Enigma Paul Pogba

oleh Ary Wibowo diperbarui 12 Agu 2017, 16:37 WIB
Ilustrasi gelandang Manchester United, Paul Pogba. (Bola.com/Adreanus Titus).

Bola.com — Enigma Paul Pogba. Setelah bergabung Manchester United dengan status sebagai pesepak bola termahal dunia pada musim panas 2016, bintang asal Prancis seraya masih menyimpan rahasia. Beberapa pertanyaan lalu muncul dan satu di antaranya, sudah maksimalkah kontribusi Paul Pogba?

Advertisement

Pogba memang memiliki segalanya sebagai pesepak bola. Postur tinggi besar, aura bintang, hingga visi besar dalam permainan. Namun, apakah hal tersebut sudah sejalan dengan fakta yang terjadi di lapangan. Terkait posisi di lapangan, misalnya.

Apakah Pogba merupakan gelandang box-to-box berbahaya bagi lawan? Atau dia merupakan holding-mildfielder yang cukup cerdas mengantur tempo permainan? Atau Paul Pogba justru merupakan pemain unik lantaran memiliki kedua kemampuan tersebut jika bertanding di lapangan?

Hingga saat ini, kiranya akan sulit menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Andai Jose Mourinho memiliki penilaian tersendiri, tentunya hasil keputusannya merekrut Pogba belum terlihat nyata. Bahkan, tidak ada nama Pogba dalam daftar lima gelandang terbaik Premier League pada musim lalu.

Baca ulasan Bola.com menjelang bergulirnya Premier League 2017-201 dengan mengklik tautan ini 

Mantan pemain Juventus tersebut kalah bersaing dengan N'Golo Kante, Dele Alli, Mousa Dembele, Adam Lallana, dan Victor Wanyama. Meski demikian, fakta yang tidak dapat dimungkiri adalah Paul Pogba memang merupakan salah satu bintang muda spesial. Pada akhirnya, faktor waktulah yang akan berbicara.

Statistik Paul Pogba di Manchester United pada musim 2016-2017 (Bola.com/Adreanus Titus)

Terlepas dari peran yang tidak terlalu terlihat, Pogba tetap mendapat penilaian tertinggi daripada pemain-pemain Manchester United lainnya, berdasar catatan Squawka. Dari 30 laga Premier League 2016-2017, Pogba mencatat akurasi umpan sebesar 85 persen, dan 57 kali menciptakan peluang.

Akurasi tendangan Pogba 42 persen dan dari persentase tersebut ia menorehkan lima gol. Total, Paul Pogba mencetak sembilan gol dan enam assist dari 51 pertandingan di berbagai ajang. Meski demikian, Paul Pogba tetap mendapat pujian. Mantan gelandang Manchester United, Ryan Giggs, misalnya.

"Dia (Paul Pogba) mencetak sembilan gol (di seluruh kompetisi), tidak banyak gelandang 24 tahun bisa melakukan hal tersebut. Karena dia dibeli sangat tinggi, performanya akan selalu dibandingkan dengan banderolnya sendiri," kata Ryan Giggs. 

2 dari 3 halaman

Masa Depan

Manchester United membayar Juventus sebesar 105 juta Euro untuk mendapatkan Paul Pogba, Transfer ini membuat Paul Pogba menjadi pemain termahal di Dunia. (EPA/Peter Powell)

Saat menghadapi Real Madrid, di ajang Piala Super Eropa 2017, Selasa (8/8/2017), Pogba memang masih terlihat kesulitan menonjol di lini tengah Manchester United. Whoscored mencatat, dari tiga tendangan Pogba, hanya satu yang tepat mengarah ke gawang lawan.

Akurasi umpannya pun hanya 80.6 persen, masih kalah dibandingkan Jesse Lingard (94,1 persen), Ander Herrera (82,8 persen), Henrik Mkhitaryan (82,8 persen). Meski begitu, satu-satunya hal menggembirakan, Pogba mulai mencoba mengambil peran lebih banyak dalam membantu serangan Setan Merah.

Bahkan, setelah pertandingan usai, Michael Carrick memberi opini positif. Menariknya, bukan soal performa melawan Real Madrid, melainkan masa depan sang pemain di Old Trafford. Menurut Carrick, Pogba akan terus mencoba berkembang dan bukan tidak mungkin akan menjadi sosok pemimpin. 

"Saya yakin, manajer mempersiapkan sesuatu yang jangka panjang bagi seseorang yang akan menggunakannya. Dia (Pogba) mungkin akan mengenakan ban (kapten) tersebut. Iya, dia bisa menjadi kapten masa depan," kata Carrick, yang saat ini memegang peran sebagai kapten The Red Devils.

