Rendi Irwan, 2 Gol Spektakuler, dan Ketakutan Mengeksekusi Penalti

oleh Aditya Wany diperbarui 01 Mar 2018, 13:15 WIB
Kepada Bola.com, kapten Persebaya, Rendi Irwan, blak-blakan bicara ketakutannya jadi eksekutor penalti dan persaingan di Liga 1 2018. (Bola.com/Foto: Aditya Wany, Grafis: Adreanus Titus)

Bola.com, Balikpapan - Persebaya Surabaya telah memastikan tampil di semifinal Piala Gubernur Kaltim II dengan status sebagai juara Grup B. Kepastian jadi juara grup muncul setelah menang 2-0 atas Sriwijaya FC di laga terakhir penyisihan Grup B, Rabu malam (28/2/2018).

Namun, sebelum laga itu, Persebaya sebenarnya sudah memastikan satu dari dua tiket ke semifinal dari Grup B saat mengalahkan Persiba Balikpapan 3-1 (26/2/2018). Kemenangan atas tim Beruang Madu itu menyegel tiket Persebaya dan Sriwijaya FC ke semifinal.

Pada laga menentukan melawan Persiba Balikpapan itu, satu pemain, yakni Rendi Irwan, tampil cukup mencolok. Rendi menyumbang dua dari tiga gol yang dihasilkan tim Bajul Ijo pada laga yang dimainkan di Stadion Batakan, Balikpapan itu.

Advertisement

Ini merupakan kali pertama pemain 30 tahun itu mencetak dua gol dalam sebuah pertandingan sejak Persebaya kembali ke kompetisi sepak bola nasional musim lalu. Menariknya, dua gol itu dicetak dari titik tembakan, gaya, dan arah yang hampir serupa.

Jika dibandingkan dengan musim lalu, performa eks pemain Persik Kediri dan Persija Jakarta ternyata semakin meningkat. Musim lalu, dia menyumbang dua gol dan dua assist untuk Bajul Ijo dalam 22 pertandingan Liga 2.

Sebagai kapten tim, pencapaian Rendi, khususnya di laga melawan Persiba itu, akan melahirkan kepercayaan diri. Rendi mengaku punya banyak cerita perihal itu. Berikut sebagian cerita itu, yang dibagikannya kepada Bola.com.

 

 

 

2 dari 4 halaman

Kemiripan 2 Gol

Dua gol yang Anda cetak ke gawang Persiba terjadi dalam proses hampir mirip. Apakah Anda memang sengaja melakukannya?

Saya sama sekali tidak menyangka dan tidak pernah pikir bisa mencetak gol. Saya tidak ingin ada beban. Gol pertama saya melihat ruang tembak yang pas. Kiper kelihatannya juga lengah akhirnya saya coba untuk menembak ke tiang jauh.

Kalau gol kedua itu malah sebenarnya saya hendak mengumpan ke Rishadi Fauzi. Tapi, kiper malah maju ke tiang dekat. Situasinya hampir sama dengan gol sebelumnya. Saya lihat gawang kok juga ada ruang kosong, ya sudah saya sikat saja. Ternyata gol lagi.

Ini untuk kali pertama saya cetak dua gol dalam satu pertandingan untuk Persebaya sejak musim lalu. Dulu sebenarnya pernah waktu masih periode pertama (2011-2013), tapi saya lupa siapa lawannya.

Apa yang membuat Anda tidak yakin akan mencetak gol?

Selama pertandingan itu saya tegang. Bayangkan, kami ketinggalan satu gol sampai menit hampir water break. Biasanya saya di bench bercanda sama teman-teman, tapi kemarin itu malah tidak bisa tertawa.

Saking tegangnya, tidak ada pemain Persebaya yang pemanasan selama turun minum. Kami semua masuk ruang ganti. Pak Presiden (Azrul Ananda) dan Pak Manajer (Chairul Basalamah) juga ikut. Banyak kata semangat yang diucapkan supaya kekeluargaan jadi lebih kompak.

Semalam sebelumnya, saya juga tidak terlalu bisa tidur nyenyak karena saya kepikiran kalau hasilnya imbang. Saya tidak ingin kami imbang dan harus penalti lagi.

