Bola.com, Jakarta - Peta bulutangkis dunia mengalami banyak pergeseran selepas Olimpiade Rio de Janeiro 2016. Sejumlah pemain senior papan atas memutuskan mundur, seperti Lee Yong-dae dan Zhao Yunlei.
Baca Juga
Namun, pergeseran itu tak membuat bulutangkis kehilangan pesona. Selalu ada pemain-pemain lain yang muncul memberikan kejutan di pentas bulutangkis dunia. Begitu pula pada tahun ini, yang menjadi saksi munculnya pemain-pemain potensial.
Sejumlah kejutan mewarnai perhelatan bulutangkis pada 2017. Salah satunya hattrick gelar beruntun yang ditorehkan ganda putra Indonesia, Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon. Kevin/Marcus mencuri perhatian dengan permainan cepat dan sulit ditebak.
Ada pula lima titel super series beruntun yang diukir pemain Taiwan, Tai Tzu Ying. Dia hampir tak ada yang menyaingi. Carolina Marin dan pemain-pemain putri lainnya sulit menjegal Tai Tzu Ying. Namun, prestasi mereka tak terlalu mengejutkan karena pada tahun sebelumnya juga sudah tampil gemilang.
Selain mereka, muncul juga kejutan-kejutan dari pemain muda. Salah satu yang berasal dari Indonesia adalah Apriyani. Pemain muda tersebut di luar dugaan mampu mengimbangi Greysia Polii saat mereka dipasangkan pada Thailand Terbuka Grand Prix Gold 2017. Padahal itu baru event kedua mereka setelah juga tampil di Piala Sudirman.
Siapa saja pemain non-unggulan yang bikin kejutan di arena bulutangkis dunia pada tahun ini? Berikut ini Bola.com merangkumnya dinilai dari penampilan mereka pada 2017:
Sapsiree Taerattanachai
Popor, begitu ia akrab disapa, menjadi buah bibir di arena bulutangkis Thailand. Tak banyak pemain Thailand yang mampu bermain rangkap namun tetap menghasilkan prestasi menjanjikan. Pemain yang bernama lengkap Sapsiree Taerattanachai tersebut lahir di kota Udon Thani, Thailand.
Awalnya dia bermain di sektor ganda putri bersama Savitree Amitrapai. Namun, karena kesenjangan prestasi Thailand di ganda campuran membuat Sapsiree coba dipasangkan dengan Dechapol Puavaranukroh. Uji coba itu berhasil hingga saat ini mereka mampu menebus 10 besar ranking dunia BWF.
Kejutan lahir pada awal 2017, saat pemain tersebut mampu mengawinkan gelar runner up di ajang Thailand Masters 2017. Tak tanggung-tanggung, pasangan ganda putri China, Huang Dongping/Li Yinhui, mampu dilibas Sapsiree/Savitree di semifinal. Namun, di final mereka takluk dari ganda putri nomor satu China, Chen Qingchen/Jia Yifan. Di ganda campuran juga tak kalah mengejutkan, saat Sapsiree/Dechapol mengandaskan ganda campuran China, Wang Yilyu/Huang Dongping, di babak 32 besar hingga mencapai final.
Pada Maret 2017, Sapsiree berhasil meraih gelar di Swiss Terbuka. Lawan yang dihadapi juga tak kalah mentereng, di semifinal mampu mengalahkan pasangan nomor satu dunia Zheng Siwei/ Chen Qingchen dan di final menumbangkan juara All England 2016, Praveen Jordan/Debby Susanto, dua gim langsung.
Angin segar tentu dirasakan Timnas Thailand saat ini. Kehadiran Sapsiree tentu menjadi amunisi baru. Kini tak hanya Ratchanok atau Busanan yang jadi andalan di sektor tunggal putri, namun Sapsiree bisa menjadi tumpuan di sektor ganda putri dan ganda campuran.
Sai Praneeth
Masuk di tiga final turnamen dan memenangi dua diantaranya pada 2017 merupakan pencapaian gemilang bagi tunggal putra India, Sai Praneeth. Prestasi tersebut juga pernah dilakukan seniornya saat ini Srikandh Kidambi. India pun kini memiliki stok melimpah dan berkualitas di sektor tunggal putra.
Pada Singapura Terbuka Super Series 2017 tercipta All Indian Finals, dimana Sai Praneeth keluar sebagai juara setelah mengalahkan seniornya, Srikanth Kidambi. Ini merupakan gelar pertama Sai di tahun 2017, sebelumnya pemain kelahiran Hyderabad, India, tersebut sukses mencapai final Syedmodi International Championship 2017 namun kalah dari sesama pemain India, Sameer Verma.
