Bola.com, Surabaya - Meski hanya bermain di Liga 2 2017, nama dan reputasi besar Persebaya tetap menjadi magnet kuat bagi puluhan ribu Bonek Mania. Buktinya, laga kandang Persebaya tak pernah sepi penonton. Bahkan kapasitas Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya, yang mencapai 55.000 orang selalu dipenuhi Bonek Mania.
Level kompetisi tampaknya tidak memengaruhi antusiasme Bonek Mania untuk berbondong-bondong ke stadion setiap kali Persebaya tampil di kandang. Bahkan, ribuan Bonek juga hadir memberikan dukungannya ketika tim besutan Angel Alfredo Vera bermain tandang.
Baca Juga
Melimpahnya jumlah Bonek Mania ini disebabkan oleh fanatisme Bonek terhadap tim kesayangannya. Kerinduan Bonek terhadap aksi pasukan Persebaya di lapangan juga menjadi faktor lain banyaknya dukungan yang mereka berikan selama putaran pertama Liga 2 2017 berjalan.
Besarnya masa Bonek sudah bisa dilihat selama terjadi dualisme Persebaya. Ribuan pendukung Persebaya itu selalu datang dalam jumlah besar acap kali menggelar aksi turun ke jalan guna memprotes sikap PSSI yang dianggap semena-mena lantaran tak memasukkan nama Persebaya ke dalam daftar keanggotaannya.
Mereka bukan hanya datang dari masyarakat Surabaya, tapi juga banyak datang dari luar kota, atau bahkan luar pulau. Seperti saat Persebaya menjamu Persepam Madura Utama maupun Persatu Tuban.
"Benar, banyak yang datang dari Pasuruan, Sidoarjo, Gresik, Jember, serta beberapa daerah lainnya. Terkadang, Bonek dari daerah luar pulau, macam Bali, Kalimantan, atau provinsi lainnya juga datang. Untuk lawan Persatu lalu misalnya, puluhan Bonek Bali datang dengan mengendarai tiga mobil," ujar Roky Maghbal, Media Officer Persebaya.
Bonek dari Masa ke Masa
Pada era Perserikatan, selain Malang Raya dan sekitarnya, pendukung Persebaya memang tersebar hampir di seluruh wilayah Jatim. Seiring munculnya klub-klub baru macam Persik Kediri, Persela Lamongan, dan Deltras di kompetisi kasta tertinggi, fans Persebaya dari beberapa kota/kabupaten pun sempat menyusut meski tak banyak.
Kondisi ini diperparah dengan konflik dualisme Persebaya yang memecah Bonek menjadi dua kubu pada 2010. Jumlah pendukung serta simpatisan Persebaya terus bertambah dan membludak ketika tim berjulukan Green Force di bawah naungan PT Persebaya Indonesia dicoret dari keanggotaan PSSI. Hal ini terjadi lantaran memilih tampil di kompetisi tak resmi, Indonesia Premier League (IPL) 2013.
Mekanisme pencoretan itu dilakukan setelah ada Keputusan Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI di Jakarta pada 17 Maret 2013 yang secara tegas menyatakan bahwa Persebaya yang asli adalah yang bermain di Divisi Utama dan kemudian promosi ke LSI. Bukan yang pernah bermain di IPL.
Sejak itu jumlah Bonek terus bertambah besar. Perlawanan demi memperjuangkan nasib Persebaya pun menjadi magnet bagi Bonek yang tersebar di seluruh Jatim, bahkan Indonesia. Tak heran, ketika klub yang bermarkas di Surabaya ini kembali eksis di kancah sepak bola Indonesia (Liga 2 2017) dukungan mengalir deras. Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya, pun selalu dijejali penonton.
"Persebaya tim besar dengan basis massa yang sangat besar pula. Jangankan di Indonesia, di luar negeri pun kami punya fans. Karena itu, jangan heran bila di setiap pertandingan kami selalu didukung puluhan ribu suporter," ujar Roky Maghbal.
Besarnya dukungan Persebaya tak hanya saat bermain di laga kandang saja. Ketika tandang, Persebaya juga mendapat dukungan besar dari suporternya. Salah satu yang bisa dilihat adalah ketika mereka bermain di Martapura yang letaknya jauh dari Surabaya. Ratusan suporter Persebaya pun datang memberikan dukungan.
Dukungan melimpah inilah yang dibutuhkan Persebaya untuk kembali mengorbit ke kompetisi kasta tertinggi. Maklum, suporter bisa menjadi pemain ke-12 bagi Persebaya di kala tanding.