Bola.com, Jakarta - Air mata Sudirman tak terbendung ketika menceritakan pengalaman dan kebanggaannya saat ikut mengantar Timnas Indonesia meraih medali emas cabang sepak bola pada SEA Games Manila 1991. Sudirman yang kini berusia 48 tahun masih mengingat momen yang terjadi 26 tahun lalu itu dengan detail.
Baca Juga
“Saya menjadi penendang penalti terakhir. Saat berjalan menuju titik penalti rasanya seperti tak menyentuh tanah. Suasana stadion yang riuh seperti tak terdengar. Pikiran saya sangat fokus untuk menentukan ke arah mana bola akan saya tendang,” kenang Sudirman.
Sudirman sebagai penendang keenam sukses melaksanakan tugas. Indonesia memastikan medali emas setelah kiper Edi Harto menggagalkan tendangan keenam pemain Thailand. Babak adu penalti yang berakhir 4-3 itu harus dilalui setelah kedua tim bermain 0-0 di waktu normal dan perpanjangan waktu.
“Setelah pertandingan, pelatih Anatoly Polosin memeluk kami satu persatu dan mengatakan bahwa kami hebat,” kata Sudirman, kali ini sambil menitikkan air mata.
Sudirman, yang akrab dipanggil Jenderal, menceritakan pengalaman tersebut di hadapan puluhan orang yang mengikuti acara diskusi Bincang Taktik yang digelar Bola.com dan KickOff! Indonesia, sekitar dua pekan sebelum SEA Games 2017 digelar.
Pelaku sejarah lainnya, Rully Nere, yang juga hadir dalam acara tersebut, menceritakan pengalaman saat ikut menjadi bagian tim yang merebut emas pada SEA Games Jakarta 1987. Kala itu, hampir 100 ribu orang yang memadati Gelora Bung Karno menjadi saksi kisah sukses Indonesia.
“Rasanya luar biasa. Kami meraih gelar juara di hadapan suporter sendiri. Pengalaman yang tak akan terlupakan,” kata Rully yang sekarang berusia 61 tahun.
Kala meraih medali emas di SEA Games 1987, Indonesia menang tipis 1-0 atas Malaysia lewat gol Ribut Waidi di menit 90. Itulah gelar pertama Tim Merah-Putih di ajang dua tahunan itu, setelah ikut menjadi peserta sebanyak lima kali.
Baru Dua Medali Emas
Hingga sekarang, Indonesia baru meraih dua medali emas di cabang sepak bola SEA Games. Tak hanya menjadi gelar terakhir di kancah SEA Games, emas sepak bola di Manila itu juga menjadi prestasi terakhir Timnas Indonesia di ajang internasional yang bergengsi. Setelah itu, paceklik gelar dialami Indonesia di kancah internasional.
Setelah Manila 1991, Tim Merah-Putih sempat masuk final SEA Games sebanyak tiga kali, yaitu pada 1997, 2011, dan 2013. Semuanya berakhir dengan kegagalan, termasuk ketika menjadi tuan rumah pada 1997 dan 2011. Dua-duanya lewat babak adu penalti. Gelar juara umum pun terasa hambar kala itu karena tak dilengkapi emas dari sepak bola.
Kini, langkah Timnas Indonesia sampai di semifinal SEA Games 2017 Malaysia. Evan Dimas dkk. menantang tuan rumah Malaysia pada babak empat besar.
Lawan Malaysia jelas menjadi pertandingan istimewa buat Indonesia. Persaingan dengan negara tetangga itu kerap menyeret berbagai faktor. Saking runcingnya persaingan tersebut terkadang bahkan ada anggapan: boleh kalah dari negara lain, asal jangan dari Malaysia.
Indonesia menjejak semifinal setelah melalui perjuangan berat di babak penyisihan. Lima kali main, Evan cs. menang tiga kali (vs Filipina 3-0, vs Timor Leste 1-0, dan Kamboja 2-0) dan seri dua kali (vs Thailand 1-1 dan vs Vietnam 0-0). Sedangkan Malaysia menyapu empat kemenangan: vs Brunei 2-1, vs Singapura 2-1, vs Myanmar 3-1 dan Laos 3-1.
Sebelum SEA Games, dengan tim yang relatif tak jauh berbeda Indonesia dan Malaysia sudah bertemu di ajang Kualifikasi Piala Asia U-23 yang digelar di Thailand pada bulan Juli. Kala itu Indonesia kalah telak 0-3.
Kekalahan tersebut sempat membuat Timnas Indonesia yang dilatih Luis Milla diterpa kritik. Indonesia gagal lolos ke putaran final meski menang 7-0 atas Mongolia dan bermain 0-0 kontra Thailand.
Pelipur Lara
Jika dilihat dari proses menuju semifinal, Indonesia melalui jalan yang lebih berliku dibanding Malaysia. Langsung menantang juara bertahan Thailand di laga pembuka dan menahan Vietnam menjadi laga berat yang dilakoni Tim Merah Putih.
Kala meladeni Vietnam, Milla harus kehilangan Evan yang terkena akumulasi kartu. Indonesia bahkan harus bermain dengan 10 orang karena Hanif Sjahbandi menerima kartu kuning kedua.
Menantang Malaysia pada babak semifinal yang digelar di Stadion Shah Alam, Sabtu (26/8/2017), Milla menghadapi situasi yang tak mudah. Timnas bakal tampil tanpa Hansamu Yama, Muhammad Hargianto, dan Marinus Wanewar yang terkena akumulasi kartu kuning.
Indonesia sudah pernah mengalami situasi yang sulit, ketika Evan harus absen kala menghadapi Vietnam. Kala itu tak ada pemain yang tipikalnya bisa menggantikan Evan. Kali ini, Milla punya sejumlah pemain yang kemampuannya tak beda jauh dengan mereka yang harus absen.
Malaysia jelas bukan lawan ringan. Apalagi mereka akan tampil di hadapan puluhan ribu suporter. Namun Indonesia punya modal mental yang tertempa di beberapa laga sulit sepanjang penyisihan. Milla juga kerap jeli menurunkan pemain, melakukan rotasi, dan memasukkan pemain pengganti yang tepat.
Menang atas Malaysia di kandang mereka, tentu menjadi balas dendam yang manis. Apalagi jika Evan cs. sampai bisa meraih medali emas.
Sampai dengan Jumat (25/8/2017) malam, posisi kontingen Indonesia masih tercecer di urutan lima. Kalau mau realistis, menjadi juara umum SEA Games 2017 adalah hal yang sulit terjadi. Bahkan untuk meraih posisi runner up atau tiga sepertinya juga sulit.
Medali emas sepak bola menjadi hal yang lebih realistis saat ini, dan tentu saja menjadi pelipur kecewa karena prestasi olah raga Indonesia di ajang multievent yang kini masih tertinggal dibanding negara lain di ASEAN.