Sai Praneeth memang menjadi pemain yang patut diperhitungkan pada tahun ini. Minggu lalu pemain berpostur 176 cm tersebut sukses mengalahkan Jonatan Christie di final Thailand Terbuka Grand Prix Gold 2017, yang membuatnya naik ke peringkat 24 dunia.
Apriani Rahayu
Talenta menjanjikan asal Sulawesi Tenggara, Apriani Rahayu, cukup mencuri perhatian di sektor ganda putri pelatnas PBSI. Greysia Polii, yang sedang ditinggal Nitya Krishinda Maheswari yang sedang cedera, coba diduetkan dengan Rizky Amelia Pradipta serta Rosyita Eka Putri. Namun, mereka tak mampu berbuat banyak sejak awal 2017.
Pelatih ganda putri, Eng Hian, kemudian mencoba memasangkan Greysia dengan Apriani Rahayu yang baru bergabung dengan pelatnas Cipayung pada awal 2017. Di ajang Piala Sudirman, Greysia/Apriani tampil memuaskan meski tak bisa membawa Indonesia lolos ke babak perempat final.
Koh Eng Hian kembali menduetkan Apriani dan Greysia Polii di ajang Thailand Grand Prix Gold. Puncaknya kolaborasi pemain senior-junior tersebut sukses menggondol gelar juara di turnamen tersebut mengalahkan pasangan tuan rumah dua gim langsung.
Pemain ganda putri kelahiran Kelurahan Lawulo, Kecamatan Anggaberi, Konawe, pada 29 April 1998 akan kembali unjuk kebolehan pada ajang Indonesia Open Super Series Premier 2017 yang akan digelar Senin (12/6/2017) di Jakarta. Penikmat bulutangkis Tanah Air tentu menantikan kejutan baru yang dihadirkan Greysia Polii/Apriani Rahayu. Di babak kualifikasi pasangan baru ini akan berhadapan dengan ganda putri Korea, Chae Yoo-jung/Kim So-yeong, Senin.
Zhang Beiwen
Pemain 26 tahun keturunan China yang membela panji-panji Amerika Serikat, Zhang Beiwen, mampu mencuri perhatian penikmat bulutangkis dunia pada enam bulan belakangan. Namanya mulai tersorot saat mengalahkan juara tunggal putri All England 2016 asal Jepang, Akane Yamaguchi, di semifinal Singapura Terbuka Super Series 2017 sebelum dikalahkan sang ratu tunggal putri, Tai Tzu Ying, di final.
Zhang Beiwen yang lahir di Lioning, China, tampaknya tak ambil bagian di gelaran Indonesia Open 2017. Pemain yang sangat menyukai nasi goreng ini tidak menjelaskan penyebab batal ikut pada ajang super series terbesar di dunia tersebut.
Patut disimak perjalanan Zhang Beiwen di gelaran turnamen bulutangkis sepanjang 2017 ini. Apakah dia mampu menciptakan tradisi baru bagi bulutangkis Amerika Serikat atau malah stagnan karena kalah bersaing dengan pebulutangkis dunia lainnya.
Shi Yuqi
Wonderkid, Shi Yuqi, membuat China tak perlu risau jika suatu saat ditinggalkan pemain sekaliber Chen Long dan Lin Dan. Hal ini membuat China sangat beruntung jika dibandingkan dengan Indonesia setelah pensiunnya Taufik Hidayat. Shi Yuqi masih berusia 21 tahun namun sudah sejajar dengan pemain muda papan atas lainnya macam Viktor Axelsen dan Chou Tien Chen. Dia saat ini nangkring di peringkat 4 dunia.
Meski seangkatan dengan pemain pelatnas Indonesia seperti Jonatan Christie, Anthony Sinisuka Ginting dan Ihsan Maulana Mustofa, prestasi yang dihasilkan Shi Yuqi jauh lebih mentereng di turnamen super series. Sejak Januari 2017, dua partai final berhasil dipijak meski akhirnya tumbang. Di babak final All England 2017, dia takluk dari Lee Chong Wei dan babak final Swiss Terbuka 2017 menyerah dari seniornya, Lin Dan.
Meski menelan dua kekalahan di final, hasil ini menjadi sinyal Shi Yuqi siap bersaing meraih banyak gelar dengan pamain-pemain papan atas lainnya. Pembuktian pertama akan tersaji di ajang Indonesia Open 2017. Shi Yuqi akan bertemu dengan tunggal putra senior Korea Selatan, Lee Hyun-il, pada babak 64 besar.