Bola.com, Malang - Arema FC menghadapi persoalan pelik menjelang semifinal Piala Gubernur Kaltim 2018 pada 2 Maret. Pada laga tersebut Arema tak punya stok pemain belakang di bangku cadangan.
Baca Juga
Arema FC lolos ke semifinal Piala Gubernur Kaltim (PGK) II setelah menekuk Mitra Kukar 3-1 di laga terakhir Grup A. Tim berjuluk Singo Edan ini lolos sebagai runner up dan akan melawan juara Grup B di babak empat besar.
Namun, masalah menerpa Singo Edan menjelang semifinal. Bek kiri Ahmad Alfarizi terkena kartu merah ketika melawan Mitra Kukar. Kini, hanya ada tiga pemain yang berposisi asli sebagai pemain belakang, yaitu Arthur Cunha, Bagas Adi dan Junda Irawan.
Satu stoper lainnya, Purwaka Yudi, masih belum fit dari cedera. Sementara M. Zaenuri dan Syaiful Indra sudah dipulangkan ke Malang karena sakit gejala tifus. Bek kanan lainnya, Agil Munawar, cedera serius di lutut kiri saat pertandingan kedua melawan Borneo FC.
“Persoalan kami sekarang ada di lini belakang. Tidak ada lagi pemain cadangan di belakang. Bahkan bek kanan juga diisi Hendro Siswanto sejak pertandingan lawan Mitra Kukar. Padahal posisi aslinya adalah gelandang bertahan,” kata pelatih Arema, Joko ‘Getuk’ Susilo, Rabu (28/2/2018).
Jika ada lagi pemain yang mengalami cedera, Arema harus melakukan perombakan. Tercatat ada dua gelandang bertahan yang sempat dijadikan sebagai stoper, Juan Revi dan Hanif Sjahbandi. Tapi mereka lebih maksimal jika diturunkan sebagai gelandang jangkar.
“Kami harap tidak ada lagi pemain yang sakit atau cedera dalam persiapan menuju semifinal. Begitu juga dengan saat pertandingan nanti,” jelas pelatih Arema FC itu.
Emosi Pemain
Jika melihat stok pemain belakang yang tersisa, sebenarnya tidak semua dalam kondisi fit. Stoper asing Arthur Cunha juga tidak dalam 100 persen karena selalu tampil penuh dalam tiga pertandingan fase grup, begitu juga dengan Hendro Siswanto.
“Tapi tidak ada pilihan lain. Sekarang kami juga berpikir keras mencari solusinya,” tegas dia.
Sebelum menghadapi laga semifinal, Getuk juga menyoroti soal emosi pemain di lapangan. Dia berkali-kali meminta pemian agar tidak terbawa emosi karena target yang sesungguhnya adalah kompetisi Liga 1 yang bergulir 10 Maret.
“Karena kami sudah mengubah target dari memperbaiki team building menjadi kejar prestasi ya risikonya harus dipikirkan juga. Memang berat. Jika Arema kalah, kritik berdatangan. Tapi jika main habis-habisan cedera bisa datang menjelang kompetisi,” imbuh dia.