Wawancara Imam Nahrawi: Tak Mau Muluk-muluk di SEA Games 2017

oleh Yus Mei Sawitri diperbarui 04 Apr 2017, 21:25 WIB
HOO Bola.com, Darojatun saat bertemu Menpora, Imam Nahrawi di Kantor Kemenpora, Jakarta, Selasa (03/04/2017). Pertemuan ini untuk melihat tanggapan kemenpora terkait SEA Games 2017 dan Asian Games 2018. (Bola.com/Nicklas Hanoatubun)

Bola.com, Jakarta - Indonesia sedang bersiap menghadapi dua event besar sekaligus, SEA Games 2017 dan Asian Games 2018. Atlet, pelatih, pemerintah, KOI, KONI, Satlak Prima, dan semua pihak terkait bahu membahu bekerja keras supaya Tim Merah Putih bisa mendulang kesuksesan pada dua ajang tersebut.

Advertisement

Namun, pemerintah menyadari harus ada salah satu yang diprioritaskan dari dua event besar tersebut. Pilihan pun jatuh pada Asian Games 2018 karena levelnya lebih tinggi dan kali ini Indonesia bertindak sebagai tuan rumah.
Namun, bagaimanapun SEA Games tetap pesta olahraga yang sangat penting. Apa rencana, konsep, persiapan, hingga target Indonesia di SEA Games 2017?

Berikut ini hasil wawancara Bola.com dengan Menteri Pemuda dan Olahraga, Imam Nahrawi, tentang persiapan menghadapi SEA Games 2017, di Kantor Kemenpora, Jakarta, Selasa (4/4/2017).

Pak Imam, sejauh apa persiapan Indonesia menghadapi SEA Games 2017?

Yang pertama Persiapan SEA Games sudah dilakukan setelah PON 2016 Jawa Barat. Seleksi bagi atlet dilakukan dengan cara sistem promosi dan degradasi. Meski di PON meraih emas, belum tentu atlet tersebut dikirim ke SEA Games. Sebelum SEA Games ada penilaian dari pelatih dan Satlak Prima, misal apakah ada gejala cedera. Kami melakukan pemantauan secara detail sebelum atlet benar-benar diberangkatkan.

Yang kedua, bagi pemerintah SEA Games ini pada dasarnya hanya ingin menguatkan solidaritas sesama negara ASEAN. Cabang-cabang yang dipertandingkan di SEA Games lebih sebagai penghargaan untuk tuan rumah. Untuk pembiayaan negara lain tak banyak mensupport, beda dengan Asian Games.

Pada SEA Games ini, pemerintah setempat kami hargai untuk mempertandingkan cabang olahraga. Banyak cabang non-olimpik yang negara lain tak punya dipertandingkan di sana, sehingga tuan rumah bisa mendapat banyak medali. Hal seperti itu juga dialami di Indonesia pada 2011, betapa jomplang hasil (medali) nomor satu dan nomor dua.

Yang ketiga, kami ingin penjenjangan multievent harus berujung ke Olimpiade. Di SEA Games tak banyak cabang olimpiade yang dipertandingankan. Ini hanya solidaritas kawasan, jadi bukan prioritas bagi kami. Pemerintah ingin sukses prestasi di Olimpiade dan Asian Games.

SEA Games 2017 hanya sebagai target antara sehingga Indonesia hanya mengirim sekitar 200 atlet. Apakah ini keputusan tepat karena bagaimanapun SEA Games tangga menuju Asian Games tahun depan?

Tetap dilihat peluangnya. Kami ingin yang berangkat SEA Games adalah cabang olahraga yang berpeluang, kita punya cabang olahraganya dan yang cabornya ada di Asian Games. Cabor yang tidak ada di Asian Games tak akan diberangkatkan ke SEA Games, karena mubazir. Selain itu, pencapaian di SEA Games tak jadi jaminan untuk prestasi di Asian games.

2 dari 3 halaman

1

Tim Bola.com saat bertemu Menpora, Imam Nahrawi di Kantor Kemenpora, Jakarta, Selasa (03/04/2017). (Bola.com/Nicklas Hanoatubun)

SEA Games tinggal lima bulan lagi, tapi belum ada penunjukkan Chef de Mission (CdM) kontingen, maupun penetapan target medali. Apakah ini tidak terlalu mepet?

Pengalaman SEA Games 2015 di Singapura, KOI (Komite Olimpiade Indonesia) menunjuk CdM hanya 2,5 bulan sebelum kickoff, sekarang masih ada waktu lima bulan. Beberapa hari lalu saya perintahkan KOI untuk tunjuk CdM, supaya bisa konsolidasi dari awal. Pada SEA Games 2015 kita hanya di peringkat kelima, sedangkan di SEA Games 2017 karena terlalu banyak cabang milik kita yang tak dipertandingkan, makanya target tak usah muluk-muluk, yang penting berpartisipasi menghormati kegembiraan tuan rumah dan negara-negara lain di ASEAN.