Paul Pogba membuka keunggulan Manchester United pada ment ke-15 pada laga Premier League melawan Swansea City di Liberty Stadium, (6/11/2016). (Action Images via Reuters/John Sibley)

Tidak hanya Carrick, Mourinho juga telah menegaskan, Paul Pogba adalah sosok pemimpin muda. Namun, sejatinya, untuk mengemban kapten klub sebesar Manchester United, Paul Pogba wajib lebih dulu membuktikan kualitas serta peran besarnya bagi permainan Setan Merah.

Toh, masalah kurangnya figur pemimpin merupakan salah satu persoalan krusial bagi Manchester United, dalam beberapa musim terakhir. Lihat saja komposisi pemain Manchester United pada era Sir Alex Ferguson. Banyak pemain berkarakter, misalnya, Bobby Robson, Eric Cantona, Roy Keane, Gary Neville, hingga Nemanja Vidic. 

Setelah melalui berbagai dinamika perubahan skuat, dalam 12 bulan terakhir kiranya figur pemimpin dalam skuat Manchester United hanya menyisakan tiga nama: Wayne Rooney —yang telah hijrah ke Everton—, Ashley Young, dan Michael Carrick. Zlatan Ibrahimovic bisa dimasukkan, namun dengan catatan ia benar akan kembali bergabung Manchester United, seperti yang mulai dikabarkan media-media Inggris. 

Terlepas masih ada pemain senior lain seperti Henrikh Mkhitaryan, Ander Herrrera, hingga Nemanja Matic, wajar jika Pogba dianggap berada di jalan yang benar untuk menjadi kapten. Menurut Mourinho, salah satu alasannya karena, "Dia (Pogba) memiliki banyak pengalaman pada usia yang masih sangat muda."

3 dari 3 halaman

Jawaban

Manchester United meresmikan pembelian Paul Pogba dari Juventus pada Selasa (9/8/2016). Dengan nilai transfer sekitar 100 juta poundsterling, Pogba kini menjadi pemain termahal dunia. (www.manutd.com)

Pengalaman tersebut akan semakin bertambah berkat kehadiran Nemanja Matic. Gelandang Serbia itu tentu menjadi solusi, baik bagi Pogba ataupun Manchester United. Bersama Matic, Pogba bisa bebas berkreasi di lapangan tengah membantu lini serang skuat asuhan Jose Mourinho. 

Perekrutan Matic dari Chelsea pun menjadi catatan tersendiri mengenai kecerdikan Mourinho. Manajer Portugal tersebut sadar betul, Pogba masih membutuhkan waktu berperan sebagai holding-mildfielder, yang pada awal musim lalu, diperkirakan akan menjadi posisi andalan Pogba di Manchester United. 

Dengan kehadiran Matic, Pogba bisa mengemban tugas sebagai gelandang box-to-box, yang merupakan posisi idealnya di Juventus. Jose Mourinho juga dapat menggunakan formasi favoritnya, 4-3-3, yang telah terbukti sukses mengantarkan Chelsea ke papan atas Premier League. 

Contoh skema 4-3-3 Manchester United dengan Nemanja Matic. (Buildlineup).

Kini, pertanyaan selanjutnya hanya tinggal soal konsistensi Pogba. Sejatinya, banderol besar tentu akan membuat tekanan Pogba semakin besar. Belum lagi melihat kehidupan pribadi Pogba di luar lapangan, meski berbagai mode rambut, unggahan foto di Instagram atau Twitter, kiranya merupakan hal lumrah dalam era sepak bola modern.

Toh, sepak bola adalah fiesta. Lewat sepak bola, berbagai macam bentuk ekspresi hingga harapan bisa terjadi. Contoh teranyar, lihat saja nilai transfer pemain yang awalnya dianggap di luar logika, kini bisa terlaksana sehingga membuat mulut pecinta sepak bola ternganga. Demikian halnya dalam upaya mencari jawaban atas teka-teki Paul Pogba. 

Sederhananya, meminjam bahasa Rio Ferdinand, "Mungkin hanya waktu yang akan memberitahu hal tersebut." Oleh karena itu, kita tunggu saja seperti apa aksi Paul Pogba membantu Manchester United dalam perburuan gelar Premier League 2017-2018, yang bergulir pada akhir pekan ini. 

Sumber: Berbagai sumber

Saksikan cuplikan pertandingan dari Liga Inggris, La Liga, Liga Champions, dan Liga Europa, dengan kualitas HD di sini