Luis Milla Adopsi Taktik Ranieri dan Capello di Timnas Indonesia

oleh Ario Yosia diperbarui 30 Mar 2017, 19:34 WIB
Luis Milla dan Claudio Ranieri saat di klub Valencia. (Bola.com/Leverade)

Bola.com, Jakarta - Publik sepak bola Tanah Air amat berharap Luis Milla mengadopsi taktik Tiki-taka ala Barcelona ke Timnas Indonesia U-22. Namun, siapa yang menyangka kalau gaya permainan pelatih asal Spanyol itu lebih terinspirasi pada dua pelatih top asal Italia, Claudio Ranieri dan Fabio Capello.

Capello pernah menukangi Luis Milla, saat menjadi pemain di Real Madrid (1990–1997). Sementara itu, Ranieri di Valencia (1997–2001).

Advertisement

Saat banting setir menjadi pelatih, Milla banyak mengadopsi sistem bermain kedua arsitek top Negeri Pizza tersebut. Ia bahkan menerapkannya saat memegang Timnas Spanyol U-21 saat menjuarai Piala Eropa U-21 2011.

Soal inspirasi taktik ala Italia terungkap saat Noval Aziz, analis taktik dari sekolah kepelatihan sepak bola KickOff! Indonesia membedah taktik permainan Timnas Spanyol U-21 saat di era Milla di acara Bincang Taktik Auditorium SCTV Tower Lantai 8, Senayan City, Jakarta, pada Rabu (29/3/2017).

Pelatih Pusamania Borneo FC U-19, Ricky Nelson memberikan penjelasan saat diskusi Bincang Taktik Bola.com di SCTV Tower, Senayan City, Rabu (29/3/2017). Diskusi ini membahas tentang taktik pelatih Timnas Indonesia, Luis Milla. (Bola.com/Nicklas Hanoatubun)

"Terutama saat Spanyol bertahan. Sistem bertahan yang dipakai Milla tidak ala Tiki-taka Barcelona yang cenderung menjaga man to man, melainkan lebih zona sistem yang kerap dipraktekkan banyak pelatih di Italia," kata Noval.

"Saat bertahan tiap pemain di Timnas Spanyol U-21 menciptakan blok zona. Amat mirip sekali dengan style bermain yang sering dipakai Ranieri atau Capello, yang pernah menjadi pelatih Milla saat jadi pemain," tambah pria yang aktif melatih tim sepak bola UNY tersebut.

Analisis Noval jadi terasa masuk akal, saat pembicara lainnya, Ricky mempresentasikan hasil pengamatannya di duel uji coba Timnas Indonesia U-22 kontra Myanmar.

"Luis Milla amat suka bermain melebar memanfaatkan empat pemain di sisi sayap. Mereka yang amat agresif saat menyerang. Cenderung berbeda dengan style bermain ala Pep Guardiola atau Johan Cruyff yang jadi pionir Tiki-taka di Barcelona," kata Ricky.

Skenario taktik Luis Milla tidak berjalan mulus. Tim Merah-Putih kalah telak 1-3 kontra Myanmar. Apakah ini pertanda pemain kesulitan memahami apa keinginan sang pelatih?

"Terlalu dini menjatuhkan vonis ke Luis Milla. Ia baru hitungan sebulan melatih timnas kita. Masih butuh waktu bagi para pemain untuk memafami filosofi sepak bolanya," ujar Ricky Nelson, yang baru saja sukses mengantarkan Pusamania Borneo FC II lolos ke final Piala Presiden 2017.

"Soal cocok atau tidaknya sebuah strategi, bergantung pada ketersediaan pemain serta situasi yang dihadapi sebuah tim. Tak mudah bagi Luis Milla menjalankan style bermainnya karena pemain terbiasa dengan gaya bermain di klub," ucap Noval Aziz.