Ismed di jantung pertahanan bisa dibilang tak tergantikan. Ia selalu menjadi pilihan utama, siapa pun yang menjadi pelatih Persija.
Walau usianya sudah menua, Ismed masih belum kehilangan kemampuan melakukan tembakan jarak jauh serta umpan silang akurat, yang menjadi kelebihannya selama ini.
Pemain yang di awal kariernya berposisi sebagai striker mengaku belum berniat pensiun.
Pelatih Persija, Stefano Cugurra Teco, menyebut belum ada pemain lain yang bisa menggantikan posisi Ismed Sofyan sebagai bek sayap kanan. Mempertegas kalau posisi sang pemain amat sentral di tim ibu kota.
Ponaryo Astaman
3. Ponaryo Astaman (37 tahun)
Mantan kapten Timnas Indonesia pada tahun 2004-2008, Ponaryo Astaman enam tahun terakhir tidak lagi membela Tim Merah-Putih. Namun, pemain kelahiran Balikpapan, 25 September 1979 masih jadi gulali rebutan klub-klub elite Tanah Air.
Saat ini Ponaryo berkostum Pusamania Borneo FC (PBFC). Di usia 37 tahun, gelandang jangkar yang bakatnya mulai tercium kala memperkuat PKT Bontang pada musim 2002 tersebut penampilannya tetap trengginas.
Gaya bermain Ponaryo mengingatkan publik pada sosok gelandang box to box top asal Inggris, Frank Lampard dan Steve Gerrard.
Ia kuat saat menyerang atau bertahan. Daya jelajahnya masih tinggi walau telah dimakan umur. Ponaryo sendiri sejatinya mengaku belum berniat pensiun dari Timnas Indonesia. Jika dipanggil ia masih bersedia membela negara.
Firman Utina
4. Firman Utina (35 tahun)
Perannya tak tergantikan sebagai jenderal lapangan tengah di Timnas Indonesia sejak tahun 2004. Kemampuan Firman Utina menjaga konsistensi sebagai pengatur tempo permainan di lapangan tengah membuat gelandang berusia 35 tahun itu menjadi langganan Tim Merah-Putih sejak 2004.
Ia hampir tidak pernah absen di ajang Piala AFF (2004, 2007, 2008, 2010, 2014). Pada turnamen sepak bola elite ASEAN edisi 2012 sebenarnya namanya dipanggil ke Tim Garuda, hanya karena konflik dualisme kompetisi ia absen.
Namun, namanya di Piala AFF 2016 tak lagi menghiasi daftar skuad timnas. Pelatih Tim Merah-Putih, Alfred Riedl lebih fokus untuk memanggil pemain-pemain belia demi kepentingan regenerasi.
Walaupun tak lagi muda, peran Firman di klub barunya Bhayangkara FC masih besar. Ia jadi playmaker utama klub milik Polri yang dihuni banyak pemain belia. Umpan-umpan terukurnya masih amat memanjakan penyerang-penyerang Bhayangkara FC.
Di jantung lini tengah Bhayangkara FC, Firman Utina berduet dengan Evan Dimas, pemain muda yang dianalisis para pengamat sebagai pemain penerus Firman di Tim Garuda.
I Made Wirawan
5. I Made Wirawan (35 tahun)
Persib Bandung dikenal sebagai salah satu tim yang amat kejam memvonis pemainnya. Bukan cerita aneh mendengar kalau pemain didepak karena gagal menyajikan prestasi buat Tim Maung Bandung.
I Made Wirawan, salah satu pemain pendatang yang posisinya relatif awet di Persib. Ia merapat ke Tim Pangeran Biru sejak 2012. Sampai saat ini posisinya sebagai penjaga gawang inti tak tergantikan.
Sejumlah kiper muda sempat datang ke Persib, namun mereka kesulitan menggeser Made yang kelahiran Gianyar, 1 Desember 1981 tersebut.
Musim lalu, di pentas Torabika Soccer Championship 2016, nama Made sempat menghilang dari jajaran skuat inti Persib. Namun, hal itu bukan karena performa yang bersangkutan menurun, melainkan Made harus absen karena cedera.
Begitu kondisinya fit di awal tahun 2017, ia kembali menjadi kiper utama Persib. Walau usianya tidak lagi muda, gerak refleks Made masih oke. Ia memberi rasa nyaman bagi lini pertahanan Persib.
Choirul Huda
6. Choirul Huda (37 tahun)
Choirul Huda layak diapungkan sebagai pesepak bola yang amat setia pada klub yang dibelanya. Kiper berusia 37 tahun itu tak pernah berpaling dari Persela Lamongan Sejak 1999.
Selama 17 tahun, pemain jangkung ini telah merasakan pasang surutnya Laskar Joko Tingkir dalam mengarungi persepakbolaan Tanah Air.
Kiper binaan akademi Persela Lamongan ini sempat mendapat tawaran bermain bagi sejumlah klub besar. Salah satunya adalah Sriwijaya FC yang sempat menginginkan jasanya untuk menjadi palang pintu gawang pada tahun 2013 lalu.
Namun, Choirul Huda agaknya tidak bisa melupakan Persela, klub yang membesarkannya. Di pengujung kariernya Huda masih jadi pelanggan posisi inti kiper Tim Laskar Jaka Tingkir. Refleks dan kemampuannya membaca permainan masih bagus.