Liga Champions, Kesempatan MU Bungkam Manchester City

oleh Harley Ikhsan diperbarui 13 Mar 2018, 18:39 WIB
Manajer Manchester United (MU), Jose Mourinho, memburu titel Liga Champions. (AFP/Oli Scarff)

Jakarta - Pelatih Manchester United (MU) Jose Mourinho punya alasan mengerdilkan makna laga melawan Liverpool. Baginya, rivalitas puluhan dekade kedua klub kalah krusial ketimbang duel versus Sevilla dan Huddersfield Town.

Setelah menjamu Liverpool di Old Trafford, Sabtu (10/3/2018), MU masih punya delapan pertandingan untuk memastikan posisi runner-up Liga Inggris.

Advertisement

Lagipula status tersebut tidak memiliki arti apa-apa. The Red Devils hanya mempertaruhkan prestise menjadi klub terbaik setelah Manchester City.

Berbeda dengan partai berikut yang berpotensi menghasilkan gelar. Kesuksesan melaju di Liga Champions ditentukan hasil leg dua babak 16 besar kontra Sevilla, Selasa (13/3/2018) atau Rabu (14/3/2018) WIB.

Jika sukses masuk perdelapan final, The Red Devils bisa bermimpi menduduki takhta Eropa. "Mungkin sudah ada beberapa tim yang percaya bakal menjuarai Liga Champions. Tapi, ketika menangani Porto dan Inter Milan, saya baru mulai yakin mampu merebut trofi saat masuk fase perempat final," ungkap Mourinho, dilansir The Times.

Pertandingan melawan Huddersfield pada Piala FA tidak kalah krusial. MU akan menembus semifinal kompetisi sepak bola tertua di dunia itu asalkan meraih kemenangan, Sabtu (17/3/2018).

2 dari 3 halaman

Prioritas Mourinho

Pelatih Manchester United, Jose Mourinho, memimpin sesi latihan jelang laga Liga Champions di Manchester, Senin (12/3/2018). Manchester United akan berhadapan dengan Sevilla. (AFP/Oli Scarff)

Menilik dua laga tersebut, Mourinho jelas memprioritaskan Liga Champions. Bagaimana pun, prestise kontinental lebih berarti ketimbang ajang domestik.

Tidak hanya itu, hasil partai versus Sevilla dapat menciptakan efek psikologis untuk duel kontra Huddersfield. Menang, David de Gea dan kawan-kawan bakal bersemangat. Tumbang, MU berpotensi terseret ke dalam performa buruk.

Alasan lain menyangkut gengsi di level klub dan personal. MU membutuhkan trofi demi melampaui catatan Manchester City yang pasti berjaya di Liga Inggris. Liga Champions memberikan kesempatan tersebut.

Mourinho dalam posisi identik. Dia berambisi mengalahkan Pep Guardiola dalam persaingan menjadi pelatih terbaik.

3 dari 3 halaman

Gengsi Lawan Guardiola

Jose Mourinho (kiri) dan Pep Guardiola. (AFP/Oli Scarff)

Tiba beriringan dan di kubu berseberangan Kota Manchester pada musim panas 2016, Mourinho dan Guardiola melanjutkan rivalitas setelah sempat adu pintar di Negeri Matador.

Mourinho unggul pada kampanye pertama. Dia memenangkan Piala Liga Inggris dan Liga Europa, plus titel Community Shield. Nakhoda asal Portugal itu hanya kalah menyangkut peringkat di Liga Inggris. MU terdampar di urutan enam. Sementara The Citizens duduk di posisi tiga.

Di Liga Champions, keduanya masuk dalam kelompok elite. Masing-masing memenangkan dua gelar, mereka bersanding dengan 16 nama tenar lain, di antaranya Helenio Herrera, Brian Clough, Arrigo Sacchi, Alex Ferguson, atau Vicente del Bosque.

Kini Mourinho dan Guardiola sedang adu cepat meraih titel ketiga agar bersanding bersama Bob Paisley dan Carlo Ancelotti.

"Mourinho pelatih taktikal. Dia tahu apa yang dibutuhkan untuk menjuarai Liga Champions. Saya percaya mereka dapat melakukannya," ungkap mantan bek MU, Nemanja Vidic.

Sumber: Liputan6.com