Bola.com, Jakarta - Menjelang petang, pensil di jemari tangan Riski Ramdhani menelusuri deretan huruf Arab pada permukaan kertas. Dari mulut remaja 14 tahun itu terdengar lirih ayat-ayat suci Al Quran. Boki Ohorrella, yang duduk di bangku samping terlihat serius mengamati alunan suara putranya itu.
Baca Juga
Aktivitas itu selalu dilakukan Riski Ramdhani sebelum dirinya berangkat latihan bersama SSB Tulehu Putra. Ia adalah satu di antara pesepak bola cilik di Tulehu yang sedang mempersiapkan diri mengikuti turnamen Liga Remaja UC News.
Sebagai orang tua, Boki Ohorrella, menggunakan aktivitas mengaji agar Riski tidak melupakan aktivitas keagamaan di tengah mengejar mimpi menjadi pesepak bola profesional. Ia sadar, berstatus sebagai orang tua tunggal, berbagai harapan untuk masa depan anaknya hanya bisa tercapai lewat kerja keras dan doa.
Untuk menghidupi keluarganya, Boki Ohorrella membuka warung di kediamannya. Terkadang, jika ada waktu senggang, Boki Ohorrella menyempatkan diri mengantar putranya berlatih di Lapangan Matawaru.
Bagi Riski, apa yang dilakukan ibunya itu sangat berharga. Di tengah keterbatasan ekonomi keluarga dan tanpa dukungan sang ayah, Riski kiranya sadar telah mengemban tanggung jawab besar untuk mengangkat derajat keluarga, melalui doa dan sepak bola.
"Ibu hanya ingin saya tidak melupakan salat lima waktu untuk meminta doa kepada Allah dan mencetak gol (saat berlatih sepak bola). Saya hanya memiliki ibu, jadi saya harus mendengarkan apa yang dia inginkan," kata Riski.
Disiplin
Pelatih SSB Tulehu Putra, Sani Tawainella, mengungkapkan, Riski adalah satu di antara talenta pesepak bola muda terbaik di Tulehu, saat ini. Ia berharap Riski dapat terus mengembangkan bakat dengan giat berlatih agar dapat mengapai mimpi menjadi pesepak bola profesional dan bermain di Timnas Indonesia.
"Riski ini pembawaannya tenang jadi cocok sebagai bek tengah. Selain itu, dibanding pemain-pemain lainnya, dia lebih disiplin saat berlatih atau bermain," kata Sani.
Setiap hari, setelah menjalani aktivitas di sekolah, mengaji dan membantu ibunya berjualan di warung, Riski berangkat berlatih bersama rekan-rekannya di Lapangan Matawaru atau tepi Pantai Tial. Ia berusaha datang tepat waktu agar tidak kehilangan kesempatan istimewa mendapat ilmu dari tim pelatih.
"Saya akan terus berjuang dan giat berlatih karena saya yakin bisa melakukan banyak hal dari sepak bola," tutur Riski.
Komentar Riski itu kian menegaskan, bagi anak-anak di Tulehu, sepak bola adalah segalanya. Asa bermain dengan mengenakan jersey berlambang Garuda di dada adalah mimpi mereka. Tidak hanya itu, khusus bagi Riski, di balik hal itu terselip tujuan mulia agar sang ayah bisa tersenyum bangga di surga.
Baca berita sebelumnya:
Ilham Lestaluhu, Bertahan dari Kue Pulut dan Air Kelapa Tulehu