Bola.com, Jakarta - Timnas Indonesia U-22 bakal bersua Timor Leste dalam lanjutan penyisihan Grup B SEA Games 2017, Minggu (20/8/2017). Kedua negara memiliki hubungan historis yang amat dekat.
Baca Juga
Timor Leste sempat menjadi bagian dari provinsi di Indonesia interval 1975-1999. Negara pesemakmuran Portugal tersebut akhirnya melepaskan diri dari Indonesia pada 30 Agustus 1999.
Dalam sebuah referendum yang disponsori PBB, mayoritas rakyat Timor Timur memilih untuk lepas merdeka dari Indonesia.
Saat masih menjadi bagian dari negara kita, negara yang juga kerap disebut Timor Lorosa'e itu memiliki sumbangsih pada dunia sepak bola Tanah Air. Banyak pemain asal Timor Leste berkiprah di pentas kompetisi profesional, Indonesia.
Beberapa di antaranya sempat membela Timnas Indonesia. Sebut saja Miro Baldo Bento de Araujo, striker top kelahiran Kota Dili pelanggan Tim Merah-Putih di awal tahun 2000-an.
Penampilan trengginas pesepak bola kelahiran 4 Juni 1975 tersebut ditunjukkan di Piala AFF 1998. Ia menyumbang tiga gol. Sayang kala itu Timnas Indonesia gagal jadi juara setelah tersandung kasus sepak bola gajah melawan Thailand di babak penyisihan.
Pada tahun 2005 Bosco sempat membela Timnas Timor Leste sebelum akhirnya memutuskan jadi WNI dan tinggal di Bali hingga saat ini.
"Di Indonesia saya menikmati asam garam berkarier sebagai pesepak bola. Jujur saya belum kepikiran buat mudik, saya hidup bahagia bersama keluarga di Pulau Dewata. Mungkin suatu saat saya akan kembali ke Timor Leste, untuk membantu pengembangan sepak bola mereka," ujar mantan bek kelahiran 7 Juni 1975 saat berbincang santai dengan Bola.com pada Sabtu (19/8/2017).
Beberapa tahun terakhir sejumlah pesepak bola asal Timor Leste sempat wira-wiri di perhelatan kompetisi elite Indonesia. Sebut saja Diogo Rangel Santos (Sriwijaya FC, Persegres Gresik United), Paulo Cesar Silva Martin (PSM Makassar), Paulo Helber Rosa Ribeiro (Bhayangkara FC), serta Fellipe Bertoldo (Arema FC).
Semenjak dapat pendanaan lewat FIFA Goal Project pada tahun 2010, Timor Leste berbenah. Pemain-pemain belia berbakat bermunculan dari sana. Untuk kepentingan mengatrol prestasi Federasi Sepak Bola Timor Leste mendatangkan banyak pemain berdarah Brasil dan Portugal. Walau kebijakan ini sempat memunculkan kontroversi.
Pada tahun 2016, AFC membongkar skandal 12 pemain Timor Leste yang diturunkan di laga-laga internasional sejak 2012 berpaspor ilegal. "Semestinya memang federasi sepak bola Timor Leste memanfaatkan pemain-pemain berdarah asli. Sama seperti PSSI, federasi negara kelahiran saya memang banyak persoalan," tutur Joao Bosco Cabral.
Sudah dua musim terakhir Timor Leste secara resmi menggelar kompetisi profesional. Uniknya klub-klub kontestan kompetisi tersebut doyan mendatangkan pemain asal Indonesia.
Boaz Solossa, Imanuel Wanggai, Oktovianus Maniani (Carsae FC), Maman Abdulrahman, Patrich Wanggai, (Karketu FC), deretan pemain Tanah Air yang sempat mengadu nasib di masa kevakuman kompetisi imbas konflik panjang PSSI dengan Pemerintah RI pada tahun 2006 silam.
"Bicara soal kualitas, kompetisi sepak bola Timor Leste masih jauh dibanding Indonesia. Bisa dibilang kompetisi mereka selevel semi pro, karena pertandingan dihelat di satu stadion saja. Tapi cepat atau lambat saya yakin kompetisi mereka akan sangat berkembang," ucap Boaz.
Musim 2017 ini pemain-pemain Indonesia yang mentas di Timor Leste masuk cukup banyak. Mereka antara lain Markus Haris Maulana (Assalaam FC), Wahyu Danang Maliki (FC Lalenok United), Yulius Mauloko (Carsae FC), Marko Kabiay, Elvis Harewan, dan Moses Banggo (Cacusan FC), Domingos da Silva (Assalam FC). Mereka dihadirkan sebagai magnet mengundang kehadiran penonton.
Fakta-fakta di atas menjadi bumbu yang mengiringi pertandingan yang mempertemukan Timnas Indonesia U-22 kontra Timor Leste.