Bola.com, Jakarta - Gelandang asing Mitra Kukar asal Inggris, Danny Guthrie, merupakan salah satu pemain asing anyar dalam sepak bola Indonesia. Bagi pemain berusia 30 tahun itu, kedatangannya ke Indonesia juga menjadi pengalaman pertamanya bermain di luar Inggris. Apa yang membuatnya memutuskan untuk merasakan atmosfer sepak bola negara kita?
Danny Guthrie menjadi salah satu rekrutan besar yang dilakukan Mitra Kukar pada musim ini setelah mendatangkan mantan pemain Timnas Spanyol pada Olimpiade 1992 di Barcelona, Rafael Berges Marin, sebagai pelatih kepala. Selain itu juga ada Fernando Rodriguez Ortega, mantan pemain Sevilla, yang juga didatangkan oleh klub berjulukan Naga Mekes itu.
Baca Juga
Namun, berbeda dengan Fernando Rodriguez Ortega yang sudah beradaptasi dengan baik bersama Mitra Kukar, Danny Guthrie justru terkendala masalah cedera setelah baru bermain dua kali bersama Naga Mekes di Piala Presiden 2018.
Cedera pangkal paha menjadi masalah mantan pemain Liverpool dan Newcastle United yang membuatnya tak bisa membela Mitra Kukar di Piala Gubernur Kaltim 2018.
Namun, bagi pemain bernama lengkap Danny Sean Guthrie itu cedera yang dialaminya di Indonesia bukan menjadi masalah. Mengaku sempat frustrasi karena kondisi lapangan hijau di Indonesia yang keras, Danny kini dalam proses penyembuhan cedera dan akan segera kembali ke skuat Naga Mekes.
Saat menjalani pemulihan cedera di Jakarta, Danny Guthrie menyempatkan diri untuk berkunjung ke kantor redaksi Bola.com. Pemain yang pernah masuk akademi sepak bola Manchester United itu pun berbagi banyak cerita kepada Bola.com.
Berikut petikan wawancara eksklusif Danny Guthrie bersama Bola.com pada Sabtu (24/2/2018) lalu:
Bagaimana cerita Anda hingga akhirnya bergabung dengan Mitra Kukar?
Ambisi saya sejak masih kecil bermain di luar negeri. Namun, kesulitannya adalah menemukan waktu yang tepat, terkait profesionalitas atau kehidupan saya. Saat ini merupakan waktu yang tepat karena saya sudah memiliki anak dan keluarga. Anak-anak saya sudah siap untuk berpergian jauh, Istri saya juga punya ambisi yang sama dalam hal berpergian.
Saat ini waktu yang tepat karena ambisi saya berubah, saya ingin merasakan budaya dan gaya hidup yang baru. Jadi saat berusia 30 tahun ini waktunya untuk bermain di luar negeri.
Kenapa Anda pilih Mitra Kukar?
Sejak Natal tahun lalu, sejumlah tim dari seluruh dunia bicara dengan agen saya, termasuk klub MLS dan Thailand, dan beberapa klub Eropa. Kami bernegosiasi dan terus bernegosiasi, dan setelah musim berakhir saya hampir saja ke Thailand. Namun, pembicaraan terlalu lama hingga akhirnya Mitra Kukar datang kepada dengan tawaran langsung.
Saya pikir Mitra Kukar adalah satu tim yang bagus karena mereka memperlihatkan minat yang besar dan itu penting bagi saya. Secara finansial juga lebih besar dari Thailand jika dilihat dari penawaran mereka kepada saya.
Sebelum datang ke sini, apa yang Anda ketahui soal Mitra Kukar?
Tidak, saya tidak tahu apa pun tentang Mitra Kukar. Namun, saya langsung melakukan riset bersama istri saya, dan kami melihat tim ini ada di negara yang indah. Jadi ada gairah untuk saya datang ke sini untuk melihat negara yang indah dengan orang-orang yang ramah.
Ada alasan lain mengapa Anda bermain di luar negeri dan tidak ingin menghabiskan karier di Inggris?
Alasan sebenarnya karena saya adalah orang yang penuh ambisi tapi realistis. Saya ingin bermain di Premier League, tapi secara realistis saya kesulitan untuk bisa melakukannya.
Saya katakan kepada diri saya sendiri, "oke saya bisa tetap di Inggris," tapi itu justru akan mengulang apa yang sudah terjadi untuk empat atau lima tahun ke depan. Saya juga berpikir mencoba budaya baru dan gaya permainan baru, dengan begitu saya mendapatkan tantangan berbeda.
Apa yang orang-orang tidak sadari di Eropa adalah banyak tempat, seperti di Indonesia, yang memiliki gairah besar dalam sepak bola tapi tidak diketahui dengan baik oleh media di sana. Mungkin saya bisa memperlihatkan kepada mereka mengenai betapa bergairahnya sepak bola di Indonesia.
Yakin Tak Seperti Carlton Cole dan Peter Odemwingie
Ada yang meyakinkan kamu untuk datang dan bermain di Indonesia? Seperti teman atau pemain sepak bola lain?
Tidak. saya tidak bicara dengan siapa pun soal keputusan saya untuk datang ke sini. Bisa saya katakan saya langsung melompat sendiri ke sini. Saya bertemu Mitra Kukar dan setelah empat atau lima hari di Indonesia, saya membuat keputusan yang cepat untuk bergabung dengan mereka.
