Laporan Jurnalis Bola.com, Aditya Wicaksono, dari Leverkusen Jerman JERMAN berusaha keras menjaga tradisi sepak bola di negara tersebut. Satu di antaranya adalah keberadaan tribune berdiri dalam stadion.
Sebagian besar klub Eropa telah menghilangkan 'budaya' penonton berdiri di stadion mereka. Contoh terkini adalah Inggris. Terakhir kali negara kerajaan tersebut memiliki stadion dengan tribune berdiri pada era 90-an.
Baca Juga
Namun, hal tersebut tidak berlaku di Jerman. Selaku pionir dari tribune berdiri, klub-klub Jerman masih menyediakan 'tempat istimewa' tersebut di stadion mereka.
Atmosfer yang dirasakan sangat berbeda. Pada laga antara Bayer Leverkusen dan Eintracht Frankfurt di BayArena misalnya, suporter tim tamu mendapat tempat di tribune berdiri.
Walaupun hanya mendapat alokasi tiket sebanyak 10 persen dari kapasitas total, suporter tim tamu mampu menciptakan atmosfer yang sangat hebat. Ketika berdiri, energi yang dihasilkan untuk mendukung klub idola lebih banyak dari kondisi normal.
Teror
Jerman berusaha melestarikan tradisi tersebut. Walaupun modernisasi stadion-stadion sudah dijalankan, mereka tetap menyisihkan area tribune berdiri.
Sebagai contoh adalah Westfalenstadion atau Signal Iduna Park milik Borussia Dortmund. Stadion tersebut mampu menampung sekitar 24.000 penonton berdiri. Jumlah tersebut merupakan jumlah terbesar di antara klub-klub Eropa.
Dortmund memiliki sebutan khusus untuk suporter yang menyaksikan laga di tribune berdiri, yaitu 'The Yellow Wall'.
Selain sebagai bagian dari tradisi, tribune berdiri juga menjadi cara bagi klub-klub di Jerman menjaga variasi harga tiket, karena harga tiket di tribune berdiri lebih murah dari harga tiket dengan tempat duduk.
Selain itu, klub tuan rumah juga mendapat keuntungan karena bisa menciptakan atmosfer yang mencekam bagi para tim tamu.