Bola.com - Para pemain Asia sering kali dipandang sebelah mata pada pentas sepak bola Eropa, tidak terkecuali yang berasal dari Jepang. Namun, terdapat beberapa nama yang dapat menjadi pengecualian karena mampu berprestasi.
Kehadiran pesepak bola asal Jepang kerap dianggap sebagai pelengkap atau sekadar strategi pemasaran klub-klub Eropa. Kebanyakan dari mereka hanya mampu menghuni bangku cadangan klub yang mereka bela.
Yasuhiko Okudera menjadi pemain Jepang pertama yang mencicipi kerasnya persaingan sepak bola Eropa. Okudera mendapat kontrak profesional dari FC Koln pada 1977.
Bersama Koln, Okudera tampil cukup apik dengan catatan 94 penampilan dengan koleksi 21 gol, jumlah yang tidak buruk untuk seorang gelandang. Selain itu, pria yang kini berusia 65 tahun itu berhasil memenangi Bundesliga dan DFB Pokal 1977-1978.
Setelah dari Koln, Okudera melanjutkan petualangan di Jerman bersama Hertha Berlin dan Werder Bremen. Okudera tetap mampu berprestasi meski tak sampai menjadi juara.
Puncak karier Okudera terjadi saat memperkuat Bremen. Sang pemain membela klub itu pada 190 pertandingan dan menyumbang 12 gol. Setelah itu, Okudera memutuskan kembali ke Jepang pada 1986 dan mengakhiri karier di sana dua tahun kemudian.
Kesuksesan Okudera membuat pemain-pemain asal Jepang berani mengadu nasib ke Eropa. Meski tak semua berhasil mengikuti jejak Okudera, beberapa sempat bersinar bahkan menjadi pujaan di klub masing-masing.
Berikut ini merupakan sebagian pesepak bola asal Jepang yang sempat bersinar di Eropa:
Hidetoshi Nakata
Berstatus sebagai pesepak bola terbaik Asia 1997, Nakata menerima pinangan Perugia untuk bermain di Serie A sewaktu masih berusia 20 tahun. Hal itu menjadikannya pemain asal Jepang kedua yang bermain di kompetisi tersebut.
Satu setengah musim bersama Perugia cukup membuatnya dibeli salah satu raksasa Italia, AS Roma. Seketika nama Nakata menjadi pujaan publik Jepang. Bahkan, saat itu dia mendapat julukan 'David Beckham dari Asia'.
Selama memperkuat I Gialorossi, Nakata tampil pada 40 pertandingan dengan koleksi enam gol. Pria yang kini berusia 40 tahun itu berhasil membantu AS Roma memenangi Scudetto 2000-2001.
Setelah itu, Nakata memutuskan hengkang ke Parma karena ingin mendapat menit bermain lebih. Pilihannya terbukti jitu, gol Nakata ke gawang Juventus pada leg pertama Coppa Italia berhasil membantu Parma memenangi ajang tersebut.
Selepas dari Parma, Nakata sempat memperkuat Bologna, Fiorentina, dan Bolton Wanderers. Setelah itu, Nakata memutuskan pensiun dari dunia sepak bola saat masih berusia 29 tahun pada 2006.
Shunsuke Nakamura
Memiliki fisik yang dianggap kurang mumpuni sebagai pesepak bola tak lantas membuat Shunsuke Nakamura patah arang. Hal itu menjadi alasan Nakamura tidak dipanggil memperkuat timnas Jepang pada Piala Dunia 2002.
Meski begitu, Nakamura justru menerima pinangan Reggina pada tahun yang sama. Nakamura seolah ingin membuktikan pelatih Philippe Troussier salah tidak membawanya ke Piala Dunia 2002.
Bersama Reggina, Nakamura gagal menampilkan performa terbaiknya. Dia justru mulai bersinar saat pindah ke Glasgow Celtic tiga tahun kemudian. Di tanah Skotlandia, Nakamura mulai dikenal sebagai eksekutor bola-bola mati yang handal.
Bersama Celtic, Nakamura mempersembahkan tiga gelar Liga Skotlandia, dua Piala Liga Skotlandia, dan satu Piala Skotlandia. Selain itu, dia juga sempat menjadi pemain terbaik kompetisi tersebut pada 2007.
Shinji Ono
Shinji Ono menjadi pesepak bola asal Jepang pertama yang memenangi kompetisi antarklub Eropa. Terlebih, prestasi itu dia raih pada musim pertamanya bermain di Eropa.
Pada awal musim 2001-2002, Ono memulai petualangan di Eropa bersama Feyenoord Rotterdam. Keputusan tersebut terbukti tepat, setelah Ono mempersembahkan Piala UEFA pada musim yang sama.
Nama Ono tidak sekadar menjadi pemanis bagi Feyenoord, dia merupakan salah satu andalan pelatih saat itu, Bert van Marwijk. Pada laga final Piala UEFA menghadapi Borussia Dortmund, Ono mengkreasi gol Jon Dahl Tomasson pada menit ke-50.
Selama lima musim membela Feyenoord, Ono bermain pada 151 pertandingan di semua ajang. Pria yang kini berusia 37 tahun itu berhasil mendapatkan pengakuan di Belanda, bahkan Wesley Sneijder sempat menganggapnya sebagai salah satu lawan tersulit.
Shinji Kagawa
Setelah generasi Nakata dan kawan-kawan di Eropa mulai kehilangan taji, Shinji Kagawa menjadi harapan baru Jepang di Eropa. Kagawa mengikuti jejak Okudera dengan memulai petualangan di Jerman.
Kagawa pindah ke Borussia Dortmund pada 2010. Saat itu, dia langsung mempersembahkan gelar ganda, Bundesliga dan DFB Pokal. Secara keseluruhan, Kagawa tampil pada 28 pertandingan dengan catatan 12 gol di semua ajang.
Musim berikutnya, peran Kagawa di Dortmund semakin penting. Pemain 28 tahun itu tampil pada 43 laga dengan catatan 17 gol. Gelar Bundesliga pun berhasil dipertahankan Dortmund. Prestasi tersebut membuat Manchester United merekrutnya pada 2012.
Sempat tampil apik dengan mempersembahkan Premier League pada musim pertamanya, performa Kagawa di Manchester United terus menurun. Sang pemain memutuskan kembali ke Dortmund pada 2014.
Sumber: Berbagai sumber