Jakarta - Timnas Indonesia U-19 kerap memperlihatkan gaya atraktif. Permainan tersebut terlihat dengan pelatih Indra Sjafri menerapkan formasi 4-1-3-1-1.
Rotasi memang terus dilakukan Timnas Indonesia U-19 saat tampil di kualifikasi Piala Asia U-19 2018. Namun, skema atau formasi yang digunakan Indra Sjafri hampir selalu sama di setiap pertandingan.
Baca Juga
Dengan menggunakan empat pemain bertahan, Indra juga memasang satu gelandang bertahan yang biasanya diperankan Muhammad Lutfhi. Lalu, ia juga memasang tiga gelandang lain di depan Luthfi. Biasanya adalah Asnawi Mangkualam, Muhammad Iqbal, Witan Sulaiman.
Lalu, ada satu gelandang serang yang dipasang tepat di belakang striker. Egy Maulana Vikri yang dipercaya mengambil peran ini. Di depan Egy ada satu striker yang secara bergantian dimainkan Muhammad Rafli Mursalim dan Hanis Saghara.
"Kalau kita lihat dari formasi tim Indra Sjafri [Timnas Indonesia U-19], apa yang saya lihat di lapangan, formasi awal bisa saja seperti itu. Tapi prakteknya bisa saja berbeda," kata Direktur Teknik PSSI Danurwindo dalam peluncuran buku Kurikulum Pembinaan Sepak Bola Indonesia di kantor PSSI, Gran Rubina, Kamis (9/11/2017).
"Yang kita lihat ada tiga pemain di lini tengah, ada sayap, ada penyerang. Dalam prakteknya, Mangkualam akan bermain lebih ke belakang bersama Luthfi. Sedangkan Iqbal lebih ke depan," sambungnya.
Filosofi Sepak Bola Indonesia
Kebetulan, dalam buku Kurikulum Pembinaan Sepak Bola Indonesia yang dibentuk Danurwindo bersama High Performance Unit menyarankan agar sepak bola Indonesia menerapkan formasi 4-3-3. Diyakini, ini adalah formasi yang sangat sederhana untuk sepak bola modern.
"Sebenarnya banyak variabel soal formasi. Bisa 3-5-2, 4-4-2, atau 3-4-3. Kenapa harus 4-3-3? Ini yang kami anggap paling sederhana, hanya ada tiga line. Belakang, tengah, dan depan," tegas Danurwindo.
"Kami harapkan filosofi sepak bola Indonesia adalah konstruktif dalam penguasaan bola. Dalam 4-3-3, banyak pola diamond. Ini adalah dasar agar kita bisa passing ke belakang atau ke depandengan mudah," lanjut mantan pelatih Persija Jakarta itu.
Danurwindo juga mengaku telah membuat riset selama lebih dari setahun untuk menemukan pola yang cocok dalam sepak bola Indonesia. Dan formasi ini diyakini lebih tepat untuk diterapkan dalam pembinaan usia dini. "Ini agar para pemain muda bermain dengan cara lebih sederhana, tapi tetap fokus pada penguasaan bola."
Pembinaan Sepak Bola Indonesia
PSSI terus berupaya untuk membuat sepak bola Indonesia kembali bertaji. Berbagai cara pun sudah ditempuh. Terkini, mereka meluncurkan buku Kurikulum Pembinaan Sepak Bola Indonesia yang dibuat Direktur Teknik PSSI Danurwindo.
PSSI memahami betapa pentingnya pembinaan usia dini dalam perkembangan sepak bola Indonesia. Terlebih, selama setahun terakhir sudah begitu banyak kompetisi-kompetisi kelompok umur yang dijalankan dan dikuti PSSI.
Terbaru tentu Liga 1 U-19 yang memunculkan Persipura Jayapura sebagai juara. Selain itu, mereka juga baru saja menggelar Piala Soeratin 2017 yang menghasilkan tim Jawa Barat sebagai juaranya.