Bola.com, Jakarta - Pertandingan final Piala Presiden 2018 yang digelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Sabtu (17/2/2018), tak lantas memberi keuntungan bagi Persija Jakarta. Didukung massa pendukung loyal The Jakmania yang mendominasi tribune Senayan, Tim Macan Kemayoran pernah dua kali gagal juara di pentas elite sepak bola nasional.
Kegagalan Persija terjadi di tahun 2005. Tim ibu kota bertekuk lutut dipecundangi Persipura Jayapura di pentas Liga Djarum Indonesia serta Arema di ajang Copa Indonesia.
Persija yang disokong dana berlimpah bantuan APBD DKI Jakarta dijagokan banyak pengamat bakal merajai musim 2015. Belanja pemain Tim Oranye menembus angka Rp 20 miliar, tertinggi di antara tim-tim lain.
Persija pada musim itu dihuni banyak pemain bintang. Ayouk Berty (Kamerun/gelandang), Lorenzo Cabanas (Paraguay/gelandang), Deca Dos Santos (Brasil/gelandang), Adolfo Fatecha (Argentina/penyerang), Roger Batoum (Kamerun/penyerang), adalah deretan legiun asing berbanderol mahal tim asuhan Arcan Iurie.
Komposisi pemain lokal Persija amat mentereng, banjir pemain berlabel Timnas Indonesia.
Charis Yulianto, Ortizan Solossa, Hendro Kartiko, Francis Wewengkang, Agus Indra, Ismed Sofyan, Hamka Hamzah, sekumpulan pemain lokal beken yang jadi pilar Persija.
Persija yang musim sebelumnya ada di posisi tiga besar klasemen akhir Liga Indonesia 2004, membidik target juara di dua ajang resmi gawean PSSI.
"Tahun lalu kami hampir juara. Musim ini harus juara," ujar IGK Manila, manajer Persija Jakarta yang diberi mandat oleh Gubernur DKI Jakarta, Sutiyonso, buat belanja pemain buat mengarungi musim 2005.
Euforia Persipura dan Kontroversi Persebaya
Kompetisi Liga Djarum Indonesia 2005 mengusung konsep berbeda dibanding musim sebelumnya. Kompetisi kasta elite tidak lagi menggunakan format pertandingan tunggal home and away.
PSSI membagi dua wilayah penyisihan, Barat dan Timur. Empat tim teratas kemudian bertarung di babak grand final yang digelar di Jakarta.
Langkah Persija pun mulus di fase pertama kompetisi. Tim Macan Kemayoran jadi jawara Grup Barat. Mereka berhak menjadi tuan rumah Grup A Babak 8 Besar.
Persija dikepung juara bertahan Persebaya Surabaya, PSIS Semarang, dan PSM Makassar. Sementara, Persipura yang jadi juara Grup Timur jadi tuan rumah Grup B bersaing dengan PSMS Medan, Arema, dan Persik Kediri.
Persija jadi juara grup secara kontroversi. Usai menang atas PSIS 1-0 dan imbang 1-1 kontra PSM, Persija berjumpa Persebaya di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan.
Pendukung setia Persebaya, Bonek Mania, menyerbu Jakarta. Kehadiran Bonek di ibu kota memicu resistensi ormas Betawi Rempuk. Aksi sweeping dilakukan untuk mengusir mereka.
Melihat kondisi memanas, Wali Kota Surabaya, Bambang DH, menginstruksikan pendukung Bajul Ijo untuk kembali ke Surabaya. Yang mengejutkan kemudian sehari sebelum pertandingan Persebaya juga memutuskan mudik ke Kota Buaya. Mereka merasa ada upaya memunculan Persija sebagai juara kompetisi, dengan pola intimidasi ke suporter tim tamu.
Pada Rabu (21/9/2005) wasit Setiyono memutuskan Persebaya Walk Out karena hingga waktu kick-off pertandingan pukul 15.30 WIB tidak hadir di lapangan. Persija pun melaju ke final berjumpa Persipura yang jadi juara Grup B.
Minggu (29/9/2005) SUGBK penuh sesak pendukung Persija. Gubernur DKI, Sutiyoso, dan Gubernur Papua, Jaap Solossa, melakukan aksi konvoi keliling lapangan menjelang pertandingan. Mereka meminta suporter menjaga ketertiban.
