Bola.com, Jakarta - Banyak pengamat menjagokan Persib Bandung di perburuan juara Liga 1 2017. Hal yang wajar, mengingat Maung Bandung terlihat paling agresif di bursa transfer awal musim. Dengan modal dana berlimpah mereka dengan leluasa mendatangkan pemain top.
Persib mendatangkan bintang dunia berstatus marquee player, Michael Essien. Pemain asal Ghana tersebut alumnus klub top Eropa Chelsea, AC Milan, dan Real Madrid.
Tak berhenti sampai di situ, Tim Pangeran Biru selanjutnya mengikat kontrak striker eks Timnas Inggris, Carlton Cole. Pemain satu ini sempat melanglang buana di klub-klub Premier League macam Chelsea, West Ham United, serta Aston Villa.
Baca Juga
Persib musim ini terlihat amat mentereng. Mereka menggaet dua pemain pelanggan juara, Ahmad Jupriyanto dan Supardi Nasir dari Sriwijaya FC. Di sisi lain, Maung Bandung juga mengamankan penyerang sayap asal Jepang, Shohei Matsunaga, yang musim lalu berkilau bersama Persiba Balikpapan.
Para pemain baru bergabung dengan nama-nama pemain tenar lawas macam, Atep, Vladimir Vujovic, Kim Jeffrey, Sergio van Dijk, yang sudah ada di tim.
Dengan bekal banyak pemain berkualitas, tim asuhan Djadjang Nurdjaman diprediksi bakal mudah memenangi Liga 1 2017.
Jika acuannya posisi klasemen, Persib yang menduduki posisi dua besar sudah ada di trek yang benar. Atep dkk. saat ini bersaing ketat dengan PSM Makassar.
Di tujuh laga yang telah dilakoni Persib mengoleksi 13 poin hasil tiga kali menang dan empat kali seri. Uniknya walau posisi klub jawara Indonesia Super League (ISL) 2014 tersebut ada di jajaran atas, kritikan dari pendukung setia mereka bobotoh mengalir bak air bah.
Pelatih Persib, Djadjang Nurdjaman, secara terang-terangan mengaku tidak nyaman dengan kritikan pedas tersebut. "Lama-lama sudah tidak sopan, tidak elegan lagi," ujar Djanur.
Suporter bukan tidak puas pada pencapaian Persib Bandung, tapi kritik mereka lebih pada gaya bermain Persib yang dinilai membosankan. Bobotoh berharap, dengan modal banyak pemain top, Persib bisa tampil lebih mapan.
Ambil contoh saat Persib berjumpa juara Torabika Soccer Championship (TSC) 2016, Persipura Jayapura. Bertindak sebagai tuan rumah Tim Pangeran Biru justru bermain bertahan. Mereka menang 1-0 lewat gol penalti kontroversial, Michael Essien.
Shohei Matsunaga, yang diganjal pemain belakang Tim Mutiara Hitam, dalam rekaman video pertandingan terlihat dalam posisi offside saat melakukan sprint serangan balik.
Situasi kurang lebih sama tergambar pada duel melawan Arema FC. Sebagai tuan rumah, Persib mendapat tekanan bertubi-tubi dari Tim Singo Edan.
Arema semestinya memenangi pertandingan jika saja gol Cristian Gonzales tidak dianggap offside. Dalam rekaman pertandingan terlihat kalau gol tersebut sejatinya sah.
Kritikan tajam diarahkan ke Djadjang Nurdjaman, saat Persib hanya bisa meraih hasil imbang 2-2 kontra Pusamania Borneo FC di Stadion Bandung Lautan Api. Para pemain Tim Pangeran Biru terlihat tidak percaya diri di lapangan.
Tim maung Bandung terlihat belum mapan di awal Liga 1 2017. Bola.com mencoba menganalisis sejumlah persoalan yang terjadi di internal Persib Bandung. Simak detailnya:
Kebugaran Essien dan Cole
1. Kebugaran Essien dan Cole Bermasalah
Kehadiran Michael Essien dan Carlton Cole di Persib menciptakan sensasi di bursa transfer awal musim Liga 1 2017. Keduanya pesepak bola yang matang jam terbang di Eropa.
