Sanksi Berat untuk Pelatih Warnai Sukses Persis ke 8 Besar Liga 2

oleh Ronald Seger Prabowo diperbarui 06 Okt 2017, 20:45 WIB
Pelatih Persis Solo, Widyantoro, menyaksikan pertandingan melawan PSPS Riau di tribune didampingi asisten pelatih, I Komang Putra. (Bola.com/Ronald Seger)

Bola.com, Solo - Perasaan campur aduk dirasakan kubu Persis Solo. Tim Laskar Sambernyawa dalam kondisi gembira setelah memastikan tiket lolos ke babak 8 Besar. Persis jadi tim pertama yang melaju ke fase itu usai menang tipis, 1-0 atas PSPS Riau di Stadion Manahan, Solo, Jumat (6/10/2017).

Namun, di sisi lain, Persis juga kecewa dan bersedih hati. Hal tersebut tak lepas dari hukuman yang dijatuhkan Komisi Disiplin (Komdis) PSSI kepada pelatih Widyantoro. Juru taktik 48 tahun itu dijatuhi sanksi larangan tak boleh melatih selama 12 bulan plus denda Rp 100 juta. Saat melawan PSPS, pelatih yang akrab disapa Wiwid itu berada di tribune VVIP didampingi pelatih kiper, I Komang Putera.

Advertisement

''Kami bangga jadi tim pertama yang lolos. Namun juga sedih pelatih kami Widyantoro dihukum tak bisa melatih selama satu tahun. Ini tentu hukuman yang tidak adil,'' kata CEO Persis, Bimo Putranto setelah pertandingan.

Dalam surat yang ditandatangani Ketua Komdis PSSI, Asep Edwi Firdaus, Widyantoro didakwa mendatangi dan mengancam wasit Ahmad Tuharea saat laga melawan Cilegon United di Stadion Manahan, Solo, 28 September 2017. Dalam surat tersebut, sang juru taktik dianggap mengancam wasit dan juga menendang kaki wasit hingga mengenai betis.

''Kami akan melakukan banding secepatnya. Apalagi ini merugikan kami termasuk bisa mematikan karier Mas Wiwid sebagai pelatih. Apalagi sanksi datang pagi hari sebelum pertandingan,'' ucap Bimo.

Widyantoro juga cukup heran dengan sanksi tersebut. Pelatih asal Magelang mengaku tak berbuat seperti apa yang tertulis dalam putusan Komdis PSSI. Menurutnya, saat itu dirinya hanya meminta wasit Ahmad Tuharea untuk memimpin pertandingan yang lebih adil. Dirinya berkaca pada babak 8 Besar Divisi Utama 2014 saat melawan Pusamania Borneo FC di Stadion Manahan.

''Saya hanya meminta wasit adil dan memimpin sesuai aturan. Apalagi, Persis pernah merasakan kinerja buruk Ahmad Tuharea tahun 2014 lalu. Lalu untuk tuduhan tendangan saya tidak pernah melakukan itu karena kondisi ramai, mungkin ada orang lain yang melakukan,'' ungkap Wiwid.

Mantan pelatih Perserang Serang itu berharap putusan Komdis PSSI berubah. Sebab, sepak bola merupakan sumber nafkah satu-satunya bagi pelatih Persis ini. ''Saya berharap ada perubahan atas putusan itu. Apalagi ini menyangkut karier dan saya juga sebagai kepala keluarga. Hukuman itu cukup berat,'' harapnya.