Persipura saat itu diarsiteki Rahmad Darmawan, yang notabene mantan pemain Persija di era 1980-an.
Tim Mutiara Hitam dinilai sebagai lawan sepadan bagi tim ibu kota. Persipura juga dihuni banyak pemain top, macam: Boaz Solossa, Jack Komboy, Victor Iqbonefo, Mauly Lessi, Marwal Iskandar, Christian Worabay, Korinus Fingreuw.
Persipura banjir pemain muda jebolan PON 2004, di mana Papua jadi juara bersama bareng Jawa Timur.
Mendapat dukungan yang berlimpah dari The Jakmania, Persija justru tersungkur di final Liga Djarum. Mereka kalah 3-4. Korinus Fingreuw jadi pahlawan lewat golnya pada menit ke-101 di masa perpanjangan waktu.
Usai pertandingan oknum suporter Persija berbuat rusuh. Mereka terlibat bentrok dengan Persipura Mania, yang jumlahnya minoritas di Senayan.
Aksi Mogok Arema
Gagal di Liga Djarum Indonesia, Persija mengalihkan fokus ke Copa Indonesia. Langkah Tim Macan Kemayoran terhitung mulus ke final.
Di ronde pertama Persija menggasak Persikad Depok dengan skor 5-1 (kandang) dan 2-1 (tandang). Selanjutnya, giliran Persikota Tangerang jadi korban. Tim Bayi Ajaib dihantam 3-2 (tandang) dan 2-0 (kandang).
Memasuki periode perdelapan final Roger Batoum dkk. melumat Persmin Minahasa dengan skor 2-1 (kandang) serta 1-0 (tandang). Di fase perempat final Persekaba Badung jadi korban keganasan tim asuhan Arcan Iurie. Sempat bermain imbang 1-1 di Badung, Bali, Persija kemudian menang tipis 2-1 di Stadion Lebak Bulus, Jakarta.
Jalan Persija mulai agak tersendat di babak semifinal. Berjumpa sesama klub elite era perserikatan, PSMS Medan, Persija digebuk 2-1 pada laga leg perdana di Stadion Teladan, Medan. Beruntung mereka bangkit di kandang. Tim Ayam Kinantan dihantam dengan skor 3-1.
Persija pun berjumpa Arema di laga puncak yang dihelat di Stadion Utama Bung Karno. Menariknya, kubu lawan diarsitek Benny Dollo, mantan pemain yang dibesarkan kompetisi internal Persija. Benny jebolan UMS.
Pertandingan final yang digelar Sabtu (9/11/2005) berlangsung sengit. Bek Tim Singo Edan, Alexander Pulalo, diganjar kartu merah oleh wasit, Jajat Sudrajat, pada menit ke-67, karena tekel kerasnya ke striker Persija, Roger Batoum. Saat itu skor pertandingan 2-2.
Arema melakukan aksi mogok bertanding. Mereka beranggapan wasit berat sebelah. Setelah dibujuk pengurus teras PSSI akhirnya pasukan Kera-kera Ngalam kembali ke lapangan.
Selanjutnya, giliran bek Persija, Aris Indarto, dikartu merah, setelah mengganjal striker asing Arema, Franco Hitta. Pertandingan tetap berlangsung seru walau kedua tim sama-sama pincang.
Betrok final Copa Indonesia harus disudahi dengan perpanjangan waktu. Apes bagi Persija, gelandang serang Arema, Firman Utina, menjebol gawang mereka pada menit ke-96, sekaligus menutup skor akhir pertandingan 3-2.
Dua kali Persija bertekuk lutut di partai puncak yang digelar di SUGBK. Akankah, kejadian ini berulang saat Tim Macan Kemayoran berjumpa Bali United pada Sabtu (17/2/2018) di laga final Piala Presiden 2018?
Live Streaming Persija Vs Bali United
Pembaca Bola.com bisa menyaksikan laga final Piala Presiden 2018 yang mempertemukan Persija kontra Bali United secara live steaming pada Sabtu (17/2/2018) mulai pukul 19.30 WIB dengan memutar video di bawah ini: