Fedi Fianto Siap Jajal Maraton di Kutub Utara

oleh Luthfie Febrianto diperbarui 28 Mar 2018, 17:05 WIB
Kutub Utara. (Alexei Druzhinin/Pool Photo via AP)

Jakarta Fedi Fianto mewakili Indonesia pada ajang FWD North Pole Marathon 2018. Dia tergabung di tim FWD Asia pada ajang marathon yang berlangsung pada 9 April 2018.

"Saya optimistis dapat memperkuat tim untuk bersama-sama sukses dalam kesempatan sekali seumur hidup ini. Saya juga membutuhkan dukungan dan doa dari masyarakat Indonesia," ujar Dian dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu (28/3/2018).

Advertisement

Selain Fedi, pelari Asia yang juga turut serta datang dari Vietnam, Taiwan, Hong Kong, Singapura, Jepang, dan Filipina. Total, ada 11 pelari yang menjadi bagian dari tim FWD Asia.

Berlari marathon di Kutub Utara, Fedi tak hanya harus menaklukkan para pesaingnya. Ya, pelari yang juga pendiri komunitas panjat tebing ini harus menjinakkan suhu dingin ekstrim di Kutub Utara.

Untungnya, Fedi mengaku telah berpengalaman sebelumya menjinakkan suhu dingin. "Dengan pengalaman saya sebelumnya, salah satunya adalah mendaki Gunung Ama Dablam di Nepal dengan suhu -40 derajat, saya optimistis," ujar Fedi.

2 dari 3 halaman

Persiapan Matang

Ilustrasi Marathon (AP Photo/Luca Bruno)

Kendati sudah berpengalaman, Fedi mengungkapkan dirinya tetap mempersiapkan diri secara matang. Beberapa persiapan yang dilakukannya antara lain lari maraton, repetisi, dan latihan pengkondisian.

"Latihan juga dipandu dokter agar efektif," kata Fedi.

Selain persiapan fisik, Fedi juga mempersiapkan perangkat untuk menunjang penampilannya di ajang ini. Menurutnya, dibutuhkan perangkat dengan spesifikasi khusus untuk keperluan berlari di Kutub Utara.

"Kostum kita siapkan dua, ditambah dengan kacamata khusus. Karena itu kalau kita melihat akan silau sebab cahaya matahari memantul di salju," ujar Fedi.

 

3 dari 3 halaman

Aklimatisasi

Sementara itu, dokter Andi Kurniawan yang mendampingi latihan Fedi mengatakan, Fedi perlu melakukan aklimatisasi begitu sampai di Kutub Utara. Ini karena perbedaan suhu di Kutub Utara dan di Indonesia sangat ekstrim.

"Kalau jetlag tidak terlalu berpengaruh. Perubahan suhu yang harus diwaspadai. Tidak bisa langsung lari. Penyesuaian sangat penting," ujarnya.