Bola.com, Jakarta - Start kurang menyakinkan dilalui Timnas Indonesia U-22 besutan Luis Milla. Dalam uji coba perdana jelang SEA Games 2017, Ryuji Utomo cs. kalah 1-3 melawan Myanmar di Stadion Pakansari, Cibinong, Kabupaten Bogor, Selasa (21/3/2017).
Gol-gol kemenangan tim tamu dicetak Mg Mg Lwin (menit 35'), penalti Kyaw Ko Ko (73'), Si Thu Aung (87'). Sementara itu satu-satunya gol Tim Garuda Muda dicetak Nur Hardianto (21').
Baca Juga
Masih terlalu dini menghakimi kinerja Luis Milla, sebagai pelatih Timnas Indonesia. Arsitek yang menggantikan Alfred Riedl pasca Piala AFF 2016, baru sebulan memegang tim.
Milla, yang minim pengetahuan tentang sepak bola Indonesia masih butuh waktu adaptasi. Kekalahan dari Myanmar bisa disikapi secara positif oleh sang mentor. Ia jadi tahu kelemahan-kelemahan mendasar anak-asuhnya.
Nakhoda asal Spanyol itu masih punya waktu melakukan pembenahan. Harapannya saat tampil di ajang sebenarnya Timnas Indonesia U-22 bisa menjadi tim super yang punya peluang besar menjadi juara.
Dari duel kontra Myanmar, Bola.com mencatat sejumlah pekerjaan rumah yang harus diperbaiki oleh Luis Milla. Dengan bekal pengalaman segudang menangani timnas junior Tim Negeri Matador, Milla sudah pasti menyiapkan solusi-solusi untuk mengatrol performa Evan Dimas dkk.
Pemain Belum Kompak
1. Pemain belum kompak
Karena baru dikumpulkan selama sebulan, terlihat kalau pemain belum kompak satu sama lain. Hal itu terlihat mencolok di lapangan.
Seringkali pemain melakukan kesalahan elementer seperti salah umpan atau salah mengerti keinginan rekannya. Koordinasi antarlini belakang, tengah, dan depan yang belum solid mempermudah Myanmar memegang kendali permainan.
Penggawa Timnas Indonesia U-22 sering gagap saat melakukan transisi permainan dari menyerang ke bertahan atau sebaliknya.
Meski banyak pemain alumnus Timnas Indonesia U-19 besutan Indra Sjafri di skuat terkini Tim Merah-Putih, Milla memilih memainkan mereka secara terpisah. Ia banyak memaksimalkan pemain muka baru, yang dinilai style bermainnya sesuai dengan karakter yang ia inginkan.
Pertahanan Keropos
2. Pertahanan keropos
Kinerja sektor pertahanan Timnas Indonesia menjadi sorotan. Kuartet bek yang ditempatkan Luis Milla di depan penjaga gawang terlihat sangat mudah ditembus oleh para penyerang Myanmar.
Putu Gede, Ryuji Utomo, Bagas Adi, Ricky Fajrin, seringkali dalam posisi terlalu berjauhan. Hal ini mempermudah tim asuhan Gerd Zeise masuk ke jantung pertahanan.
Posisi mereka beberapa kali terlihat terlalu naik, sehingga sejumlah pemain kubu lawan melakukan aksi solo untuk menciptakan peluang emas di lini pertahanan Tim Merah-Putih.
Sejatinya, keroposnya lini pertahanan Tim Garuda Muda tidak sepenuhnya salah para bek. Pemain-pemain di sektor tengah ikut berperan. Mereka seringkali terlambat menutup pergerakan para gelandang Myanmar.
Penyerang Minim Umpan
3. Penyerang minim umpan
Sinergi lini depan Timnas Indonesia U-22 terlihat belum mulus. Nur Hadianto atau Ezra Walian yang diplot sebagai penyerang tengah kurang mendapat pasokan bola memadai dari sektor sayap atau lini tengah.
Duo winger, Febri Hariyadi serta Saddil Ramdani, bermain amat agresif menyisir dua sisi pertahanan Myanmar. Namun, saat masuk jantung pertahanan lawan, keduanya seperti kebingungan.
Di sisi lain, pemain lini kedua macam Hargianto, Gian Zola, atau Evan Dimas, yang diharapkan banyak menyuplai bola ke depan, seringkali terjebak keraguan untuk membantu serangan.
Evan yang selama ini dikenal memiliki daya jelajah tinggi tampak seringkali bermain terlalu dalam di lini tengah.
Lapangan Kurang Mendukung
4. Lapangan kurang mendukung
Luis Milla, pelatih yang amat doyan tim asuhannya bermain dengan mengandalkan passing-passing pendek, ala Spanyol negara sang mentor. Saat Timnas Indonesia U-22 beruji coba kontra Myanmar hal itu terlihat jelas.
Sepanjang laga para pemain Tim Merah-Putih melakukan atraksi operan pendek merapat. Sayang filosofi permainan Milla tidak berjalan mulus.
Selain pemain belum kompak, kondisi lapangan Stadion Pakansari yang sedikit bergelombang seringkali merubah arah bola. Saat pertandingan berlangsung dalam tempo tinggi hal ini seringkali merugikan.
Para pemain Timnas Indonesia U-22 yang dalam posisi menguasai bola harus rela kubu lawan kembali mengambil kendali permainan.
Komunikasi Tak Mulus
5. Komunikasi pelatih tak mulus
Kelancaran komunikasi antara pelatih kepala Timnas Indonesia U-22, Luis Milla, dengan para pemain jadi faktor yang cukup mengganggu di awal masa pelatnas.
Milla yang hanya bisa berbicara dalam bahasa Spanyol mendapat bantuan dari penerjemah untuk berkomunikasi dengan Evan Dimas dkk.
Ia kerap dibantu asistennya yang diboyong dari Spanyol, Eduardo Perez, yang bisa berbahasa Inggris. Asisten yang sejatinya menjadi pelatih kiper tersebut menyampaikan keinginan-keinginan Milla ke Bima Sakti, satu-satunya orang Indonesia yang ada di jajaran staf pelatih.
Pola komunikasi ini belum berjalan mulus. Saat para pemain berlaga di lapangan melawan Myanmar terlihat mereka sering salah memahami keinginan Luis Milla.
Baca Juga
3 Fakta Miring Timnas Indonesia Selama Fase Grup yang Membuat Pasukan STY Limbung Lalu Hancur di Piala AFF 2024
Deretan Hal yang Membuat Rekam Jejak Timnas Indonesia Layak Dapat Pujian Meski Gagal di Piala AFF 2024
3 Penyebab Timnas Indonesia Gagal Total di Piala AFF 2024: Tidak Ada Gol dari Pemain Depan!