Untuk mendatangkan kedua pemain manajemen Persib kabarnya sampai harus merogoh dana gemuk Rp 12 miliar. Sayang, pengeluaran besar yang dilakukan Maung Bandung tak sebanding dengan performa kedua pemain di lapangan.
Hingga tujuh pertandingan yang telah dilakoni Persib, Essien dan Cole lebih tak pernah bermain full selama 90 menit.
Essien hanya bermain sebanyak 320 menit, di mana lima pertandingan ia berstatus pemain pengganti, dua sisanya sebagai pemain inti yang digantikan saat pertandingan berjalan.
Cole lebih parah lagi, jam terbangnya baru 105 menit. Ia baru tampil membela Persib di tiga laga, dua sebagai pemain pengganti dan sisanya pemain yang tidak full mengarungi laga selama 90 menit.
Kebugaran kedua pemain jadi catatan Djadjang Nurdjaman. Semenjak datang ke Persib, mereka terlihat kesulitan memperbaiki kondisi fisiknya.
Sebenarnya hal ini bukan sesuatu yang mengherankan. Di klub sebelumnya baik Cole maupun Essien jarang terlibat di laga kompetitif.
Ambil contoh Cole, ia bahkan hanya tampil sebanyak tiga pertandingan di klub semipro asal Amerika Serikat, Sacramento Republic.
Demikian pula Essien, ia hanya tampil selama tujuh laga Liga Yunani 2015-2016, di klubnya Panathinaikos. Selepas dipecat klubnya jangkar asal Ghana itu lama menganggur.
Situasi ini jelas merugikan Persib, karena kedua pemain tak pernah benar-benar bisa diandalkan, terutama saat menghadapi duel-duel keras di persaingan juara.
Lini Depan Mandul
2. Lini Depan Mandul
Produktivitas jadi persoalan Persib sejak Torabika Soccer Championship 2016. Striker asal Spanyol, Juan Belencoso, jadi korban mandulnya lini depan Maung Bandung. Ia diputus kontrak menjelang pertengahan musim lalu.
Persib praktis hanya mengandalkan seorang Sergio van Dijk sebagai tukang gedor utama Persib. Masuk jelang bursa transter tengah musim TSC, pemain naturalisasi asal Belanda tersebut sempat kesulitan beradaptasi.
Pada akhirnya ia menutup kompetisi dengan torehan tujuh gol, jumlah yang terhitung minim jika melihat rekor gol Sergio di Persib sebelumnya.
Di pentas Indonesia Super League 2017, pemain berusia 34 tahun tersebut menyumbang 21 gol. Persoalan muncul di Liga 1 2017. Sergio dihantam cedera lutut di turnamen pramusim Piala Presiden 2017.
Persib mencoba menutup lubang yang ditinggalkan Sergio dengan menggaet Carlton Cole. Sayang, bomber asal Inggris tersebut jauh dari ekspetasi. Belum sebiji gol pun dicetak striker yang pernah bermain di West Ham United, Chelsea, dan Aston Villa itu.
Apesnya tanpa Sergio dan Cole Persib tidak punya stok striker haus gol. Tantan, striker tua gaek terlihat kesulitan unjuk gigi. Hingga tujuh laga Persib yang berstatus runner-up klasemen baru mencetak delapan gol, kalah tajam dibandingkan Persipura Jayapura (10), Madura United (11), dan Mitra Kukar (11) yang posisinya di bawah mereka.
Terganggu Timnas U-22
3. Terganggu Timnas Indonesia U-22
Dua pemain belia Persib Bandung, Gian Zola (gelandang serang) dan Febri Haryadi (penyerang sayap), mencuri perhatian. Mereka jadi kartu truf Djadjang Nurdjaman saat melakoni duel-duel berat di awal Liga 1 2017.
Apesnya, dalam sejumlah laga Persib tidak bisa menggunakan jasa kedua pemain. Pasalnya, baik Febri dan Zola seringkali dipanggil mengikuti pelatnas Timnas Indonesia U-22.
Fabri dan Zola yang tengah on-fire jadi andalan di Tim Garuda Muda asuhan Luis Milla. Tantangan tersendiri bagi Djanur mencari serep kedua pemain belia.
Djadjang cukup jeli mendatangkan pemain muda Billy Keraf. Penyerang sayap berusia 20 tahun cukup oke menggantikan Febri Haryadi.
