Jakarta Sejak MotoGP Catalunya 2016, Valentino Rossi dan Marc Marquez telah berdamai. Namun, perseteruan mereka pada musim 2015 masih terus jadi cerita yang menarik untuk dibahas. Apalagi, perseteruan itu membuat Rossi gagal jadi juara dunia.
Banyak pembalap MotoGP yang menganggap Rossi sebagai panutan. Hal itu juga berlaku untuk Marquez. Saat baru melakoni musim perdananya di kelas MotoGP, pembalap asal Spanyol itu tak sungkan mengakui Rossi sebagai idolanya sejak kecil.
Baca Juga
Hal itu bisa dimaklumi mengingat Rossi adalah salah satu pembalap tersukses dalam perlombaan kuda besi. Total ia sudah mengumpulkan sembilan gelar juara dunia dengan rincian satu di kelas 125cc, satu di kelas 250cc, dan tujuh di kelas 500cc/MotoGP.
Namun, hubungan Rossi dan Marquez tak lagi seperti panutan dan fansnya pada MotoGP 2015. Di musim tersebut, keduanya mulai disebut sebagai musuh bebuyutan. Dan hubungan buruk ini dimulai sejak balapan ketiga musim 2015, yakni MotoGP Argentina di Sirkuit Autodromo Termas de Rio Hondo, 19 April 2015.
Pada balapan tersebut, The Doctor tampil sebagai juara. Sedangkan The Baby Alien gagal mencapai garis finis akibat terjatuh. Uniknya, kegagalan Marquez adalah akibat dari pertarungan sengitnya dengan Rossi di lintasan.
Awalnya, pembalap Repsol Honda itu tampil dominan setelah memulai balapan dari pole position. Bahkan, ia nyaris unggul empat detik dari posisi kedua. Anehnya, pada paruh kedua balapan, pembalap asal Spanyol itu kesulitan menjaga kecepatannya.
Awal Perselisihan
Saat balapan tersisa tiga lap lagi, ia pun harus melihat Rossi mengambil alih balapan. Marquez mencoba mengejar satu lap kemudian. Tapi, ketika Marquez mencoba untuk kembali mendapatkan posisinya dari upaya kedua, ia justru menabrak ban belakang Rossi.
Dampaknya, Marquez pun harus mencium aspal dan mengakhiri balapan sebelum waktunya.
Race director tak mengambil keputusan apapun terkait senggolan tersebut. Mungkin mereka melihat hal itu sebagai sesuatu yang biasa terjadi dalam balapan. Dan Rossi pun dianggap sah menjadi pemenang MotoGP Argentina.
"Apa yang terjadi ini memalukan karena kami punya balapan yang bagus. Ini menarik karena pilihan ban kami berbeda dari Valentino. Strategi ini berjalan dengan baik. Tapi sayang sekali soal dua lap terakhir. Ketika saya melihatnya mulai mendekat, saya mencoba untuk sedikit mengelola ban," kata Marquez usai balapan saat itu, dikutip situs MotoGP.
"Ketika ia melewati saya, kami berjuang di beberapa tikungan. Sayangnya saya menyentuh dan terjatuh. Saya selalu mengatakan bahwa ia adalah idola dan referensi saya. Jadi Anda selalu belajar banyak hal darinya," Marquez melanjutkan.
Insiden di Sepang
Dalam komentar itu, tak ada sedikitpun nada marah dari Marquez. Namun, faktanya hubungan Marquez dan Rossi di lintasan kian buruk sejak itu. Duel selanjutnya terjadi pada MotoGP Belanda di Sirkuit Assen, 27 Juni 2015.
Kali ini, duel keduanya terjadi hingga tikungan terakhir. Rossi menjadi pemenang karena ia terpaksa memotong jalan dengan melewati jalur pasir untuk finis terdepan. Namun, keputusan itu juga diambil Rossi karena manuver Marquez di tikungan terlalu berbahaya.
Tak seperti di Argentina, komentar yang bernada menyindir pun keluar dari mulut masing-masing usai balapan. Kedua pihak saling menyalahkan dan menganggap dirinya benar.
Pada akhirnya, Direktur Balap MotoGP, Mike Webb memutuskan bahwa Rossi tak melakukan kesalahan dalam insiden tersebut dan sah dianggap pemenang.
Puncak dari rivalitas keduanya terjadi pada MotoGP Malaysia, 25 Oktober 2015. Dimulai dari duel sengit pada balapan di Australia, berlanjut dalam sesi konferensi pers jelang balapan, dan diakhiri dengan insiden 'tendangan' Rossi yang membuat Marquez gagal finis.
Tak seperti dua insiden sebelumnya, kali ini Rossi harus mendapat ganjaran. Pembalap berusia 39 tahun itu dihukum start dari posisi terakhir pada balapan pamungkas MotoGP Valencia 2015. Meski sukses finis keempat, Rossi akhirnya gagal jadi juara dunia karena terpaut lima poin dari Jorge Lorenzo.
Sumber Liputan6.com