Milan - Penjualan AC Milan kepada Yonghong Li ternyata masih menjadi sorotan. Terbaru, media Italia menyebut akuisisi klub raksasa Italia tersebut tidak transparan.
Proses peralihan kepemilikan AC Milan menjadi sorotan banyak pakar sejak awal hingga akhirnya pembayaran rampung.
Baca Juga
Dalam beberapa pekan terakhir ini, akuisisi tersebut kembali disorot menyusul pemeriksaan keuangan UEFA. Media asal Amerika Serikat, New York Times dan Forbes, bahkan ikut menyelidiki masalah ini.
Baik Corriere della Serra maupun La7 menyebut Berlusconi dan Li memiliki kesepakatan yang tidak disampaikan ke publik. Diduga, Li tidak punya uang dan hanya modal nekat dalam mengakuisisi I Rossoneri.
“Nama Yonghong Li tercatat sebagai pembeli. Tapi kenyataannya kita tidak tahu apakah dia benar-benar pemilik AC Milan," tulis Mario Gerevini di Corriere della Serra.
Sulit Lunasi Utang
Masalah utama adalah utang Li kepada perusahaan saham AS, Grup Elliot, sebesar 300 juta euro. Dana itu dia pakai untuk melunasi pembelian AC Milan dan harus dibayar pada Oktober 2018.
Seperti diketahui, Beslusconi menjual 99 persen saham AC Milan kepada Li dengan nilai mencapai 720 juta euro, termasuk di dalamnya utang 220 juta euro.
“Kalau ada orang yang membeli sebuah klub seharga 720 juta euro termasuk utang 220 juta euro, lalu meminjam uang dengan bunga 11 persen, itu berarti orang itu tidak punya uang. Kalau ada seseorang yang meminjami kita uang dengan bunga 11 persen, itu berarti kita sudah mempertimbangkan risiko yang besar. Kenyataannya, Yonghong Li tidak mendapatkan uang itu dari sumber yang lazim, seperti dari bank internasional misalnya,” jelas Gerevini.
Lebih lanjut, Gerevini menyebut Li kemungkinan besar akan sulit melunasi utangnya kepada Grup Elliott, mengingat I Rossoneri membutuhkan 50-70 juta euro per tahun.
“Sudah sering terjadi pembelian klub yang tidak transparan. Namun apa yang terjadi di AAC Milan adalah suatu hal baru yang belum pernah terjadi sebelumnya,” katanya.
Terancam Bangkrut
Yonghong Li belakangan diketahui mencoba bernegosiasi kembali dengan Grup Elliott dan memohon penangguhan pembayaran utang hingga lima tahun ke depan. Sembari itu, ia juga mencoba menjual sebagian saham AC Milan untuk menutupi hutangnya.
“Risiko yang dihadapi AC Milan akan datang pada akhir tahun keuangan. Klub ini akan kesulitan beroperasi dengan level seperti ini,” terang Gerevini.
“Jika nanti tidak ada pemilik saham mayoritas, maka klub kehilangan sosok yang bisa menyuntikkan dana dengan cepat. Konsekuensinya mereka berpotensi terjerembab ke jurang kebangkrutan,” pungkas Gerevini. (Abul Muamar)