Bola.com, Solo - Awan gelap sebenarnya sudah menyelimuti langit Solo sejak pagi pada Sabtu (3/2/2018). Namun, apalah artinya mendung yang lantas berubah jadi hujan jika ukurannya dikaitkan dengan kesetiaan terhadap tim bernama Persebaya Surabaya.
Hujan yang sejatinya merupakan tumpahan rintik air dari langit, mungkin dimaknai berbeda oleh Paijan Sujatmiko. Baginya, hujan bukan batasan. Walau kesehatan nantinya bisa menurun karena guyuran hujan itu, tak mengapa asal Persebaya mampu bermain apik dan menundukkan tim lawan.
Baca Juga
Paijan, begitu sapaan akrabnya, berangkat dari Lakarsantri, Surabaya, sehari sebelum laga. Semangatnya berapi-api ketika meninggalkan Kota Pahlawan dengan menggunakan bus.
Tak mungkin dia mau melewati perjalanan sekitar 260 kilometer ke Solo tanpa tujuan. Baginya, hadir untuk mendukung Persebaya adalah harga mati, sebuah kewajiban yang tak bisa ditawar lagi.
"Saya pekerja dan berhubung pertandingan digelar pada Sabtu, jadi saya tidak perlu bolos karena memang jatahnya libur," kata Paijan ketika ditemui Bola.com di Stadion Manahan, Solo.
"Cuma bermodal ongkos pulang dan pergi sih. Pakaian pun seadanya, ya inilah kami Bonek Mania. Beruntung saya punya kerabat di sini, jadi tak perlu memikirkan akomodasi," ucap Paijan yang mengidolai legenda Bajul Ijo, Mustaqim.
Klub asuhan Angel Alfredo Vera itu berlaga di fase 8 besar Piala Presiden 2018. Dengan status juara Liga 2 2017 sekaligus promosi ke Liga 1 2018, tentu Persebaya diunggulkan pada laga melawan PSMS Medan, klub yang mereka hadapi di final Liga 2 musim lalu.
Peluit babak pertama dibunyikan. Sejak saat itu, nyanyian demi nyanyian dari Bonek terus berkumandang. Namun, hal itu sejenak terhenti pada menit keempat. Pada saat itu, gawang Persebaya kebobolan melalui gol yang dicetak Wilfreid Yessoh. Namun, gol tersebut kenyataannya semakin membakar semangat pemain.
Hingga akhirnya seluruh stadion bergemuruh ketika Irfan Jaya mencetak gol penyeimbang melalui titik putih. Namun, Bonek Mania lagi-lagi dibuat tertegun ketika PSMS kembali unggul melalui gol Sadney Urikhob.
Memasuki babak kedua, lagi-lagi kiper Miswar Saputra kembali harus memungut bola dari gawangnya. PSMS mencetak gol ketiga ketika paruh kedua baru berusia belum sampai 30 detik. Wajah murung nan kecewa semakin terpampang jelas di antara Bonek Mania.
Mengejar defisit dua gol bukan perkara mudah. Namun, pemain tak kenal lelah. Hasilnya, dalam durasi tiga menit mereka mampu menyamakan skor menjadi 3-3, melalui Ferinando Pahabol dan Nelson Alom.
Seluruh penjuru Stadion Manahan bergema. Bonek Mania beranjak dari tempat duduk dan bersuka cita. "Masih ada harapan," kata Paijan.
Pertandingan berlanjut ke babak adu penalti. Sayang, Persebaya akhirnya menyerah dengan skor 3-4. Seketika, Stadion Manahan kembali mendung. Namun, mendung kali ini bukan berkaitan dengan cuaca, melainkan dari perasaan hati Bonek Mania.
Segelintir dari mereka bahkan tak sanggup menahan tetes air mata. Seakan masih tak percaya perjalanan Persebaya di Piala Presiden harus berakhir secara dramatis.
"Semua orang tentu ingin melihat tim kesayangannya menang dan juara. Sayang, takdir Tuhan kali ini belum berpihak pada Persebaya. Tapi, satu yang pasti kami selalu ada di saat suka dan duka untuk Persebaya Surabaya!," tegas Paijan.