Laporan dari Jerman: Menikmati Pesona Tur di BayArena

oleh Aditya Wicaksono diperbarui 15 Apr 2018, 18:01 WIB
Bola ke Bundesliga (Bola.com/Aditya Wicaksono)

 

Laporan Jurnalis Bola.com, Aditya Wicaksono, dari Dusseldorf, Jerman. PERALIHAN musim dingin ke musim semi di Kota Dusseldorf, Jerman, terasa bagai pesona. Sepanjang hari, hamparan langit cerah kebiruan, udara berembus sejuk, jalanan bersih, deretan pepohonan, bunga-bunga mulai bermekaran indah, dan barisan gedung-gedung tua berderet rapi tanpa selimut salju.

Advertisement

Kesejukan langsung menyergap seluruh tubuh begitu menjejakkan kaki di luar hotel tempat saya menginap. Sebelum menjalani aktivitas utama, saya memang sengaja bangun lebih awal untuk menikmati suasana pagi di Dusseldorf. Lima belas jam berada di dalam pesawat terbalaskan kesejukan, seperti di kawasan Puncak atau Kota Batu Malang. 

Jarum jam di tangan menunjukkan pukul 07.00 waktu setempat saat saya mencoba berjalan kaki menyusuri jalan. Belum ada banyak kegiatan warga di Dusseldorf. Kota masih terlihat tertidur. Hanya beberapa pekerja kios penjual roti yang sedang merapikan susunan etalase untuk mulai bersiap memulai kegiatannya.

Suasana di kota Dusseldorf. (Bola.com - Aditya Wicaksono).JPG

Meski belum banyak aktivitas berarti dari warga setempat, pesona pagi hari di Dusseldorf begitu memikat. Sampai-sampai saya tak tersadar sudah berjalan kaki lebih dari 30 menit untuk menyambut segarnya udara pagi. Padahal, beberapa jam lagi, saya akan kembali melanjutkan aktivitas mengikuti Bundesliga Media Visit Tour 2018.

Sesuai dengan agenda yang diberikan kepada peserta, hari kedua acara tersebut dititikberatkan di kota Leverkusen untuk menyaksikan pertandingan Bundesliga antara Bayer Leverkusen dan Eintracht Frankfurt. Laga tersebut sangat menarik karena kedua klub sedang berebut spot terakhir di Liga Champions musim depan. 

Setelah mempersiapkan "peralatan tempur" untuk liputan, kurang lebih pada pukul 10.00 waktu setempat, rombongan peserta BMVT berangkat menuju Leverkusen. Perjalanan Dusseldorf ke Leverkusen menggunakan minibus menghabiskan waktu sekitar 1 jam dengan jarak tempuh kurang lebih 53 km.

2 dari 3 halaman

Leverkusen

Suasana di depan stadion BayArena. (Bola.com/Aditya Wicaksono)

Setelah tiba, kota Leverkusen kembali memunculkan kesan menarik. Tidak kalah dengan Dusseldorf, pesona kota Leverkusen juga membuat mata dan hati yang memandangnya kian merekah. Tidak seperti Jakarta yang macet, bisa menyusuri jalanan Kota Leverkusen rasanya lebih nikmat karena sangat tenang. 

Banyak bangunan peninggalan masa lalu yang berusia ratusan tahun berdampingan harmonis dengan nuansa kekinian. Untuk beraktivitas di pinggir jalan pun terasa nikmat, karena lancar dan jauh dari bau asap knalpot yang penuh polutan, atau pengemudi kendaraan roda dua yang ugal-ugalan. 

Leverkusen merupakan kota kecil yang merupakan pusat dari industri perusahaan bidang farmasi, yaitu Bayer. Perusahaan yang berdiri sejak 1863 itu merupakan pemilik saham klub kebanggaan kota tersebut, Bayer Leverkusen. 

Bayer Leverkusen merupakan satu di antara klub unik Jerman yang "diperbolehkan" untuk tidak mengikuti aturan 50+1 soal saham kepemilikan klub di Bundesliga. Berkat hal itulah, setiap klub Bundesliga mampu maksimal menjaga seluruh fasilitas sepak bolanya. 

