Bola.com, Jakarta - Luis Milla pelatih yang doyan menggeber skema serangan lewat sektor sayap. Tengok saja saat ia menukangi Timnas Indonesia U-22 di pentas SEA Games 2017 lalu. Ada empat pemain sayap ganas yang punya peran penting mengerek produktivitas tim: Saddil Ramdani, Osvaldo Haay, Febri Haryadi, dan Yabes Roni.
Baca Juga
Kini, saat menukangi Timnas Indonesia level senior yang akan menjalani duel uji coba melawan Fiji di Stadion Patriot, Sabtu (2/9/2017), pelatih asal Spanyol tersebut dipastikan bakal memberi peran besar pada pemain-pemain di posisi winger untuk menggempur pertahanan lawan.
Dengan skema 4-3-3 atau 4-2-3-1 bakal ada dua pemain berposisi penyerang sayap mendampingi satu striker yang berperan sebagai target man.
Mereka bakal jadi sosok yang bakal banyak melakukan penetrasi ke jantung pertahanan lawan dengan mengandalkan kecepatan.
Milla relatif beruntung karena Indonesia tidak pernah kering pemain di sisi winger ofensif. Di setiap masa selalu muncul gelandang atau penyerang sayap dengan kualitas mumpuni.
Mulai dari era Iswadi Idris, Agung Setyabudi, Elie Aiboy, Boaz Solossa, hingga yang terkini Andik Vermansah.
Saat menghadapi Fiji, Luis Milla menyiapkan empat orang penyerang sayap. Tiga di antaranya jadi andalan Timnas Indonesia saat mengarungi persaingan berat Piala AFF 2016. Siapa saja mereka?
Andik Vermansah
Duel uji coba Timnas Indonesia melawan Fiji menjadi comeback Andik Vermansah. Sang pemain absen di tiga laga internasional Tim Merah-Putih melawan Myanmar, Kamboja, dan Puerto Rico gara-gara cedera berat PCL (Posterior Cruciate Ligament) yang memaksanya absen hingga hampir enam bulan.
Cedera Andik didapat saat sang pemain membela Timnas Indonesia di final leg pertama Piala AFF 2016. Gara-gara cedera tersebut winger kelahiran November 1991 itu sempat ditepikan klubnya, Selangor FA.
Andik yang sudah pulih 100 persen grafik permainannya tengah menanjak di Selangor FA. Ia bahkan didapuk sebagai kapten The Red Giants.
Baru-baru ini ia jadi perbincangan hangat di Negeri Jiran lewat aksi mencetak gol indah saat klubnya mengalahkan tim bertabur bintang Johor Darul Ta'zim dengan skor 2-1.
Andik adalah tipikal penyerang sayap modern, yang kuat dalam kecepatan, skill, serta naluri mencetak gol. Banyak pengamat menyebut gaya bermainnya mirip superstar, Lionel Messi.
Andik Vermansah tak memerlukan banyak adaptasi setelah menjalani dua sesi latihan bersama Timnas Indonesia di bawah asuhan Luis Milla. Andik menyebut, ada kemiripan formasi Skuat Garuda dengan klubnya, Selangor FA.
Andik sudah memahami karakter Indonesia di bawah Luis Milla, pada saat pelatih asal Spanyol itu menangani Timnas Indonesia U-22 di SEA Games 2017. Andik menonton tiga pertandingan Evan Dimas dkk., dua di antaranya langsung di stadion.
"Jadi sedikit banyak saya memahami apa yang diinginkan Coach Luis Milla. Bagi saya ini pengalaman baru, tetapi ada kemiripan antara Timnas Indonesia dengan Selangor, dari sisi formasi," kata Andik.
Pada ajang SEA Games, Luis Milla umumnya memakai formasi 4-3-3 atau 4-2-3-1. Dalam formasi seperti ini, Andik sudah memiliki bayangan akan ditempatkan di posisi mana oleh arsitek asal Spanyol. Di Piala AFF 2016 lalu, Andik bermain di posisi melebar sisi kanan. Ia berduet dengan Rizky Pora di sisi kiri.
Rizky Pora
Nama Rizky Pora melambung naik saat Piala AFF 2016. Pemain yang lebih banyak menghabiskan karier di klub-klub semenjana macam Persita Tangerang serta Barito Putera tak pernah dihitung sebagai gelandang sayap top Tanah Air.