Jadi kapan target ditetapkan dan berapa jumlah medali yang kemungkinan bisa diraih?

Kita lihat nanti. Saat ini semua negara menelisik atau mengintip negara lain, untuk melihat siapa atlet yang diberangkatkan, cabang apa, dan nomor apa. Mereka akan lihat potret masing-masing negara. Hari-hari ini semua negara tak berani bicara target. Belum ada negara yang membuka target dan berapa medali.

Soal keterlambatan gaji atlet Anda meminta atlet jangan terlalu sering mengeluh, namun mengakui secara psikologis masalah itu bisa mengganggu atlet. Langkah apa yang diambil supaya kondisi psikologis atlet tidak terganggu dengan masalah ini?

Atlet, pelatih, dan manajer di masing-masing cabang olahraga tahu persis pemerintah tak pernah luput dari janji, apalagi menyangkut anggaran, pasti dicairkan, termasuk bonus olimpiade, juara All England, termasuk untuk timnas di Piala AFF.

Yang perlu diketahui, untuk anggaran harus hati-hati karena semua harus lewat prosedur yang benar, ini uang negara, APBN yang harus dipertanggungjawabkan. Keterlambatan ini tak ada unsur kesengajaan, tapi murni persoalan administrasi. Mungkin hari ini masalah ini sudah selesai, tadi saya memimpin rapat pimpinan (dan ada pembahasan soal keterlambatan gaji), sudah selesai semua. Tinggal menunggu kabar baik saja.

(Gaji) ini kan dirapel, karena terlambat, jadi atlet langsung terima tiga bulan. Jadi atlet ada rezeki nomplok (karena langsung terima gaji tiga bulan). Tapi menurut saya itu (keterlambatan gaji) jangan dijadikan alasan untuk tak berlatih. Pimpinan cabang olahraga itu orang yang hebat-hebat, kalau hal seperti itu pasti bisa ditangani terlebih dahulu.

3 dari 3 halaman

2

Menpora, Imam Nahrawi saat diwawancara tim bola.com di Kantor Kemenpora, Jakarta, Selasa (03/04/2017). Pertemuan ini untuk mendengar tanggapan Menpora terkait kesiapan Asian Games 2018. (Bola.com/Nicklas Hanoatubun)

Indonesia masih lemah di cabang-cabang yang menyediakan banyak medali, seperti atletik dan renang. Langkah apa yang disiapkan supaya Indonesia bisa maksimal mendulang medali dari cabang-cabang tersebut? Apakah prioritas tetap sepak bola?

Saya ingin menegaskan sepak bola juga prioritas, tapi cabang lain juga prioritas dan diperhatikan. Arahan dari Presiden adalah supaya memberikan fasilitas kepada cabang-cabang potensial. Potensial yang sudah dapat medali atau yang jumlah nomor memang besar, seperti atletik, renang, senam, atau menembak. Banyak nomor-nomor yang bisa untuk mendulang medali dan preatasi.

Tapi, yang perlu terus didorong adalah bagaimana pengurus di cabor harus betul-betul 24 jam memikirkan itu. Semuanya harus dikelola transparan dan akuntabel, sehingga tumbuh kepercayaan dari pihak ketiga atau BUMN untuk jadi bapak angkat. Jangan lupa pembinaan usia dini dan kompetisi rutin berjenjang wajib hukumnya. Uji coba dan berkompetisi di luar negeri juga harus dilakukan dengan baik. Prinsip-prinsip seperti ini harus dilaksanakan secara konsekuen. Pemerintah mendukung melalui pembianaan, fasilitas, dan infrastruktur.


Dua tahun lalu, Indonesia hanya menempati posisi kelima di SEA Games Singapura, sedangkan Thailand di posisi pertama. Faktor apa yang membuat Indonesia tertinggal sangat jauh dari Thailand? Butuh berapa lama supaya Indonesia kembali jadi raja di Asia Tenggara?

Yang terpenting kita harus berkomitmen mengejar ketertinggalan. Saya merencanakan program cukup besar, Olympic Center (di Cibubur), kawasan untuk atlet elite, semuanya terpusat di sana. Mereka digodok, dilatih dengan pendekatan sains, medis, psikologi dan peralatan laboratorium yang komplet. Atlet-atlet tersebut yang akan dikirim ke multievent internasional. Tentu ini butuh waktu.

Dulu banyak negara ASEAN mencontoh kita lewat kita lewat program (Sekolah Atlet) Ragunan. Kini, kita punya satu Ragunan, mereka punya banyak Ragunan.

Pada 2017 kita bersama Kemendikbud (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan) akan membangun 20 Ragunan di 20 provinsi, sedangkan pada 2018 menjadi 34 Ragunan. Namanya SKO yaitu Sekolah Kekhususan Olahraga. Semakin banyak sekolah-sekolah olahraga yang seperti Ragunan, makin besar harapan kita mengejar ketertinggalan.