Mengenang Choirul Huda, Francesco Totti Sepak Bola Indonesia

oleh Ario Yosia diperbarui 15 Okt 2017, 19:30 WIB
Kiper Persela Lamongan, Choirul Huda, meninggal dunia. (Bola.com/Dody Iryawan)

Jakarta - Mendengar nama Choirul Huda, para pencinta sepak bola Indonesia tentu bakal mengidentikkannya dengan Persela Lamongan. Ya, kiper berusia 37 tahun ini bak Francesco Totti versi kiper lantaran hanya memiliki satu klub sepanjang kariernya.Loyalitas tanpa batas.

Begitu mungkin sedikit kalimat yang bisa disematkan kepada Huda. Dia bisa dibilang menjadi saksi hidup di balik manis atau pahitnya prestasi Persela di persepak bolaan Tanah Air.

Advertisement

Mulai dari bermain untuk Persela di Divisi II, Huda perlahan membawa kesuksesan bagi klub kebanggaan masyarakat Lamongan itu. Perlahan tapi pasti, Persela dibawanya naik kasta, mulai Divisi I, Divisi Utama, hingga promosi ke Indonesia Super League pada 2007.

Jasanya bersama Laskar Joko Tingkir tak bisa dibayar berapapun harganya. Peran penting pemain berpostur 181 cm ini selalu menjadi pencair suasana di ruang ganti tiap Persela berlaga.

Sama halnya mendengar Totti pasti masyarakat sepak bola dunia mengingat AS Roma. Hal serupa juga dilakukan oleh suami dari Lidya Anggraeni ini.

Huda, merupakan putra dan binaan asli dari Persela. Sejak 1999 lalu, gawang Persela istilahnya sudah menjadi 'rumah kedua' bagi kiper kelahiran 6 Februari 1979 ini.

Bahkan, namanya masuk ke dalam 50 pemain sepak bola dunia yang hanya membela satu klub sepanjang kariernya. Bertahan di Persela, bukannya Huda tak laku.

Beberapa klub besar Indonesia pernah mencoba menggodanya. Mulai dari Sriwijaya FC, Persib Bandung, sampai Persija Jakarta dikabarkan pernah merayunya untuk meninggalkan Stadion Surajaya.

Akan tetapi, semuanya ditolak olehnya, demi menunjukkan loyalitasnya untuk Laskar Joko Tingkir. Tercatat, sudah hampir 17 tahun dan bermain lebih dari 500 laga sudah diabdikan Huda untuk Persela.

Pengabdiannya itu bahkan membuat hati pemerintah Lamongan terketuk. Choirul Huda sukses diangkat menjadi anggota Pegawai Negeri Sipil pada 2008 silam.

Menjadi PNS, bukan hal yang baru bagi kapten Persela ini. Dia sejak 2001 sudah terdaftar di Dinas Olah Raga & Pemuda (Disorda) Lamongan. Namun memang, baru 2008 lalu dia menjadi pegawai tetap.

 

2 dari 2 halaman

Perpisahan Pahit

Choirul Huda, mengakhiri karier di Persela dengan cara tragis. (Bola.com/Fahrizal Arnas)

Berbicara prestasi, Huda juga sudah membuktikannya. Dia sudah membawa Persela lima kali juara Piala Gubernur Jawa Timur. Prestasi terbaiknya pada pentas kompetisi kasta elute, mampu membawa Laskar Joko Tingkir finis di posisi keempat Indonesia Super League musim 2011-12.

Pada tahun 2014 Huda sempat dipanggil membela Timnas Indonesia dalam rangka menghadapi Kualifikasi Piala Asia 2015 melawan Arab Saudi. Sayang, kiper kelahiran 15 Oktober 2017 tak dapat kesempatan bermain oleh pelatih Tim Merah-Putih saat itu, Alfred Riedl.

Kabar berpulangnya Choirul Huda pada Minggu (15/10/2017) sore WIB pun terasa menyesakkan.

Kiper berusia 38 tahun itu dinyatakan meninggal dunia setelah mendapatkan perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Dr Soegiri, Lamongan pada pukul 17.15 WIB. Pertolongan itu diberikan setelah kapten Persela mengalami benturan dalam laga melawan Semen Padang.

"Choirul Huda sudah diberikan pertolongan oleh pihak rumah sakit. Dia dinyatakan meninggal dunia pukul 17.15 WIB," kata staf medis Persela, Budi kepada Bola.com.

Choirul Huda harus dibawa ke RSUD Dr Soegiri setelah tidak sadarkan diri karena berbenturan dengan rekan setimnya, Ramon Rodrigues, pada laga Persela melawan Semen Padang di Stadion Surajaya, Lamongan, Minggu sore.Benturan di antara keduanya terjadi saat Ramon dan Choirul Huda mencoba mengamankan bola yang diarahkan pemain Semen Padang ke kotak penalti pada babak pertama.

Choirul Huda yang mencoba menangkap bola terkena kaki dari Ramon.Saat itu, Choirul Huda masih sadarkan diri dan terlihat memegangi bagian pipinya. Namun, tak berselang lama kiper yang sempat dipanggil ke Timnas Indonesia ini tidak sadarkan diri.

Setelah itu, tim medis dan dokter tim langsung membawa Choirul Huda dengan menggunakan ambulans ke rumah sakit. Selama di rumah sakit, Choirul Huda dalam kondisi kritis hingga akhirnya dinyatakan meninggal dunia pada pukul 17.15 WIB.

Selamat jalan Huda, kesetiaanmu buat Persela Lamongan tak akan pernah dilupakan.

(Eka Setiawan)