Bola.com, Jakarta - Indonesia disebut-sebut kekurangan stok striker mumpuni setelah hanya tinggal Boaz Solossa dan Lerby Eliandry yang dipertimbangkan masih layak untuk masuk ke Timnas Indonesia.
Banyak pihak mulai menyalahkan klub yang menggunakan pemain asing di posisi striker. Namun, mantan striker Timnas Indonesia, Rochi Putiray, justru mengkritik striker muda Indonesia yang tidak mampu bersaing.
Sejak Piala AFF 2016 banyak yang mempertanyakan regenerasi striker di Timnas Indonesia. Saat itu Boaz Solossa masih ada dalam Skuat Garuda bersama Lerby Eliandry, yang memang diplot menjadi penerus. Namun, pertanyaan yang timbul adalah apakah memang tidak ada striker lokal lain yang pantas diperhitungkan masuk ke dalam Timnas Indonesia?
Baca Juga
Tak sedikit yang kemudian menyalahkan klub-klub profesional di Indonesia yang memilih menggunakan pemain asing di posisi striker untuk mendapatkan gol dan meraih kemenangan.
Masalah kurangnya striker lokal untuk Timnas Indonesia seakan menjadi hal yang tidak ada solusinya karena alasan klub berkompetisi dan menggunakan pemain asing adalah untuk jadi pemenang.
Namun, berbeda dengan kebanyakan orang, mantan striker Timnas Indonesia di era 1990-an, Rochi Putiray, justru tak ingin membebankan masalah itu kepada klub.
Menurut pemain yang pernah berkiprah di Hong Kong itu, seharusnya striker-striker lokal Indonesia sendiri yang mengasah kemampuan demi bisa bersaing mendapatkan tempat di klub dan mendapatkan panggilan ke Timnas Indonesia.
"Yang perlu dipertanyakan adalah konsistensi pemain itu sendiri ketika berkembang dari pemain muda dan masuk ke klub profesional. Saya katakan, pelatih memiliki karakter, dan pemain yang tidak pintar akan kesulitan untuk beradaptasi. Saya melihat striker dari tim usia muda belum tentu bisa berkembang di kemudian hari karena mereka tidak punya pegangan, seharusnya pemain sendiri yang punya pegangan sehingga dia harus jeli untuk beradaptasi," tutur Rochi Putiray.
"Kenapa mereka harus takut bersaing dengan pemain asing? Itu makanya saya katakan pemain sekarang ini perlu menjaga kondisi sendiri, berlatih sendiri, dan tidak boleh menunggu program hanya dari pelatih. Mereka harus punya program sendiri sehingga konsistensi mereka terjaga dan bisa bersaing dengan siapa pun," lanjutnya.
Fenomena yang dikatakan oleh Rochi bisa jadi memang nyata. Indonesia kerap memiliki tim usia muda yang sangat bagus, seperti Timnas Indonesia U-19 era Evan Dimas yang menjadi juara Piala AFF U-19 2013.
Namun, kini bisa dihitung dengan jari siapa saja para pemain dari skuat tersebut yang masih menjadi andalan di klub masing-masing, dan lebih sedikit lagi jumlahnya yang masih mendapat panggilan memperkuat Timnas Indonesia.