Bola.com, Jakarta - Dalam beberapa bulan terakhir, AS Monaco menjadi satu di antara klub Eropa yang paling banyak disebut media-media dunia. Tidak hanya berprestasi di lapangan, AS Monaco juga mencuri perhatian dari sisi bisnis sepak bola.
Baca Juga
AS Monaco tidak memiliki harapan muluk-muluk saat menjalani musim 2016-2017. Mungkin, target awal yang diberikan manajemen kepada pelatih Leonardo Jardim adalah menyaingi Paris Saint-Germain (PSG) dan lolos ke babak 16 besar Liga Champions.
Sebuah target masuk akal untuk ukuran klub yang baru promosi ke Ligue 1 pada 2013-2014. Di samping itu, materi pemain AS Monaco mayoritas hanya diisi banyak pemain muda.
Namun, justru para pemain muda ini yang membuat AS Monaco mendadak menjadi superior. Tangan dingin Jardim beserta staf pelatih mampu meningkatkan kualitas para pemain belia yang namanya mungkin tidak mendunia macam Lionel Messi atau Cristiano Ronaldo.
Secara perlahan, AS Monaco merusak "kebahagiaan" PSG yang dalam beberapa musim terakhir seperti bermain sendirian di Ligue 1. Gelar juara Ligue 1 pun terbang dari genggaman PSG menuju lemari trofi Les Monegasques (julukan AS Monaco) pada 2016-2017.
Di Eropa, AS Monaco lebih mencuri perhatian. Memang, langkah Kylian Mbappe dan kawan-kawan hanya sampai ke babak semifinal karena disingkirkan Juventus. Namun, catatan tersebut adalah pencapaian terbaik tim sejak melaju hingga final Liga Champions 2003-2004.
Untung Besar
Keberhasilan AS Monaco mengundang pujian. Bukti terkuat karena beberapa klub besar Eropa mulai melirik para bintang muda Les Monegasques pada bursa transfer musim panas 2017.
Perlahan, para pemain andalan AS Monaco hengkang dari St Louis II, yang menjadi markas tim. Dari tujuh pemain yang hengkang (hingga 31 Juli 2017), tiga pemain di antaranya memberikan keuntungan finansial besar.
Bernardo Silva, Tiemoue Bakayoko, dan Benjamin Mendy merupakan pilar AS Monaco sepanjang musim lalu. Ketiga lantas bergabung dengan klub-klub besar seperti Manchester City (Bernardo Silva dan Mendy) serta Chelsea (Bakayoko).
Hasil penjualan ketiga pemain itu mencapai lebih dari 100 juta poundsterling. Sebuah penjualan yang nilainya lebih besar ketimbang pemain termahal dunia, Paul Pogba. Angka penjualan semakin meningkat bila menambah daftar pemain lain yang dilepas, yakni Valere Germain, Abdou Diallo, Corentin Jean, dan Nabil Dirar.
Menurut Transfermarkt, AS Monaco telah meraup uang hasil menjual pemain sebesar 142,38 juta poundsterling selama musim panas ini. Les Monegasques tercatat sebagai klub Eropa yang mendapatkan uang penjualan pemain tertinggi jelang bergulirnya musim 2017-2018.
Angka penjualan pemain AS Monaco bisa melonjak dua kali lipat jika memutuskan melepas Mbappe. Kabar yang beredar, harga jual Mbappe yang diincar Real Madrid, Arsenal, dan Manchester City bisa mencapai 150 juta poundsterling.
Apa yang dilakukan AS Monaco menunjukkan cara yang tepat dalam mengurus sebuah klub sepak bola, dalam hal ini dari segi bisnis. Pasalnya, Los Monegasques hanya mengeluarkan biaya sebesar 32 juta poundsterling saat merekrut Bernardo Silva, Mendy, dan Bakayoko.
Pengorbanan
Lantas, bagaimana AS Monaco bisa mendapatkan keuntungan besar tersebut? Kunci utama adalah menjaga filosofi tim yang percaya dengan pengembangan pemain muda.
AS Monaco tidak seperti mendapat "durian runtuh" dari hasil penjualan pemain. Ada proses "pengorbanan" yang dilakukan klub, terutama sejak diambil alih pebisnis asal Rusia, Dimitry Rybolovlev, pada 2011.
Pada awal kepemimpinan Rybolovlev, AS Monaco melakukan pembenahan tim seperti halnya PSG, yakni membeli banyak pemain dengan harga mahal. Joao Moutinho, James Rodriguez, dan Radamel Falcao merupakan contoh pemain yang direkrut AS Monaco dengan biaya tinggi.
Hal itu diakui Wakil Presiden Vadim Vasylyev. "Kami tidak mendapatkan apa yang kami raih saat ini tanpa investasi besar. Kami memiliki ambisi besar. Kami ingin para pemain hebat Eropa dan bisa cocok dengan tim ini."
Kedatangan para pemain itu membuat nama AS Monaco sedikit terangkat. Nilai investasi tim meningkat meski harus mengeluarkan biaya transfer besar. Sebagai pebisnis, Rybolovlev (orang terkaya ke-190 dunia), sangat mengerti hal ini.
Setelah itu, AS Monaco kembali mengeluarkan dana besar. Namun, kali ini bukan untuk membeli pemain, melainkan mengingkatkan kualitas fasilitas penunjang pemain serta mengirim para pemandu bakat untuk mencari pemain muda di seluruh Eropa.
Untuk mewujudkan hal itu, Los Monegasques mengeluarkan dana 25 juta euro. Tak ayal, hanya AS Monaco yang tercatat sebagai klub Eropa dengan jumlah pencari bakat terbanyak di kota Paris, yakni mencapai enam orang. Itu hanya di Paris, belum wilayah lain, termasuk di se-antero Eropa.
Pemain-pemain yang direkrut pada usia muda kemudian mendapatkan pelatihan di bawah pengawasan staf profesional. Tidak soal pengetahuan bermain sepak bola, para pemain juga belajar secara akademis di klub. Pihak klub mengklaim, cara ini sudah dilakukan sejak 1975.
Lebih dari 30 pekerja profesional khusus mengurus para calon pemain profesional di AS Monaco. "Semua pekerja kami memenuhi syarat di bidang keahlian masing-masing. Mereka akan melayani pemain muda selama 24 jam penuh," sebut pernyataan resmi AS Monaco.
Kini, tantangan utama AS Monaco adalah tetap menjalankan filosofi itu sejalan dengan prestasi tim di lapangan. Jika bisa terus berlanjut, AS Monaco bakal acuan bagaimana mengurus sebuah klub sepak bola pada era modern.
Sumber: Berbagai sumber