3 Kelemahan Stadion Gajayana pada Pembukaan Grup E Piala Presiden

oleh Iwan Setiawan diperbarui 21 Jan 2018, 12:00 WIB
Pekerja Stadion Gajayana, Malang, membuat garis lapangan dengan cara manual. (Bola.com/Iwan Setiawan)

Bola.com, Malang - Kualitas pertandingan Grup E Piala Presiden 2018 di Stadion Gajayana, Malang, dinilai kurang memuaskan karena empat tim peserta, yakni Arema FC, Bhayangkara FC, PSIS Semarang, dan Persela Lamongan tidak bisa bermain dengan teknik. Penyebabnya, kondisi lapangan becek setelah diguyur hujan deras.

Stadion milik Pemkot Malang ini pun jadi sorotan. Apalagi pertandingan ini disiarkan langsung sehingga publik sepak bola Tanah Air bisa melihat langsung buruknya kondisi Stadion Gajayana.

"Memang ada beberapa persoalan karena ini pertandingan pertama di Grup E, sementara panpel masih melakukan adaptasi dengan kondisi Stadion Gajayana. Mengingat sebelumnya turnamen dilangsungkan di Stadion Kanjuruhan," ujar Sudarmaji, Media Officer Arema.

Advertisement

Dari penelusuran Bola.com, ada tiga persoalan utama yang dialami Stadion Gajayana. Yang pertama tentu kondisi lapangan. Panpel tidak mengantisipasi jika saat hujan turun deras, lapangan akan berlumpur. Selama ini kondisi lapangan dikenal keras saat musim kemarau.

Yang juga jadi catatan, dalam pertandingan Grup E, Sabtu (20/1/2018), garis lapangan sudah luntur ketika pertandingan pertama antara Bhayangkara FC dan PSIS Semarang baru berjalan setengah main. Panpel bergerak cepat meminta pengelola stadion untuk kembali menggaris lapangan.

Persoalannya, garis lapangan dibuat manual dengan empat orang yang memegang kuas dan kaleng cat. Tidak dengan sebuah kendaraan mini yang biasanya digunakan banyak stadion untuk membuat garis lapangan.

 

Kelemahan Lain

Kelemahan yang kedua dari segi akses lorong ganti dan pintu masuk utama stadion, yang tidak steril dari penonton. Bahkan beberapa panpel terpaksa harus berada di lorong ganti karena keterbatasan tempat.

Begitu pula dengan ruang kontrol audio yang berada di lorong itu sehingga pemain tidak akan nyaman ketika berjalan dari ruang ganti menuju lapangan.

Kelemahan terakhir yang paling krusial adalah akses jalan menuju pintu masuk utama. Stadion ini berada di tengah kota dan tidak memiliki area parkir yang luas.

Kondisi Stadion Gajayana rusak parah sehingga panpel Arema pindahkan laga Grup E ke Kanjuruhan. (Bola.com/Iwan Setiawan)

Saat matchday kemarin, tim yang akan berlaga di jam kedua, Arema FC dan Persela Lamongan, sempat tertahan di jalan karena macet. Bahkan Kepolisian yang mengawal kedua rombongan tidak bisa berbuat banyak.

Kendaraan Aremania yang sudah berada di area stadion tidak bisa dilimpahkan ke tempat lain. Sementara bus kedua tim yang bermain di jam pertama, Bhayangkara FC dan PSIS Semarang, juga sulit keluar dari area stadion.

Hal ini jadi kendala serius yang membuat Stadion Gajayana bakal kesulitan lagi untuk menggelar sebuah turnamen yang menyedot puluhan ribu suporter karena akses tim untuk bergantian masuk stadion juga terhalang.

Berkaca dari pengalaman di Liga 1 2017, Arema sempat menggunakan Stadion Gajayana untuk beberapa pertandingan. Untuk single match seperti itu, akses masuk tim memang lebih mudah karena lahan parkir untuk dua tim sudah disiapkan. Tetapi, area parkir tidak bisa menampung empat bus tim sekaligus seperti turnamen pramusim ini.

Setelah serangkaian hal itu terjadi, verifikasi baru dilakukan perwakilan dari operator turnamen dan kompetisi, Liga Indonesia Baru (LIB). Padahal, verifikasi biasanya dilakukan sebelum sebuah event digulirkan. "Hari Minggu (21/1/2018) ini ada verifikasi Stadion Gajayana dari perwakilan LIB. Diihat saja nanti hasilnya seperti apa," imbuh Sudarmaji.

Berita Terkait