Anda tahu Michael Essien bermain di Persib Bandung?
Ya, kedatangan Michael Essien ke sini adalah kabar yang besar di Inggris, begitu pun dengan Carlton Cole dengan cerita yang tidak sukses. Namun, itu bukan masalah bagi saya karena situasi yang dihadapi setiap orang itu berbeda. Jalan hidup setiap orang akan sangat berbeda.
Carlton Cole dan Peter Odemwingie punya pengalaman buruk dengan klub mereka di Indonesia, Apa pendapat Anda soal itu?
Saya hanya akan beropini mengenai apa yang saya alami, mereka bukan urusan saya. Klub saya memperlakukan saya dengan baik. Mereka sangat membantu dengan akomodasi dan membawa keluarga saya ke sini.
Dalam beberapa pekan terakhir saya ada masalah dengan pangkal paha saya, dan klub menyusun rencana pemulihan saya di Jakarta. Mereka memperlakukan saya dengan baik di sini.
Anda dikenal garang di lapangan, tapi ternyata Anda orang yang rendah hati dan asyik diajak bicara? Apakah orang lain pernah mengatakan itu kepada Anda?
Ya, saya selalu berusaha untuk bertarung di dalam lapangan karena saya ingin menjadi yang terbaik. Saya juga ingin menang di lapangan, saya ingin tim saya menang. Kerja keras adalah yang selalu saya lakukan karena di Inggris tidak ada yang mudah, terutama di Premier League.
Sementara di luar lapangan saya memang sosok yang berbeda. Saya merupakan orang yang sederhana bagi keluarga, dan saya memang rendah hati, karena jika tidak ibu saya bisa menampar saya.
Perasaan Setelah Tiba di Indonesia
9. Anda mengatakan kepada media kalau merasa diterima seperti di rumah sendiri ketika tiba di sini. Apa yang membuat Anda merasa seperti itu?
Saat itu mereka semua menanyakan saya tentang sepak bola di sini. Jadi bagi saya setiap kali Anda masuk lapangan, apakah itu di Inggris, Spanyol, atau di Indonesia, itu semua sama, karena saya bisa memulai segalanya dengan cepat dan semua masalah atau kendala bisa segera lenyap.
Sejujurnya, Indonesia sangat terasa seperti rumah karena saya bisa membawa keluarga saya di sini. Kami mulai belajar bahasa Indonesia, dan secara perlahan beradaptasi di sini.
Indonesia punya kompetisi yang sangat ketat. Terkadang pemain asing sampai menyalahkan wasit karena tidak melindungi pemain. Apa pendapat Anda soal itu?
Ya, saya sudah merasakan pertandingan dan latihan yang sangat ketat dan bagus. Saya tahu ada risiko di mana pun wasit bisa seperti itu, tapi yang mengejutkan saya di dalam permainan di Indonesia adalah para pemain lokal selalu memberikan 100 persen, permainan sangat cepat hingga menit ke-60, dan setelah itu mereka kelelahan.
Saya juga melihat Timnas Indonesia saat bermain dengan Islandia, dalam 60 menit pertandingan begitu ketat, tapi setelah 60 menit Timnas Indonesia seperti sudah habis. Namun, kami punya pelatih bagus dari Spanyol yang membuat Mitra Kukar menjadi sebuah tim yang lebih kompak karena jika kami punya bola, kami punya kesempatan untuk beristirahat.
Ketika berkiprah di Inggris, saya setiap tim yang ingin menang menggunakan momen memegang bola untuk beristirahat. Satu tim akan berusaha untuk bisa melakukan 20 umpan saat menguasai bola, tapi di sini baru empat operan terjadi bola sudah ada di tim lawan karena usaha untuk menyerang, seperti bermain bola basket.
Anda mengaku punya ambisi yang berbeda ketika tiba di Indonesia. Apa tujuan Anda dengan karier saat ini?
Tujuan saya adalah tampil baik bersama Mitra Kukar. Saya merasakan sedikit tekanan karena adanya ekspektasi besar terhadap kehadiran saya. Namun, tekanan itu bagus bagi saya karena membuat saya tetap fokus. Ambisi saya adalah tampil di level yang diinginkan oleh orang-orang di sini.
Sementara untuk tim, mereka finis di posisi 10 pada musim lalu. Presiden klub meminta kami untuk memperbaiki performa dan bisa finis di tempat yang lebih baik pada akhir musim nanti, yaitu di posisi lima besar. Tentu ini tantangan yang cukup sulit, tapi saya percaya ini adalah ambisi yang bagus, sedikit tekanan yang saya sukai.
Anda baru bermain dua kali bersama Mitra Kukar di Piala Presiden karena cedera. Apa cedera itu mengganggu Anda?
Tidak, ini hanya masalah kecil. Kemarin saya sudah menjalani MRI dan kami sudah menemukan masalahnya. Cedera ini memang sempat membuat saya merasa frustrasi karena ini disebabkan oleh lapangan yang sangat keras di sini. Tubuh saya sedang beradaptasi dengan lapangan di sini. Namun, Ini hanya masalah kecil, dan yang membuat saya sempat frustrasi karena saya harus absen berlatih dan bermain.
Baca Juga