Bola.com, Jakarta - Alberto Puig dikenal sebagai sosok yang berperan penting menemukan dan mengasah sejumlah pebalap hingga menjadi bintang MotoGP. Ada tiga nama tenar yang dikenal moncer karena tangan dinginnya, yaitu Casey Stoner, Dani Pedrosa, dan Toni Elias.
Baca Juga
Puig adalah mantan pebalap Grand Prix, yang menikmati tahun terbaiknya pada 1994. Saat itu, dia menempati posisi kelima pada kelas 500cc. Pria asal Spanyol tersebut terpaksa pensiun dari lintasan, tepatnya pada usia 30 tahun, karena cedera.
Puig tak benar-benar menjauh dari lintasan. Dia banting setir menjadi pencari bakat. Profesi baru ini bisa dibilang sukses dijalaninya. Pria yang kini berusia 50 tahun tersebut berhak mendapat kredit dalam membuka dan mengembangkan karier Stoner, Pedrosa, dan Elias, serta beberapa pebalap lainnya.
Apa rahasia Puig dalam menciptakan para bintang MotoGP tersebut? Inilah dua faktor yang dibutuhkan untuk menciptakan seorang juara dunia seperti yang diungkapkan Puig pada situs Red Bull:
Keberuntungan
Puig mengatakan selain bakat melihat potensi pebalap, untuk mendapatkan seorang ber-DNA juara juga dibutuhkan keberuntungan.
"Saya rasa keberuntungan adalah poin yang sangat penting dalam hal ini (menemukan pebalap berbakat). Sangat sulit mengetahui yang sebenarnya, namun Anda bisa sedikit menebak, melihat, berusaha memahami, dan kemudian Anda melihat aksi sang pebalap di lintasan," kata Puig.
"Ini hal sulit dan saya selalu berharap memiliki sejumlah keberuntungan dalam keputusan saya. Tapi, Anda mendapat pengalaman dan Anda berusaha memahami, tapi tak pernah mudah. Jika Anda ada di tempat dan waktu yang tepat, Anda punya peluang lebih banyak membuat keputusan yang tepat," imbuh dia.
Melihat di Tempat yang Tepat
Pencari bakat bertugas membantu mengasah pebalap muda dan membawa mereka menjadi seorang profesional. Berbagai lomba seperti MotoGP Rookies Cup, Spanish National Championship (FIM CEV Repsol), Asia Talent Cup, dan British Talent Cup menawarkan kesempatan kepada pebalap muda untuk menikmati suasana profesional.
Puig sangat terlibat pada dua ajang yang disebut terakhir. Dia yakin dua ajang tersebut, kemudian Moto2 dan Moto3, merupakan jalur yang tepat untuk menggapai level tertinggi: MotoGP. "Berbagai kelas tersebut banyak memberi pelajaran penting untuk pebalap," kata Puig.
Tangan Dingin Puig
Sentuhan Tangan Dingin Puig
Seperti apa hasil tangan dingin Puig. Yang jelas, ada tiga pebalap yang merasakan polesan tangan dingin Puig dan akhirnya menjadi juara dunia. Inilah rekam jejaknya:
1. Casey Stoner:
Juara dunia : 2 (MotoGP 2007, 2011)
Puig menemukan Stoner saat pria Australia tersebut tampil di ajang British 125 dan membawanya ke ajang balapan di Spanyol pada 2001. Pada tahun yang sama, Stoner menjalani debut di ajang GP 125cc dan sisanya adalah sejarah.
2. Dani Pedrosa
Juara Dunia: 3 (125cc pada 2003, 250cc pada 2004, 2005)
Seperti Stoner, Pedrosa menjalani balapan debut di kelas 125cc pada 2001 di bawah arahan Puig dan pada musim ketiga sudah merengkuh gelar juara dunia.
"Dia (Pedrosa) memulai dari nol, dan kemudian menjadi salah satu pebalap yang hebat. Dia sangat spesial. Ketika Anda melihat atlet spesial, Anda bisa menemukannya hanya dengan melihatnya. Dia punya cara yang sangat spesial saat mengendarai motor.
3. Toni Elias
Juara Dunia: 1 (Moto2, 2010)
Puig memoles Elias juga sejak GP 125cc, sama seperti Stoner dan Pedrosa. Pebalap asal Spanyol tersebut berhasil meraih gelar juara dunia ketika format kelas Moto2 diperkenalkan pada 2010.