Bola.com, Bandung - Seorang mahasiswi asal Bandung mendapatkan kesempatan langka untuk bisa terlibat dalam pesta sepak bola terbesar, Piala Dunia 2018. Jessica, seorang mahasiswi tahun pertama di Sekolah Tinggi Bahasa Asing (STBA) Yapari ABA Bandung, mendapatkan kesempatan dari FIFA untuk menjadi volunteer dalam pesta sepak bola dunia pada Juni dan Juli mendatang.
Seperti halnya pergelaran olahraga internasional lainnya, Piala Dunia pun membutuhkan bantuan volunteer untuk membantu kelancaran event tersebut. FIFA pun membuka pendaftaran bagi volunteer untuk membantu perhelatan tersebut dengan 20 area pekerjaan, seperti spectator services, arrivals and depatures, medical service and doping control, transportasi, media, marketing, akomodasi, ticketing, akreditasi, atau pun layanan bahasa asing.
Baca Juga
Setelah melalui tahapan registrasi, proses seleksi, dan pelatihan, yang semua dilakukan secara online, seorang mahasiswi asal Bandung ikut terpilih untuk menjadi volunteer di Piala Dunia 2018. Dari total 176.870 peserta yang mendaftar dan dengan jatah hanya tujuh persen volunteer dari luar Rusia, Jessica berhasil terpilih oleh FIFA setelah mendapatkan email pernyataan tersebut pada 21 Februari 2018.
"Awalnya saya ingin mencoba berkontribusi dengan terlibat dalam suatu kegiatan sebagai relawan. Saya mendaftar pada 2016 untuk dua event, yaitu Piala Konfederasi 2017 dan Piala Dunia 2018. Saya mendaftar untuk departemen catering, hospitality, dan ticketing," kisah Jessica kepada Bola.com tentang awal cerita dirinya mendaftar sebagai volunteer FIFA.
"Setelah itu saya mengikuti wawancara online pada 22 November 2016 melalui Skype. Kemudian saya mendapatkan hasil pengumuman saya gagal menjadi relawan untuk Piala Konfederasi 2017. Namun, pada 21 Februari 2018, saya mendapat email yang tidak saya duga. Saya dinyatakan berhasil melewati proses seleksi dan terlibat untuk event Piala Dunia 2018," lanjut mahasiswa jurusan bahasa Inggris yang menjalani kuliah kelas karyawan itu.
Jessica pun kemudian mengikuti pelatihan online yang diwajibkan bagi volunteer di luar Rusia. Pelatihan itu berisi mengenai pengenalan soal FIFA, peraturan sepak bola, profil setiap stadion, dan regulasi untuk relawan. Jessica pun mendapatkan kepastian mendapatkan penawaran pekerjaan dari FIFA pada 19 Maret 2018 untuk mengisi departemen Accreditation yang sebenarnya tidak dipilih saat pendaftaran pada 2016.
Dalam surat yang dikirimkan oleh FIFA, Jessica akan ditempatkan untuk mengurus akreditasi di Kota Nizhny Novgorod. Perasaan senang karena bisa bertemu dengan orang-orang dari budaya yang berbeda pun sudah ada dalam benaknya.
"Saya membayangkan keramaian dan euforia yang ada di sana, bertemu dengan orang baru yang berbeda budaya dan bahasa. Saya membayangkan bisa memberi kontribusi besar untuk kesuksesan event ini," ujarnya dengan penuh harap.
"Awalnya saya tidak percaya dan terkejut bisa menjadi volunteer Piala Dunia 2018. Ini sangat spesial karena event ini hanya digelar empat tahun sekali dan tak semua orang bisa mendapatkan kesempatan untuk terlibat dalam momen ini. Saya merasa sangat beruntung. Ada rasa senang karena bermodalkan apa yang saya sukai, yaitu bahasa Inggris, saya bisa mendapatkan kesempatan yang sangat langka," lanjut mahasiswi yang juga aktif mengajarkan bahasa Inggris kepada anak-anak usia sekolah dasar di sekitar kampusnya itu.
Masih Mencari Sponsor untuk Berangkat ke Rusia
Satu hal yang harus menjadi perhatian bagi seorang volunteer FIFA di Piala Dunia adalah tidak adanya honor untuk pekerjaan itu bagi volunteer yang berasal dari luar negara penyelenggara. Hal tersebut juga terjadi di Piala Dunia 2014, di mana LOC Piala Dunia di Brasil itu hanya memberikan honor kepada volunteer yang merupakan warga negara Brasil.
Bagi volunteer yang berasal dari luar negara penyelenggara, FIFA hanya menyediakan fasilitas selama waktu bekerja, seperti penginapan dan transportasi umum yang memang gratis bagi pemegang akreditasi Piala Dunia 2018. Sementara untuk tiket pesawat dan biaya hidup di luar kegiatan Piala Dunia, itu menjadi tanggungan pribadi volunteer.
Hal tersebut ternyata cukup menjadi kendala bagi Jessica. Gadis kelahiran Bandung yang pada 27 April mendatang genap berusia 24 tahun itu harus memutar otak agar bisa mendapatkan dana puluhan juta untuk bisa mengejar kesempatan langka yang didapatkannya itu.
Jessica tak ingin membebani orang tuanya yang merupakan pengemudi ojek online dan pedagang yang membuka warung sendiri. Ia pun memutuskan untuk mencari informasi dan sponsor yang bisa membantunya berangkat ke Rusia. Tak hanya mencari sponsor, Jessica pun melakukan penggalangan dana dan melakukan kampanye untuk mendapatkan bantuan.
"Sejauh ini saya mengirimkan proposal kepada beberapa perusahaan besar di Indonesia, ada sekitar 35 perusahaan yang saya hubungi. Kemudian saya juga mencoba menghubungi dua perusahaan BUMN dan mencoba menghubungi beberapa perusahaan di Bandung," cerita Jessica soal upayanya itu.
"Saya juga membuat sebuah kampanye melalui situs penggalangan dana, yaitu kitabisa.com/relawanfifa2018 dan menyebarluaskan link tersebut. Saya juga mencoba untuk mendapatkan bantuan dengan mengirimkan email ke PSSI dan Kemenpora," lanjutnya.
Meski usaha yang dilakukannya tidak mudah dan terkadang membuatnya merasa putus asa, Jessica tak ingin menyerah dan terus mengejar kesempatan langka itu. Dari pengamatan Bola.com dalam lima hari terakhir, penggalangan dana yang dilakukan Jessica melalui kitabisa.com mengalami kemajuan meski jumlah dana yang sudah didapatkan masih jauh dari yang dibutuhkan.
Dalam proposal yang diajukan kepada pihak sponsor, Jessica membutuhkan hampir Rp50 juta untuk bisa berangkat ke Rusia. Tiket pesawat dan keperluan biaya hidup di luar jam kerja FIFA menjadi detil yang paling penting dan membutuhkan dana cukup besar.