Jakarta Manajemen AC Milan akhirrnya kehabisan kesabaran menghadapi Vincenzo Montella setelah pasukannya kembali gagal memetik kemenangan di Serie A saat menjamu Torino, Minggu lalu. Manajemen Rossoneri memecat eks Sampdoria dan AS Roma itu, Senin (27/11/2017).
AC Milan lantas langsung menunjuk Gennaro Gattuso sebagai pengganti Montella. Mantan pemain yang pernah membela AC Milan selama 13 tahun (1999-2012) itu selama ini bertugas melatih tim Primavera. Rumor pemecatan Montella sebelumnya sudah berembus sejak dua bulan lalu, yang bermula dari kekalahan 0-2 saat menghadapi Sampdoria.
Baca Juga
Sejak saat itu, para petinggi klub terus mencoba bersabar, dan memberi dukungan terhadap pelatih 43 tahun itu. Namun sayang, Montella gagal membalas kepercayaan itu. Dari 14 laga yang sudah dimainkan, AC Milan menelan enam kekalahan.
Diavolo juga hanya mampu bermain imbang melawan tim yang relatif lebih mudah (Genoa dan Torino) di San Siro. Usai dipecat, Montella tak menampik bahwa dirinya telah gagal membawa AC Milan bangkit. Tak lupa ia mendoakan juara Serie A 18 kali itu agar bisa lekas kembali berjaya.
"Meninggalkan Milan sangat menyakitkan. Saya berusaha dan terus berusaha memberikan yang terbaik untuk klub ini, tapi saya terima keputusan yang dibuat klub. Saya ingin berterima kasih kepada para pemain dan fans atas momen-momen indah yang kita lalui bersama. Semoga Milan segera bangkit," tulisnya di Instagram.
Meski gagal, Montella tak melulu membawa dampak negatif kepada AC Milan. Sebaliknya, cukup banyak hak-hal baik yang ia perbuat selama di San Siro. Apa saja itu? Berikut tiga di antaranya.
1. Juara Supercoppa Italia
Montella ditunjuk sebagai pelatih AC Milan pada 19 Juni 2016. Sampai laga terakhirnya melawan Torino hari Minggu, total ia memimpin I Rossoneri dalam 64 pertandingan. Yang menarik, Torino juga merupakan lawan pertama yang dihadapi Montella saat menukangi Milan.
Bedanya, waktu itu ia sukses membawa Milan menang 3-2. Dalam umur kepelatihan yang hanya satu tahun lima bulan itu, Montella berhasil mencatatkan sejumlah hal yang menyenangkan bagi para fans dan petinggi AC Milan. Salah satunya tentu saja adalah merebut Piala Supercoppa Italia, 23 Desember 2016.
Milan berhasil mengalahkan Juventus 5-4 lewat drama adu penalti, setelah sebelumnya bermain 1-1 selama 120 menit. Gelar itu pun menjadi satu-satunya gelar yang dipersembahkan Montella untuk AC Milan. Meski tak seberapa dibanding Scudetto maupun Piala Coppa Italia, Montella tetap mendapat sanjungan waktu itu, terlebih karena lawan yang ditaklukkan adalah Juventus.
2. Loloskan AC Milan ke Liga Europa
Meski belum mampu membawa AC Milan kembali ke puncak kejayaan, Montella setidaknya memberi pelipur lara bagi para fans. Ia meloloskan AC Milan ke Liga Europa dengan susah payah.
Bermodal keberuntungan karena hanya mampu finis di peringkat keenam klasemen akhir Serie A musim 2016/2017 (satu jatah lainnya diamankan Lazio sebagai finalis Coppa Italia), AC Milan kemudian melewati babak kualifikasi tanpa hambatan berarti.
Di putaran ketiga, mereka menundukkan Craiova dengan agregat 3-0. Sedangkan di putaran keempat, mereka melibas Shkendija dengan agregat 7-0. Hasil positif AC Milan pun sebenarnya masih terus berlanjut sampai di babak penyisihan grup. Kamis pekan lalu, sebelum akhirnya dipecat, Montella sukses membawa Milan menang telak 5-1 atas Austria Wien. Montella juga sudah meloloskan AC Milan ke babak 32 besar sebagai juara Grup D.
3. Tidak Pernah Berselisih dengan Pemain
Montella termasuk tipe pelatih yang tidak arogan dan egois. Ia selalu berupaya akrab dengan para pemainnya demi membangun keharmonisan tim. Tak mengherankan bila para penggawa Milan mendukungnya agar bertahan ketika ia gagal membawa AC Milan menang.
Montella juga selalu berusaha memberikan kesempatan bermain yang setara kepada semua pemainnya. Ia tak suka pilih kasih dalam menurunkan pemain. Buktinya, Andre Silva dan Nikola Kalinic, yang dibeli dengan harga mahal sekalipun, harus rela berbagi kesempatan bermain.
Demikian juga di lini belakang dan tengah. Pemain senior macam Riccardo Montolivo dan Lucas Biglia, memiliki kesempatan bermain yang dengan para pemain-pemain muda. Selain akur dengan pemain, Montella juga tak pernah cekcok dengan petinggi klub.
Mantan pemain AS Roma itu selalu bisa bertukar pikiran dengan adil dalam urusan manajemen pemain. Itu pula mengapa para petinggi klub segan kepadanya. Sampai akhirnya klub memutuskan untuk memecat Montella, mereka sampai harus mengutus orang lain untuk menyampaikan kabar tersebut. "Saya minta maaf atas waktunya. Tim masih mendukung saya. Saya harus berterimakasih pada klub, Fassone (CEO), dan Mirabelli (Direktur Olahraga). Tapi ini adalah sepakbola," ujar Montella usai dipecat. (Abul Muamar)