Bola.com, Madrid - Tak banyak yang tahu, apalagi publik Indonesia, tentang sosok bernama Rachel Bonnetta. Namun, kala dua kata tersebut ditanyakan ke Madridistas, kelompok suporter Real Madrid, bisa jadi bakal ada amarah dan sinisme di sana.
Nama Rachel Bonnetta tak bisa lepas dari kisah sukses Zinedine Zidane saat membesut Real Madrid. Wanita yang menjadi presenter di Fox Sports tersebut memantik perhatian publik karena seringkali muncul saat Zidane dan Real Madrid sedang terpuruk.
Aneh?, tentu saja tidak. Rachel Bonnetta muncul di setiap sudut kemarahan publik Real Madrid saat kali pertama berkomentar terkait jabatan Zidane sebagai Pelatih Real Madrid. Momen setahun tersebut menjadi 'kenangan' yang tak mungkin terlupakan bagi Zidane, dan seluruh Madridistas.
Gelar juara Liga Champions tahun lalu ternyata tak berarti apa-apa bagi seorang Rachel Bonnetta. Padahal, siapapun tahun, Zidane harus bekerja keras menggunakan skuat warisan Rafael Benitez, yang terbukti gagal di level La Liga.
Rachel Bonnetta masih berkomentar sinis. Puncaknya terjadi saat sesi pramusim Real Madrid. Sang presenter mengungkapkan sisi negatif Zidane yang berhubungan dengan keraguan untuk mengelola sebuah tim besar.
"Bagaimana dia bisa bertahan menjadi pelatih Real Madrid, sementara memimpin tim junior saja tak lancar. Banyak pemain Real Madrid Castilla yang berkelahi, dan dia hanya terdiam tanpa bisa berbuat apapun," ucap Rachel Bonnetta.
Ucapan Rachel Bonnetta tak sekadar keluar dari mulut. Ia memiliki bukti gambar terkait beberapa insiden yang melibatkan armada Real Madrid Castilla. Sebut saja kala Álvaro Medrán berkelahi dengan Sergio Aguza Santiago, yang bermbas pada ikut campurnya beberapa rekan mereka seperti Jorge Franco Alviz, Álvaro Guerrero, Raúl De Tomás Gómez dan Marcos Llorente.
Belum lagi masalah terkait Marin Odegaard,yang sempat ribut besar dengan Francisco José Rodríguez Gaitán. Semua itu terjadi saat Zidane menangani Real Madrid Castilla. Beruntung, keputusan manajemen Real Madrid menunjuk Zidane memiliki dasar kuat.
Dua tahun berstatus pelatih Real Madrid Castilla, Zidane mampu memberikan gelar juara, tepatnya pada musim 2015-2016. Pada saat itu, Zidane menampilkan beberapa sosok dengan potensi tinggi, seperti sang putra, Enzo Zidane, Alvaro Tejero, Philipp Lienhart, Marcos Llorente, Javier Muñoz Jiménez, Borja Mayoral Moya dan Mariano Díaz Mejía
Nama terakhir beberapa kali masuk ke tim utama Real Madrid, dan kondisi tersebut terus terjadi pada era Zidane. Tak pelak, omongan Rachel Bonnetta sempat mental kala Zidane menuai juara Liga Champions musim lalu.
Sayang, kritik pedas Rachel Bonnetta kembali mencuat saat armada Zidane kalah pada laga El Clasico di kandang sendiri, pada putaran kedua La Liga 2016-2017. Namun, apa yang terungkap dari para haters, menjadi penyulut energi bagi Real Madrid.
Alhasil, gelar juara La Liga berhasil mereka raih setelah bersaing ketat dengan sang rival abadi, Barcelona. Real Madrid butuh partai terakhir guna menentukan posisi pertama di klasemen akhir Liga BBVA.
Langkah Zidane untuk, sekali lagi, menepis keraguan publik terkait ucapan Rachel Bonnetta, bakal tersaji Minggu (4/6/2017) dini hari WIB. Momen tersebut berada jauh, di tempat netral, tepatnya di kota Cardiff, Wales.
Kali ini tantangan Zidane berbeda dengan tahun lalu. Lawan Zidane kali ini adalah klub yang pernah membesarkan namanya, juga raksasa Italia, plus sukses membuat tak berdaya Barcelona.
Nama Juventus bakal memberi kesan tersendiri bagi Zidane. Ia sadar, publik Spanyol dan Madridistas secara khusus, berharap kejeniusan Zidane bisa membuat mantan klubnya bertekuk lutut. Hal itu berarti Real Madrid akan mengangkat trofi juara Liga Champions, lagi dan lagi.
Altar 90 menit Stadion Millennium bakal terasa panas bagi Zidane. Juventus datang dengan hasil nyaris sempurna. Tentu, bukan semata hasil akhir, namun taktik mereka yang tak mudah diruntuhkan tim manapun.
Pola defensif yang menjebak, mengutip sebutan dari eks pelatih Juventus, Marcello Lippi, bakal dihadapi Real Madrid. Bukan hal mudah untuk mendobrak fatsun pola bertahan dengan serangan balik ala Juventus.
Pada fase inilah, Madridistas berharap otak jenius Zidane, yang semasa bermain bisa mengubah deadlock menjadi kreasi, bisa kembali menghadirkan kegembiraan. Harapan itu muncul seiring unggahan di akun Instagram Real Madrid, yang mempertontonkan kejayaan mereka di Milano pada 2016.
Sumber: Berbagai sumber