2 Stoper Andalan Cedera, Lini Belakang Persebaya Krisis

oleh Aditya Wany diperbarui 09 Apr 2018, 19:15 WIB
Otavio Dutra alami cedera saat duel Persebaya Vs Barito Putera pada Minggu (8/4/2018). (Bola.com/Aditya Wany)

Bola.com, Surabaya - Lini bertahan Persebaya Surabaya krisis. Mereka harus kehilangan dua stoper sekaligus usai menjalani laga pekan ketiga Gojek Liga 1 bersama Bukalapak menjamu Barito Putera di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya, Minggu (8/4/2018).

Duet bek tengah di laga ini diisi oleh Otavio Dutra dan Rachmat Irianto. Sial, kedua pemain tersebut harus mengalami cedera. Awalnya, Dutra yang ditarik pada menit ke-24 diganti dengan M. Syaifuddin.

Advertisement

Sejauh ini, belum ada kepastian cedera yang dialaminya seperti apa. Bek asal Brasil itu masih menunggu hasil MRI (Magnetic Resonance Imaging) untuk memastikan cederanya itu.

“Saya khawatir ada otot yang robek di bagian dalam. Sebab, sampai saat ini lutut saya tidak bisa ditekuk. Ini adalah cedera paling berat yang saya alami sepanjang karier saya,” ungkap bek 34 tahun itu.

Sampai saat ini, Dutra masih belum bisa berjalan dengan sempurna. Bahkan, untuk turun dari anak tangga saja, dia mengeluh sakit yang hebat.

Pada menit ke-23, Dutra mengalami benturan dengan gelandang Barito, Paulo Sitanggang. Saat itu, bola yang datang dari arah kiri gawang Persebaya langsung dipotong oleh Dutra.

Aksi intersep Dutra sejatinya berjalan sukses. Sayangnya, Paulo menendang bola yang sudah berada di dalam kaki Dutra dalam waktu bersamaan. Alhasil, kaki Paulo pun menghantam keras kaki Dutra.

“Dia (Paulo) menendang bola beserta kaki saya. Saat itu, saya merasa ada yang bunyi di bagian lutut dan terasa sangat sakit. Dari situ, saya sudah tidak bisa bermain lagi,” imbuh Dutra.

Sementara itu, Rachmat Irianto malah mengalami cedera yang lebih parah. Dia harus menjalani operasi telapak kaki kiri di National Hospital Surabaya, Senin (9/4/2018).

Dengan kondisi ini, Persebaya Surabaya hanya memiliki tiga pemain saja yang berposisi sebagai bek tengah. Mereka adalah M. Syaifuddin, Fandry Imbiri, dan Andri Muliadi.