Dedeh Erawati, Pelari yang Tak Pernah Letih Kibarkan Bendera Merah Putih

oleh Andhika Putra diperbarui 07 Mar 2018, 09:06 WIB
Dedeh Erawati masih belum menyerah di usianya yang sudah menginjak 39 tahun, target medali emas tetap diusung atlet yang pernah tampil pada Olimpiade Beijing 2008 itu.. (Bola.com/Arief Bagus)

Bola.com, Jakarta - Usianya sudah menginjak 39 tahun, tetapi hingga saat ini belum ada pelari Indonesia yang bisa menyaingi semangat dan tekad Dedeh Erawati di dunia atletik. Namanya boleh saja tersingkir dari kontingen Indonesia untuk Asian Games 2018, namun gelora Dedeh berkompetisi belum padam.

Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI) tidak lagi memasukkan nama Dedeh dalam daftar atlet untuk Asian Games 2018. Alasannya sederhana, wanita kelahiran Sumedang itu dianggap sudah habis masanya.

Advertisement

Tak ingin terus larut dalam kekecewaan, Dedeh memilih jalan lain untuk membuktikan diri. Sprinter kelahiran 25 Mei 1979 itu sudah memiliki rencana mengikuti kejuaraan terbuka dalam ruangan, Ontario Masters Athletics di Kanada pada 10-11 Maret 2018.

Tidak berhenti sampai di situ, Dedeh juga akan bertolak ke Amerika Serikat, mengikuti Kejuaraan Dalam Ruangan, USA Track and Field (USATF) Masters, 17-18 Maret 2018. Perasaan kecewa tak bisa mengikuti Asian Games 2018 masih tetap ada, tetapi Dedeh memilih memendamnya di dalam hati.

"Asian Games di Indonesia itu kesempatan sekali seumur hidup. Sebagai atlet saya tentu ingin menjadi bagian dari event tersebut," ujar Dedeh.

"Namun, palu sudah diketuk, saya harus menerima kenyataan. Mungkin jalan saya saat ini memang bekompetisi di ajang master," tutur atlet yang sudah sepuluh kali mengikuti SEA Games tersebut.

Target tinggi juga diusung Dedeh pada dua kejuaraan master di Kanada dan Amerika Serikat. Medali emas adalah tujuan utama agar jalan menuju Kejuaraan Dunia Masters semakin mulus.

Prestasi Dedeh dalam beberapa waktu terakhir mungkin sudah jarang terdengar, tak seperti saat dirinya masih muda. Namun, pemegang rekor nasional lari gawang 100 meter itu merupakan peraih medali emas Kejuaraan Dunia Masters 2016 di Perth, Australia.

"Optimistis tentu harus, apalagi saat ini kondisi fisik saya jauh lebih baik daripada saat mengikuti kejuaraan masters pada 2016. Saya yakin bisa kembali merebut medali emas," ujar Dedeh Erawati.

 

2 dari 2 halaman

Merogoh Kocek Pribadi

Dedeh Erawati (kedua dari kanan) meraih perak, sedangkan Emilia Nova finis keempat. (Bola.com/Arief Bagus)

Mengikuti kompetisi internasional tentu membutuhkan dana yang tidak sedikit. Beberapa waktu terakhir, Dedeh menyibukkan diri menyiapkan proposal ke beberapa perusahaan hingga instansi negara.

Ironisnya, tak ada satupun dari instansi pemerintah ataupun perusahaan swasta yang memberikan bantuan. Proposal yang sudah disiapkan Dedeh hanya berakhir di meja direksi.

Kondisi tersebut jelas membuat Dedeh terpukul, tetapi pelari yang menempuh pendidikan hingga jenjang Strata 3 (S3) itu tidak ingin mengubur mimpinya mengibarkan bendera merah putih, kocek pribadi dikeluarkan Dedeh agar dirinya tetap bisa berangkat.

Bersama sang pelatih, Fahmi Fachrezzy, Dedeh tetap berangkat ke Amerika Serikat, tanpa bantuan dari pemerintah, demi mengharumkan nama Indonesia. "Kecewa dengan keadaan ini? Tentu iya, tetapi semangat saya tidak akan pernah padam, saya masih ingin terus berlari dan mengibarkan bendera merah putih," kata Dedeh Erawati.