Tapi tentu situasi ini tidak bisa terus berlangsung. Persib harus menjaga keseimbangan permainan dengan stok pemain berkualitas berlimpah.
Regulasi baru Liga 1 2017 yang mewajibkan tiga pemain muda U-22 mendapat kesempatan bermain selama 45 menit membatasi ruang kreasi Djadjang Nurdjaman. Ia tidak bisa memainkan pemain senior, karena tidak diperbolehkan.
Miskin Gelandang Kreatif
4. Miskin Gelandang Kreatif
Lini tengah menjadi sektor vital saat Persib memenangi gelar ISL 2014 dan Piala Presiden 2015. Sosok Firman Utina dan Makan Konate jadi andalan sebagai pembagi bola di Tim Maung Bandung.
Sayangnya, kedua pemain sudah tidak lagi bermain di Persib. Semenjak keduanya pergi lini tengah Persib terlihat kurang solid.
Mereka punya banyak gelandang, namun tipikalnya rata-rata cenderung kuat bertahan. Mereka tidak punya pemain pembagi bola layaknya Konate dan Firman.
Kim Jeffrey, Dedi Kusnandar, Hariono, Raphael Maitimo, dan Michael Essien, adalah kumpulan jangkar yang memenuhi slot pemain tengah di Persib.
Tim Pangeran Biru hanya punya seorang Gian Zola, sebagai playmaker yang memasok bola ke para penyerang. Saat sang pemain absen, terlihat Persib minim kreativitas.
Strategi yang Terbaca
5. Strategi yang Terbaca
Dengan bermodal seabrek pemain Persib dikritik bobotoh bermain amat monoton. Djadjang Nurdjaman jadi target tembak.
Pelatih yang notabene playmaker andal Persib di era 1980-an dianggap miskin kreasi taktik. Skema andalan Djanur 4-2-3-1 serta 4-3-3 dianggap statis, karena hanya mengandalkan pemain itu-itu saja.
Saat trisula lini depan Persib terkunci oleh lawan, sisi ofensif meredup. Seorang target man yang dipasang sebagai penyelesai umpan seringkali terlihat kebingungan karena minim pasokan bola matang.
Di sektor belakang Persib juga miskin opsi pemain. Duet Vladimir Vujovic dan Ahmad Jupriyanto hampir selalu jadi duet utama di jantung pertahanan.
Persib saat ini punya 27 pemain siap pakai, namun sebaran jam terbang mereka tidak rata.
Tekanan Tinggi Bobotoh
6. Tekanan Tinggi Bobotoh
Bukan rahasia lagi kalau tak mudah bagi pemain untuk bisa merasa nyaman di Persib. Suporter mereka bobotoh dikenal amat kritis.
Mereka selalu punya ekspetasi tinggi pada klub kesayangannya. Lihat bagaimana seorang Kim Jeffrey yang sempat jadi cibiran hanya gara-gara ia tidak dianggap pantas bermain di Tim Maung Bandung karena berasal dari klub rival sekota, Pelita Bandung Raya.
Bobotoh tak segan-segan melakukan protes langsung ke manajemen jika penampilan Persib melempem di lapangan.
Tengok saja bagaimana sosok DejanAntonic (pelatih) serta Juan Belencoso (striker) harus menepi cepat saat TSC 2016 berjalan, karena keduanya terus mendapat protes dari suporter.
Tekanan tinggi suporter terkadang membuat pemain tegang. Kemampuan terbaik mereka tidak keluar karena panas kuping.
Situasi ini amat pekat terasa di awal Liga 1 2017. Persib yang bersaing di papan atas terus-terusan mendapat kritik dari bobotoh. Kelihaian Djadjang Nurdjaman menjaga stabilitas emosi para pemainnya jadi penentu sukses atau tidaknya Tim Pangeran Biru musim ini.
Baca Juga
Mengulas Sosok Pemain yang Paling Layak Jadi Kapten Timnas Indonesia: Jay Idzes Ada Tandingan?
Lini Depan Timnas Indonesia Angin-anginan: Maksimalkan Eliano Reijnders dan Marselino Ferdinan atau Butuh Goal-getter Alami?
Justin Hubner Jadi Biang Kerok Timnas Indonesia Vs Arab Saudi: The Real Preman, Langganan Kartu!