Itu yang akhirnya membuat saya kepikiran sampai selama pertandingan. Saya terus berdoa semoga kami menang. Rasanya kami waktu itu sulit sekali untuk mencetak satu gol penyama kedudukan. Tapi, Alhamdulillah ternyata kami malah membalas tiga gol.

3 dari 4 halaman

Ketakutan Jadi Eksekutor Penalti

Hal apa yang membuat Anda tidak ingin mengeksekusi penalti?

Selama ini, saya belum pernah sekalipun mengeksekusi penalti dalam sepanjang karier sepak bola saya. Tidak sama sekali di pertandingan resmi. Saya merasa tidak percaya diri melakukannya. Jadi, saya ada perasaan waswas.

Saat itu, saya lihat Misbakus Solikin sudah ditarik duluan waktu saya masuk (menit ke-68). Padahal, dia andalan kami soal eksekusi penalti. Saya jadi berpikir sangat mungkin saya ditunjuk menjadi eksekutor kalau pertandingan berlanjut ke babak adu penalti.

Saya memang tidak pernah mau kalau diminta ambil penalti. Sepertinya penalti itu selalu menghadirkan beban besar. Tapi, saya sebenarnya juga mulai menata diri supaya siap menendang penalti. Untungnya tidak sampai ke sana.

Performa Persebaya dalam turnamen pramusim cukup bagus. Ini pertanda bagus untuk ke Liga 1?

Kami berusaha belajar dari pengalaman di Piala Presiden dan Piala Gubernur Kaltim (PGK). Perjuangan kami lolos perempat final (Piala Presiden) juga punya banyak cerita dan evaluasi. Akhirnya kami bisa tampil lebih baik di PGK. Ini nanti memang jadi acuan ke Liga 1. Banyak hal yang harus dibenahi, pasti ada kurang lebihnya.

Kalau melihat peta, materi tim lain juga luar biasa. Kebanyakan mereka punya pemain bintang di skuatnya. Tapi, kami punya modal dengan menjaga kekekeluargaan semakin solid dan kuat.

Tentang target juara?

Ya, siapa sih pemain yang tidak ingin juara? Tapi, musim ini sepertinya tidak kepikiran untuk itu. Saya pribadi yang jelas ingin juara dan itu prosesnya cukup panjang. Agak berbeda dengan Liga 2 lalu.

Saya pikir tidak mudah untuk bisa ke arah situ. Yang sedang kami usahakan adalah bermain sampai ke level papan atas. Itu harus dilakukan dan diperbaiki. Insya Allah, kami bisa bersaing di papan atas.

4 dari 4 halaman

Main Cerdas

Dibanding Liga 2, apa yang membuat Liga 1 akan terasa berbeda?

Saya lihat di Liga 1, pemainnya lebih tenang dan kami memang harus pintar. Kami pun harus benar-benar membaca pergerakan lawan. Pemain lain juga bilang begitu. Level permainannya tentu saja berbeda dibanding Liga 2.

Di Liga 2 lalu, kami berjuang mati-matian. Lawan juga mainnya sering kali ngawur bahkan beberapa kali kami sampai tawuran di lapangan. Prosesnya menurut saya malah lebih lama dibanding Liga 1.

Kami harus ke penyisihan dulu, terus 16 besar, perempat final, sampai ke final. Kadang jadwal juga tidak jelas kapan pertandingannya. Coach (Angel Alfredo Vera) sudah bilang kalau kami mau main cerdas, kami akan menang.

Selama musim ini, Anda tidak pernah turun 90 menit. Apa ada masalah?

Kebanyakan orang pasti menilai kondisi fisik saya mulai menurun karena masuk umur 30 tahun. Tapi, saya sudah membuktikan, saya masih bisa bertanding seperti biasa di pertandingan.

Kalau soal menit bermain, itu sudah menjadi kebijakan pelatih. Saya tidak pernah mempermasalahkan hal itu. Saya selalu berpikir positif mengenai menit bermain yang saya dapat.

Mungkin salah satu faktornya karena kekuatan Persebaya musim ini ini kan merata. Kualitas antarpemain hampir mirip dan coach sudah bilang tidak ada pemain inti di Persebaya. Itu jadi bukti dalam pertandingan terakhir, sampai kami pernah memiliki starting line-up tanpa pemain asing.