Bola.com, Jakarta - Sosok Evan Dimas jadi pemain paling berpengalaman di skuat Timnas Indonesia U-22. Ia sudah mencicipi kostum Tim Merah-Putih level senior sejak Piala AFF 2014, dan beberapa tahun tak pernah absen di ajang-ajang internasional melibatkan timnas. Namun, belakangan di era Luis Milla ia seperti terpinggirkan.
Evan Dimas jadi pemain cadangan dalam duel perdana Kualifikasi Grup H Piala AFC U-23 2018 melawan Malaysia Rabu (19/7/2017). Luis Milla lebih memilih memainkan Gian Zola, gelandang serang Persib Bandung, yang minim jam terbang internasional, sebagai jenderal lapangan tengah Tim Garuda Muda.
Baca Juga
Evan baru turun pada babak kedua, setelah Timnas Indonesia U-22 tertinggal dengan skor telak 0-3 di paruh pertama pertandingan.
Bukan kali pertama Evan terpinggirkan dari daftar pemain utama Timnas Indonesia U-22 yang dipersiapkan buat ajang SEA Games 2017 tersebut.
Sebelumnya saat Timnas U-22 melakoni uji coba melawan Myanmar di Stadion Pakansari, Cibinong, pada 21 Maret 2017 silam, Evan juga hanya dapat kesempatan bermain selama 45 menit saja. Saat itu Timnas U-22 kalah dengan skor telak 1-3.
Selanjutnya, pemain kelahiran 13 Maret 1995, yang sempat menjalani trial di dua klub Spanyol Llagostera dan Espanyol B, malah sama sekali tidak dipanggil saat Timnas Indonesia U-22 menjalani uji coba melawan Kamboja (2-0) dan PuertoRico (0-0).
Milla saat itu beralasan kalau ingin mencoba kemampuan pemain lain. Arsitek asal Spanyol tersebut juga menilai level kebugaran pemain didikan Persebaya Surabaya itu drop akhibat menjalani pertandingan padat bersama Bhayangkara FC.
"Kami sangat paham kualitas Hansamu dan Evan, tetapi volume bermain mereka di klub cukup tinggi, apalagi Evan sedikit cedera pergelangan kaki. Jadi tim pelatih timnas memutuskan untuk mengistirahatkannya terlebih dahulu," ujar Bima Sakti, asisten pelatih Timnas Indonesia U-22.
Rumor Indisipliner
Padahal, performa Evan Dimas bersama klubnya Bhayangkara FC tengah menanjak. Ia berkontribusi besar mengerek posisi klub ke jajaran empat besar Liga 1 2017.
"Saya naik-turun di Indonesia karena saat di U-19 belum merasakan atmosfer liga yang sebenarnya. Saat itu saya masih muda dan lawan senior jadi masih meraba. Kalau mau main bagus harus main di liga cukup lama. Makanya saya mau main lebih banyak dan oke di Liga 1," kata Evan.
Sempat beredar isu tak sedap kalau sang pemain kurang disukai Luis Milla, karena kurang disiplin. Ia bukan satu-satunya pemain yang terpinggirkan dengan embel-embel tak sedap. Selain Evan, ada Hansamu Yama, bek veteran Timnas Indonesia U-19, yang bersinar bersama Tim Merah-Putih Senior di Piala AFF 2016.
Namun, bola panas isu soal Evan Dimas dimentahkan PSSI. Jelang Kualifikasi Piala AFC U-23 sang pemain dan Hansamu kembali dipanggil ikut pelatnas.
Bareng sejumlah pemain lain, Nur Hardianto, Bagas Adi Nugroho, Saddil Ramdhani, Hanif Sjahbandi, dan Marinus Maryanto, mereka mengikuti latihan khusus di Karawaci, Tangerang, pada 16–29 Juni.
Mereka bakal ditangani secara khusus oleh pelatih fisik asal Prancis Florent Motta. ”Ada penanangan khusus untuk para pemain-pemain itu. Terutama masalah fisik mereka yang belum bugar,” kata Wakil Ketua Umum PSSI, Joko Driyono.
”Kami berharap setelah mengikuti program latihan khusus tersebut, para pemain bisa berada dalamkondisi terbaik,” tambahnya.
Style Bermain
Memang, para pemain tersebut sempat diisukan mengalami masalah kebugaran. Evan mengalami cedera engkel beberapa hari sebelum bertandang ke Kamboja, sedangkan Hansamu memiliki cedera kambuhan di lutut.
Selain mereka, Nur Hardianto mengalami cedera pangkal paha saat bertarung melawan Kamboja (8/6).
Khusus Evan dan Hansamu, Joko membantah bahwa dua pemain itu sempat dicoret dari timnas karena memiliki indisipliner. ”Kalau soal itu kasus indisipliner saya pribadi belum mendengarnya. Tapi, selama yang saya tahu, mereka bermasalah dengan kebugaran sehingga harus diperbaiki lagi dalam latihan khusus ini,” jelas Joko Driyono.
Menariknya, Evan yang dalam kondisi bugar 100 persen jadi cadangan saat Timnas Indonesia U-22 bersua rival abadi, Malaysia. Bocoran lain menyebut kalau sang gelandang serang tipikal permainannya kurang disukai Luis Milla.
Nakhoda yang sukses mengantar Timnas Spanyol juara Piala Eropa U-21 2011, tidak seperti kebanyakan pelatih Spanyol lainnya, tidak mengusung style bermain tiki-taka. Milla membangun tim dengan mengedepankan speed and power. Pemain-pemain yang punya kecepatan dan daya tahan fisik yang oke lebih ia prioritaskan.