Suasana parkiran stadion BayArena. (Bola.com/Aditya Wicaksono).

Satu di antara fasilitas tersebut adalah Stadion BayArena berada di pusat kota Leverkusen. Letak stadion yang pertama kali dibuka pada 1958 itu sangat menarik karena berada di antara permukiman warga. Meski begitu, tak ada sampah berserakan, atau coret-coretan dari suporter, yang lazim ditemui di Indonesia. 

Sebelum pertandingan dimulai, rombongan diberi kesempatan untuk mengikuti tur di BayArena. Pada 2009, stadion tersebut direnovasi dan menjadi satu di antara stadion di dunia yang memiliki fasilitas modern.

Saat ini, BayArena memiliki kapasitas sekitar 25.000 penonton. Setiap pertandingan berlangsung, 10 persen dari total kapasitas dialokasikan untuk suporter tim tamu untuk mendukung tim kesayangannya bertanding. 

3 dari 3 halaman

Tur BayArena

Jurnalis dari Asia bersama maskot Bayer Leverkusen, Brian. (Bola.com/Aditya Wicaksono)

Selain mengunjungi BayArena, kami juga mendapat kesempatan untuk mengunjungi pusat pengembangan pemain muda yang tidak jauh dari BayArena. Hanya sekitar 10 menit dibutuhkan untuk mencapai tempat tersebut.

Kami disambut Peter Quast, yang merupakan kepala pelatih dari pusat pengembangan pemain muda Bayer Leverkusen. Ia pun bercerita bagaimana ia mengolah bakat dari Leroy Sane hingga Thierno Ballo.

Singkat cerita, Bayer Leverkusen memiliki fasilitas pembinaan muda yang berstatus bintang tiga dari UEFA. Artinya, fasilitas tersebut memiliki kualitas pembinaan yang mumpuni di Eropa untuk menghasilkan bintang-bintang muda berprestasi. 

Peter Quast (baju biru), mantan pelatih Leroy Sane. (Bola.com/Aditya Wicaksono)

Uniknya, Quast mengakui kalau fasilitas yang mereka miliki adalah satu di antara yang terkecil di Jerman. Bisa dibayangkan bagaimana komitmen klub-klub di Jerman untuk mencetak pemain-pemain berkualitas pada masa mendatang.

Setelah mendapatkan pengalaman seru dari Quast, rombongan kemudian melanjutkan aktivitas untuk menyaksikan laga antara Bayer Leverkusen melawan Eintracht Frankfurt. Pertandingan berlangsung menarik. Kedua klub saling serang, namun Leverkusen mampu memaksimalkan keuntungan sebagai tuan rumah.

Tiga gol yang dicetak Kevin Volland dan satu dari Julian Brandt membuat Leverkusen menang 4-1. Leverkusen mengamankan tiga poin dan bertahan di peringkat keempat pada klasemem sementara. Selama pertandingan, kedua suporter saling berbalas sorak, tetapi kondisi tetap kondusif hingga laga selesai.

Euforia kemenangan tim tuan rumah pun terasa hingga saya dan rombongan bersiap kembali melanjutkan kegiatan. Dari balik kaca minibus, saya kembali berandai-andai, kiranya akan ada banyak hal yang bisa dipelajari Indonesia dari bagaimana Jerman bisa membuat struktur dan industri yang baik dalam penyelenggaraan sepak bola.

Ya, semoga saja Indonesia tidak pernah berpuas diri untuk terus berbenah memperbaiki benang kusut dalam dunia sepak bola-nya. Apalagi Bundesliga pernah "menelurkan" bintang Asia seperti Son Heung Min hingga Shinji Kagawa, jadi boleh dong kita bermimpi suatu saat nanti giliran pesepak bola muda Indonesia.

Hehehe...

Baca berita lainnya liputan khusus Bola.com di Jerman untuk mengikuti rangkaian acara Bundesliga Media Visit Tour 2018, di sini

Berita Terkait