Bola.com, Jakarta - Michael Essien akan merasakan petualangan di sepak bola Indonesia. Apabila tidak ada halangan, eks gelandang Chelsea dan Real Madrid itu akan memulai karier di Indonesia pada Liga 1 yang kick-off pada 15 April 2017.
Sepak bola Indonesia akan menjadi pengalaman baru bagi pemain berusa 34 tahun itu. Tentu saja ada banyak hal yang mungkin belum pernah ia rasakan sebelumnya, selama berkarier di Benua Eropa. Bola.com merangkum tiga hal yang bisa jadi akan jadi pengalaman baru bagi Essien, dan mungkin bakal terasa aneh dan menegangkan buat gelandang asal Ghana itu.
Baca Juga
1. Perjalanan tandang ke Papua
Kontestan liga sepak bola Indonesia sudah terbiasa menjalani tur tandang dengan rute yang sangat jauh. Pada Liga 1 misalnya, Semen Padang akan menempuh jarak 6,687 kilometer menuju markas Persipura Jayapura dengan waktu tempuh penerbangan 10 jam 20 menit. Jumlah waktu tersebut belum dihitung transit di Jakarta dan Makassar dan kemungkinan pesawat mengalami delay.
Bagi peserta Liga 1, Jayapura tergolong nyaman karena ada banyak penerbangan. Sementara, tur ke markas Perseru di Serui, Kepulauan Yapen, Papua, lebih menegangkan. Contohnya Persib, mereka harus menempuh penerbangan menuju Jakarta, lalu Makassar-Biak, dan Biak-Serui. Rute Biak-Serui menggunakan pesawat kecil atau kapal.
Pengalaman mendebarkan saat tur ke Serui musim lalu dialami Arema dan Sriwijaya FC. Menurut cerita Ahmad Haris, sekretaris Sriwijaya FC, tim Laskar Wong Kito pernah terdampar di pulau tidak berpenghuni dalam perjalanan menggunakan kapal dari Biak ke Serui.
"Kami tidak bisa membayangkan seorang marquee player harus menempuh perjalanan 14 jam dari Palembang ke Serui, 7 jam di antaranya ditempuh dengan perjalanan laut. Lalu pulang dengan taruhan meregang nyawa. Musim lalu saat melakoni laga away ke sana, kapal yang ditumpangi SFC harus terdampar di pulau yang tidak berpenghuni dan sampai dievakuasi oleh Basarnas Biak," kata Haris.
Hal itu bisa jadi akan membuat Essien terkejut dan mungkin saja takut. Pasalnya, selama berkarier di Eropa, jelas dia tidak pernah mengalami tur dengan rute yang jauh, berganti-ganti pesawat, mengalami pesawat delay, tidur di bandara, atau naik kapal.
Sebagai contoh, selama berkostum Chelsea, Michael Essien menempuh perjalanan terjauh pada babak penyisihan grup Liga Champions dari London ke Valencia sekitar 2,5 jam penerbangan. Sementara, untuk liga domestik, rata-rata perjalanan tur paling lama 1-2 jam dengan menggunakan transportasi yang nyaman.
Berikutnya
2. Wasit
Wasit sering menjadi sorotan dalam kompetisi di Indonesia. Pemain terbiasa melalukan protes berlebihan apabila merasa keputusan wasit tidak tepat. Tidak sedikit protes tersebut berujung keributan di lapangan yang menjurus perilaku kasar.
Hal ini tentu akan menjadi pengalaman baru bagi Essien yang terbiasa menjalani pertandingan dengan kepemimpinan wasit yang profesional serta kebiasaan pemain untuk tidak banyak protes berlebihan pada sang pengadil saat pertandingan berjalan di lapangan.
Dalam sebuah laga sepak bola, termasuk di Inggris, kontroversial memang tetap ada, namun cara menyikapi hal kontoversi berbeda dengan Indonesia. Selain itu, sering terjadi dalam sepak bola Indonesia, tim memutuskan mogok main akibat merasa dicurangi.
Faktor wasit memang sedang dibenahi oleh PSSI. Pada Piala Presiden 2017, para wasit yang bertugas disumpah terlebih dahulu. Selain itu, para wasit juga akan dibekali dengan penyegaran.
3. Naik kendaraan taktis
Persib Bandung akan menjalani dua tur tandang mendebarkan pada musim ini, yakni ke markas Persija Jakarta dan Arema FC. Bila tidak ada halangan, markas Persija akan berada di Bekasi (Stadion Patriot) atau Stadion Manahan karena SUGBK dipersiapkan untuk Asian Games 2018.
Walau bertandang di luar Jakarta, pemain Persib tetap akan mendapat perlindungan berlapis, yakni naik kendaraan taktis milik polisi. Begitu juga saat tim Maung Bandung berlaga di Malang, mereka diprediksi menaiki rantis.
Bagi pemain Indonesia atau pemain asing yang sudah lama di Indonesia, hal itu sudah biasa. Namun, bagi Essien, hal itu bisa jadi amat mengejutkan. Beberapa pemain asing yang baru bermain di Indonesia, seperti Marcos Flores, Gustavo Giron, bahkan menyebut tur tandang menggunakan rantis seperti itu layaknya perang.