Edy Rahmayadi Larang Prajurit Kostrad Jadi Suporter Kolektif

oleh Benediktus Gerendo Pradigdo diperbarui 16 Okt 2017, 20:50 WIB
Ketua Umum PSSI yang juga Panglima Kostrad, Edy Rahmayadi, akan melarang prajurit dari kesatuannya untuk secara kolektif menjadi suporter tim sepak bola. (Bola.com/Nicklas Hanoatubun)

Bola.com, Jakarta - Ketua Umum PSSI, Edy Rahmayadi, menegaskan akan melarang prajurit Komando Strategis Cadangan Angkatan Darat (Kostrad) menjadi suporter secara kolektif. Larangan itu keluar setelah banyak okum prajurit TNI yang menjadi suporter PSMS Medan dan bentrok dengan suporter Persita Tangerang dalam pertandingan Liga 2.

TNI menjadi sorotan pecinta sepak bola Indonesia setelah sejumlah oknum prajurit TNI yang menjadi suporter PSMS Medan terlibat dalam pemukulan terhadap suporter Persita Tangerang dalam pertandingan yang digelar di Stadion Mini Persikabo, Cibinong.

Situasi memanas setelah satu pendukung Persita bernama Banu Rusman akhirnya meninggal dunia setelah dilarikan ke rumah sakit karena menjadi korban pemukulan.

Advertisement

Ketua Umum PSSI yang juga merupakan Panglima Kostrad, Edy Rahmayadi, pun mendapatkan tekanan dari pecinta sepak bola Indonesia terkait insiden itu. Dalam keterangannya setelah memenuhi panggilan Menteri Pemuda dan Olahraga, Imam Nahrawi, Ketua umum PSSI itu pun menegaskan bahwa dirinya akan melarang prajurit dari kesatuannya untuk menjadi suporter yang sifatnya kolektif.

"Saya sebagai panglima Kostrad, akan melarang prajurit Kostrad di mana pun untuk menjadi suporter yang bersifat kolektif. Saya pastikan hal itu," ujar Edy Rahmayadi di Kantor Kemenpora, Jakarta, Senin (16/10/2017).

Sementara itu, Edy Rahmayadi menegaskan penyelidikan terhadap oknum-oknum prajurit yang terlibat dalam penganiayaan yang berbuntut tewasnya satu suporter Persita tengah dilakukan dan tidak akan dilakukan secara tertutup. Namun, Pangkostrad itu juga menekankan agar masyarakat tidak menyudutkan TNI.

"Sedang dilakukan investigasi. Saat kejadian itu sangat ramai dan kami sedang mencari tahu di mana suporter itu pertama kali mengalami kekerasan. Itu semua masih kami telusuri. Pasti investigasinya terbuka karena peristiwa ini juga terjadi di depan umum," tegas Edy Rahmayadi.

"Namun, mohon maaf, jangan sudutkan TNI, saya ini TNI. Persoalan di sini bukan TNI dan kejadian ini bukan karena TNI. Kebetulan saat itu TNI menjadi suporter di situ," kata Edy.