Bola.com, Bandung - Legenda hidup Timnas Indonesia, Kurniawan Dwi Yulianto, berbagi pengalamannya pernah berlatih bersama Sampdoria Primavera di Italia sebelum bergabung dengan klub Swiss, FC Luzern. Kurniawan mengaku harus mempelajari segalanya dari nol di Italia hingga akhirnya mendapatkan sejumlah pembentukan karakter yang berbeda dalam latihan yang dilakukannya.
Kurniawan Dwi Yulianto saat ini terlibat sebagai salah satu pelatih dalam MILO Football Championship 2017 yang akan mencari 16 pemain usia sekolah dasar untuk mengikuti MILO Football Camp di Sentul, Bogor. Rencananya, lima pemain terbaik dari 16 pemain itu akan diberangkatkan ke Spanyol untuk berlatih di FC Barcelona Escola.
Baca Juga
Kurniawan, yang akrab disapa "Si Kurus", mengaku sangat iri dengan kesempatan yang bisa didapatkan oleh anak-anak saat ini yang bisa berlatih sepak bola di luar negeri. Menurutnya, kesempatan yang dimiliki anak-anak Indonesia saat ini untuk mewujudkan mimpi di dunia sepak bola sangat besar.
"Saya terus terang bangga dengan MILO karena kepedulian yang benar-benar mereka perlihatkan melalui sepak bola usia dini. Mereka pun mau mengirimkan pemain terbaik nanti ke Barcelona. Jujur saya iri sebenarnya karena waktu saya kecil, tidak ada kesempatan seperti ini," ujar Kurniawan Dwi Yulianto dalam keterangan persnya di Stadion Siliwangi, Bandung, di sela-sela MILO Football Championship 2017 regional Bandung, Sabtu (25/3/2017).
Kurniawan pun berbagi pengalamannya yang pernah menimba ilmu ke Italia. Saat itu Kurniawan bergabung dengan tim primavera Sampdoria dan berlatih di sana sebelum sempat merasakan sepak bola profesional di Swiss bersama FC Luzern dan kembali ke Italia untuk memperkuat Il Samp.
"Saya ke Italia saat berusia 16 tahun. Dampak paling besar yang saya rasakan saat ke Italia adalah di sana saya harus belajar semua hal dari awal, baik teknik sepak bola, pengertian bermain sepak bola yang benar, dan yang paling penting bagaimana bersikap sebagai pemain sepak bola profesional," kisah Si Kurus.
"Selain itu, saya juga diwajibkan menjaga pola hidup yang baik di sana, kemudian mengubah pola pikir kita bahwa sepak bola itu bukan hanya untuk bersenang-senang, tapi bagaimana mencari kehidupan melalui sepak bola. Itulah sepak bola profesional," lanjut Kurniawan Dwi Yulianto.