Jakarta Dendam dokter Bayern Munchen Hans-Wilhelm Muller-Wohlfahrt terhadap Pep Guardiola belum habis. Sikap ini terlihat dari penuturan Muller-Wohlfahrt mengenai sosok Guardiola dalam buku autobiografinya.
Muller-Wohlfahrt merupakan dokter bedah yang sangat terkenal di kalangan olahragawan dunia. Dia telah menangani sejumlah nama besar, termasuk pelari asal Jamaika, Usain Bolt.
Baca Juga
Muller-Wohlfahrt sudah bekerja di Bayern Munchen selama 35 tahun. Pada 2013 lalu, dia kemudian berkenalan dengan Guardiola yang ditunjuk sebagai manajer Bayern Muenchen.
Sayang, hubungan mereka tidak berjalan mulus. Keduanya kerap terlibat adu argumen. Bahkan Muller-Wohlfahrt menolak hadir dalam latihan tim dan sempat dikabarkan berselisih dengan pelatih fisik veteran Bayern Munchen akibat berbagai persoalan, termasuk salah satunya penanganan cedera yang menimpa salah seorang pemain, Thiago Alcantara.
Masalah kembali muncul saat Bayern Munchen kalah 1-3 dari FC Porto pada leg pertama babak perempat final Liga Champions 2015 lalu. Usai kekalahan ini, Muller-Wohlfahrt dan beberapa stafnya mundur dan dituding bertanggung jawab atas kekalahan tersebut.
Muenchen akhirnya berhasil bangkit di leg kedua dan lolos ke perempat final sebelum akhirnya disingkirkan Barcelona pada babak semifinal. Muller-Wohlfahrt sendiri sudah kembali bertugas bersama Bayern Munchen, tapi dendamnya kepada Guardiola belum reda.
Rendah Diri
Dalam buku berjudul "Seeing with your Hands: My Life and my Medicine", Wohlfahrt kembali mengungkit ketidakharmonisan hubungannya dengan Guardiola. Bahkan Muller-Wohlfahrt menuding pelatih asal Spanyol tersebut sebagai sosok yang rendah diri.
"Saya pikir Pep Guardiola adalah sosok dengan rasa percaya diri rendah yang selama ini sekuat tenaga disembunyikannya dari orang-orang," tulis Wohlfahrt seperti dilansir Bild.
"Karena itu, dia tampak seperti hidup dalam ketakutan. Bukan karena banyaknya kekalahan tapi takut kehilangan kuasa dan wewenangnya," kata Muller-Wohlfahrt.
Saling Berteriak
Muller-Wohlfahrt juga menganggap Guardiola sebagai sosok yang otoriter dan sok tahu.
"Dia tahu segala hal lebih baik: Lima menit pemanasan sudah cukup. Tapi itu berakhir dengan tidak baik," tulis Muller-Wohlfahrt. "Tampaknya dia memandang saya sebagai pesuruh yang bisa disuruh kapan saja dia mau," beber Muller-Wohlfahrt.
Dalam bukunya, Muller-Wohlfahrt, juga bercerita kalau dia kerap berteriak kepada Guardiola saat hubungan mereka memburuk. Bahkan dia tidak segan-segan memukul meja.
"Untuk pertama kali setelah bertahun-tahun di Bayern saya harus bertindak keras."