Bola.com, Jakarta - Mungkin ada yang mengira kalau nama kejuaraan beregu bulutangkis, Piala Sudirman, diambil dari nama pahlawan nasional Indonesia, Jendral Sudirman. Namun, anggapan tersebut salah karena panglima TNI pertama itu sama sekali tak ada hubungannya dengan ajang bulutangkis tingkat dunia ini.
Nama Piala Sudirman justru diambil dari ketua Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) pertama, Dick Sudirman, yang menjabat selama 22 tahun dari 1952-1963 dan 1967-1981. Dick Sudirman juga mendapat gelar sebagai bapak bulutangkis Indonesia sehingga namanya diabadikan dalam sebuah turnamen sebagai bentuk penghormatan.
Baca Juga
Piala Sudirman merupakan kejuaraan bulutangkis beregu tingkat internasional yang mempertandingkan lima nomor dalam satu tim. Turnamen ini bukanlah kompetisi yang memperebutkan hadiah uang besar, karena setiap tim yang berkompetisi di sini lebih fokus untuk mencari poin demi mendongkrak peringkat negara di Badminton World Federation (BWF).
Perjuangan PBSI untuk meresmikan Piala Sudirman sebagai sebuah turnamen resmi mengalami jalan yang berliku. BWF sebelumnya lebih menyetujui nama Herbert A. E. Scheele Trophy sebagai ajang beregu putra dan putri yang digelar tiap dua tahun sekali ini.
Piala Sudirman pada akhirnya disetujui pada pertemuan dewan BWF pada Oktober 1988. Titus K. Kurniadi dan Suharso Suhandinata menjadi dua sosok yang berhasil memaksa BWF agar nama untuk kejuaraan beregu putra- putri berasal dari Asia setelah Thomas dan Uber sudah mewakili bangsa Eropa.
Sebagai penggagas ide, Indonesia mendapat kehormatan untuk menggelar Piala Sudirman edisi pertama pada 24-29 Mei 1989 di Istora Senayan, Jakarta. Kala itu Indonesia menang 3-2 atas Korea Selatan di babak final dan berhak menyandang status sebagai juara.
Juara Hanya Sekali
Ironisnya, sebagai pencetus ide, Indonesia hanya satu kali berhasil keluar sebagai juara yakni pada edisi perdana saat menjadi tuan rumah. Setelah itu Indonesia tak mampu mengejar dominasi China yang pada Piala Sudirman dengan koleksi 10 gelar dan selalu jadi juara dalam enam edisi terakhir. Sepanjang sejarah, baru ada tiga negara yang pernah menjadi kampiun Piala Sudirman, yaitu China (10 titel), Korea Selatan (3), dan Indonesia (1).
Bentuk Piala Sudirman juga dikerjakan seniman Indonesia asal Bandung bernama Rusnadi memiliki lima bagian unik. Tutup Piala Sudirman yang berbentuk Candi Borobudur mencerminkan ciri khas monumen bersejarah yang berada di Indonesia.
Bagian badan dari Piala Sudirman berbentuk kok yang dilapisi emas 22 karat dengan bobot 600 gram. Pegangan piala kejuaraan dua tahunan tersebut memiliki bentuk benang sari, sedang dua bagian lainnya berbentuk daun sirih dan alas segi delapan yang melambangkan arah mata angin.
Total pembuatan Piala Sudirman yang dikerjakan PT. Masterix Bandung pertama kali menghabiskan dana sebesar 15 ribu dollar Amerika atau setara Rp. 27 juta saat itu.
Tim Merah-Putih terakhir kali jadi finalis di Glasgow, Skotlandia, pada 2007 saat menyerah 0-3 kepada China. Pada edisi 2015 di Dongguan, China, Indonesia terhenti pada babak semifinal setelah dijegal China 1-3.
Kini Piala Sudirman sudah memasuki edisi ke-15 yang bakal digelar di Carrara Sport and Leisure Centre, Gold Coast, Australia, 21-28 Mei 2017. Indonesia menempati unggulan keenam dan menghuni Grup D bersama Denmark dan India. Tim Merah Putih akan melakoni laga pertama lawan Denmark pada Senin (22/5/2017), setelah itu meladeni India pada Selasa (23/5/2017).