Bola.com, - Dua insiden terjadi pada laga leg kedua Liga Champions 2017-2018. Imbasnya, UEFA menerima kritik karena tidak menerapkan teknologi VAR pada ajang Liga Champions.
Baca Juga
Insiden pertama terjadi ketika Manchester City menjamu Liverpool di Etihad Stadium. Saat itu, gol Leroy Sane menjelang jeda babak pertama dianulir wasit.
Wasit menganggap Sane lebih dulu berada dalam posisi offside. Padahal, menurut video tayangan ulang, penyerang asal Jerman itu berada pada posisi yang tepat.
Keputusan tersebut membuat kubu Manchester City meradang. Manajer Pep Guardiola melakukan protes kepada wasit hingga harus menyaksikan babak kedua dari tribune penonton.
Setelah pertandingan, gelandang The Citizens, Bernardo Silva, meminta UEFA menerapkan VAR di Liga Champions. Bernardo Silva menganggap teknologi itu dapat membantu mengurangi kontroversi.
"Kami akan mencoba memenangi Liga Champions musim depan. Sekarang kami bakal berusaha menjuarai Premier League. Kepada UEFA, bisakah Liga Champions menggunakan VAR musim depan? Itu bisa banyak membantu," tulis Bernardo Silva pada akun Instagram-nya.
Manchester City bukan satu-satunya perempat finalis Liga Champions yang menjadi korban kontroversi pengadil di Eropa. Juventus mengalami hal yang sama.
Memulai pertandingan dengan defisit tiga gol di kandang, Juventus mampu membalikkan keadaan hingga menit ke-90. Namun, kontroversi terjadi menjelang waktu normal usai.
Wasit menunjuk titik putih karena menganggap bek Juventus, Medhi Benatia, melanggar penyerang Real Madrid, Lucas Vazquez. Padahal, menurut video tayangan ulang Benatia mengenai bola, bukan Vazquez.
Seperti Guardiola, kapten Juventus, Gianluigi Buffon, memprotes keputusan wasit. Wasit lantas mengganjar Buffon dengan kartu merah.
Presiden Juventus, Andrea Agnelli, langsung meminta UEFA menerapkan VAR di Liga Champions. Agnelli merasa UEFA wajib mengikuti Serie A yang telah menerapkan teknologi tersebut.
"Apabila UEFA belum siap menerapkan VAR, mereka harus melatih wasit. Kami di Serie A, serta Jerman, Portugal, dan beberapa lain telah melakukannya. Kita tidak bisa membiarkan insiden seperti ini terjadi," ujarnya.
Desakan Menggunakan VAR
Permintaan menerapkan VAR di Liga Champions bukan hal baru. Sejumlah pihak vokal menyuarakan hal tersebut kepada UEFA dalam beberapa musim terakhir.
Dua insiden yang melibatkan Manchester City dan Juventus membuat desakan tersebut semakin santer. Berbagai pihak mulai mantan pelatih hingga jurnalis top Eropa, angkat suara.
Satu di antara yang bersuara paling vokal adalah eks manajer Manchester United, Louis van Gaal. Menurutnya, pertandingan berjalan lebih cepat dalam sepak bola modern.
"Saya sudah mengusulkan sistem seperti VAR sejak 20 tahun silam. Menurut saya, teknologi itu harus dipakai di Liga Champions. Saat ini, sepak bola berjalan cepat dan tidak semua hal bisa dipantau wasit," ujar Van Gaal kepada Ziggo Sports.
Hal senada diungkapkan satu di antara jurnalis kenamaan Eropa, Andrew Warshaw. Dia menganggap pertandingan Liverpool melawan Manchester City sebagai contoh perlunya penggunaan VAR di Liga Champions.
"Sebuah gol dapat mengubah hasil pertandingan, begitu pula keputusan seorang wasit. Penggunaan VAR pada Piala Dunia 2018 bisa menghasilkan kontroversi. Namun, apabila sistem itu harus digunakan, pertandingan Manchester City kontra Liverpool merupakan saat yang tepat," tulis Warshaw.
Lalu, apa pendapat UEFA soal VAR?
UEFA Enggan Terapkan VAR
Beberapa pekan silam, Presiden UEFA, Aleksander Ceferin, mengonfirmasi tidak akan menerapkan VAR di Liga Champions, setidaknya untuk musim 2018-2019. Ceferin merasa teknologi itu masih membingungkan.
"Kami tidak akan menerapkan VAR di Liga Champions musim depan. Saya masih melihat banyak kebingungan dengan penerapan aturan tersebut," kata Ceferin setelah kongres UEFA di Slovenia pada akhir Februari 2018.
"Meski begitu, saya tidak menentang penerapan VAR di Piala Dunia. Hal itu karena keputusan diambil oleh International Football Association Board (organisasi yang bertanggung jawab mengatur 'Laws of the Game')," lanjutnya.
Keputusan itu dianggap bakal menghadirkan kekecewaan karena banyak pihak menganggap VAR diperlukan pada kompetisi antarklub nomor satu di Eropa tersebut. Penggunaan teknologi itu dianggap bisa mengurangi kontroversi.
Padahal, VAR telah diterapkan di beberapa kompetisi seperti Serie A, Bundesliga, dan Piala Dunia Antarklub. Bahkan, teknologi tersebut bakal mulai dicoba di Piala Dunia 2018.
Patut dinanti, apakah dua insiden yang terjadi pada perempat final Liga Champions 2017-2018 akan memengaruhi keputusan UEFA?
Sumber: Berbagai sumber
Baca Juga
Media Vietnam Sebut Skuad Timnas Indonesia di Piala AFF 2024 Menakutkan: Ada Pemain Diaspora, Tetap Lebih Kuat daripada The Golden Star
Pandit Malaysia Desak Oxford United Segera Beri Menit Bermain yang Cukup untuk Marselino Ferdinan
Gelandang Timnas Indonesia, Eliano Reijnders: Akan Sangat Indah jika Bisa Melawan Belanda dan Tijjani di Piala Dunia 2026