Bola.com, Gresik - Persegres Gresik United kesulitan beranjak dari dasar klasemen menyusul rangkaian hasil buruk yang mereka alami dalam lima partai yang telah mereka jalani. Namun alih-alih melakukan, pelatih Persegres justru membuat catatan besar mengenai faktor nonteknis.
Hanafi merasa tidak ada yang salah pada tim besutannya kendati kalah dalam empat laga terakhir. Ia menganggap, timnya sudah memiliki daya saing yang sama dengan kontestan Liga 1 lainnya meski timnya dihuni banyak pemain muda minim pengalaman.
Baca Juga
Eks pelatih Perseru Serui menegaskan, timnya sulit bangkit dari keterpurukan lantaran kepemimpinan wasit Liga 1 yang dianggap kerap merugikan timnya.
Hal ini merujuk pada pertandingan kontra Persib Bandung dimana sebelum gol semata wayang Persib tercipta terlebih dahulu terjadi pelanggaran. Namun wasit kala itu tidak bergeming, sehingga Persib melakukan serangan balik dan gawang Persegres kebobolan.
Kejadian yang dianggap merugikan lainnya kala Persegres tumbang 1-2 di tangan Bhayangkara FC (7/5/2017). Ia mengeluhkan hadiah penalti yang diterima Bhayangkara FC karena ia yakin tidak ada kontak antara pemainnya, Jeki Arisandi dengan striker Bhayangkara FC, Muchlis Hadi Ning Syaifulloh di kotak penalti Persegres.
“Yang jadi evaluasi saya adalah kebijakan marquee player. Seakan-akan tim-tim yang menggunakan marquee player tidak boleh kalah dengan tim yang tak menggunakan pemain berbanderol mahal ini. Saya tidak tahu, apakah dugaan saya saja, atau memang ada kesengajaan,” keluhnya.
Bagi Hanafi, apa yang dilakukan perangkat pertandingan, khususnya wasit, sama saja dengan membunuh potensi pemain muda yang seharusnya bisa muncul ke permukaan. Dengan cara-cara seperti ini, sulit bagi pemain muda untuk mengorbit.
“Ini sama saja baru mau muncul sudah dibunuh. Yang rugi sepak bola Indonesia sendiri kalau caranya seperti ini,” kata Hanafi.