Namun, Alfred Riedl melihat potensi terselubung dari sang pemain. Rizky pemain sayap yang jago melayangkan umpan lambung terukur. Mirip-mirip sosok David Beckham.
Jarang ada pemain Indonesia di posisi winger yang punya keahlian ini. Biasanya sayap-sayap Indonesia lebih doyan melakukan tusukan dibanding jadi pemain pelayan bagi striker.
Di Piala AFF 2016, pemain kelahiran 22 November 1989 itu jadi pemasok umpan-umpan lambung terukur bagi duet Boaz Solossa dan Lerby Eliandry. Rizky kepingan puzzle berharga dalam strategi counter attack cepat yang digeber Tim Merah-Putih di sepanjang turnamen.
Pemain asal Ternate itu juga kuat karakter bertahannya, mengingat awalnya ia bermain sebagai bek sayap sebelum akhirnya didorong bermain lebih ke depan oleh Alfred Riedl di Piala AFF 2014 silam.
Luis Milla butuh pemain model Rizky. Jika melihat penampilan Timnas Indonesia U-22 terlihat kalau striker Tim Garuda Muda, Marinus Wanewar dan Ezra Walian kesulitan unjuk produktivtas karena minimnya pasokan bola dari kedua sisi sayap.
Kehadiran Rizky Pora bakal jadi pembeda di Timnas Indonesia level senior saat ini. Tim Merah-Putih diyakini bakal menggeber skema ofensif cepat saat berjumpa Fiji. Striker yang diplot sebagai target man butuh sebanyak mungkin pasokan crossing terukur.
Boaz Solossa
Sosok Boaz Solossa bisa dibilang sebagai penyerang sayap terbaik yang dimiliki Indonesia saat ini. Ia seperti sosok Lionel Messi atau Cristiano Ronaldo, yang bisa jadi harapan sebagai mesin gol utama di tim dibelanya.
Di pentas Piala AFF 2016 Boaz jadi pemain paling subur di Timnas Indonesia dengan koleksi tiga gol. Ia saat ini jadi pemain paling berpengalaman di skuat Tim Merah-Putih.
Pemain kelahiran 16 Maret 1986 itu sudah membela Timnas Indonesia sejak Piala AFF 2004.
Keistimewaan Boaz, ia juga bisa bermain sebagai penyerang murni. Di Piala AFF 2016 lalu, ia diplot Alfred Riedl jadi ujung tombak berduet dengan Lerby Eliandry dalam skema 4-4-2.
Saat pelatih asal Austria tersebut merubah sistem permainan Tim Garuda ke pola 4-2-3-1, Boaz ditempatkan sebagai ujung tombak tunggal.
Di usianya yang memasuki 31 tahun, kecepatan Boaz Solossa mungkin sudah menurun. Namun, naluri mencetak golnya tetap tinggi.
Ia selalu jadi sosok ancaman bagi lini belakang lawan dengan kematangannya mencari ruang kosong untuk menciptakan peluang emas mencetak gol.
Muhammad Rachmat
Keputusan Luis Milla memanggil Muhammad Rachmat ke Timnas Indonesia agak mengejutkan. Pemain PSM Makassar tidak punya rekam jejak mentereng membela Tim Merah-Putih.
Catatan cap pemain kelahiran 28 Mei 1988 itu hanya tiga laga. Ia dipanggil membela negara di tahun 2012 kala konflik sepak bola nasional berlangsung. Saat itu banyak pemain top menolak panggilan memperkuat Timnas Indonesia karena dilarang klubnya yang bersiteru dengan PSSI.
Tapi jangan lantas meremehkan kemampuan sang pemain. Ia jadi bagian penting lini ofensif PSM di Liga 1 2017. Rahmat jadi pilihan utama Robert Rene Alberts mengalahkan nama-nama tenar macam Ferdinand Sinaga, Ardan Aras, atau Titus Bonai.
Rachmat tercatat 21 kali tampil membela Tim Juku Eja. Tipikal permainan winger asli Makassar tersebut mirip Rizky Pora.
Ia bukan tipikal sebagai destroyer, yang doyan melakukan tusukan ke area penalti lawan, tapi lebih sebagai pemain pelayan. Ia pemasok umpan-umpan terukur dari sisi melebar buat bomber-bomber PSM.
Muhammad Rachmat banyak menciptakan assist lewat umpan-umpan diagonal. Striker-striker tim yang dibelanya akan sangat dimanjakan. Tugas mereka menjebol gawang lawan terasa lebih mudah.