Laporan Jurnalis Bola.com, Aditya Wicaksono, dari Dortmund, Jerman Signal Iduna Park meninggalkan kesan yang tak terlupakan bagi penjaga gawang Juventus, Gianluigi Buffon. Kisah tersebut terjadi pada Maret 2015 ketika Juventus bertandang ke stadion tersebut pada babak 16 Besar Liga Champions.
Setiap pertandingan di Eropa mengharuskan adanya pengambilan sampel urin dari masing-masing tim. Ketika itu, Buffon terpilih secara acak sebagai perwakilan Juventus.
Guna membantu proses buang air, Buffon memimum bir. Setelah ditunggu lama, Buffon tak kunjung buang air. Pada akhirnya, Juventus bertolak ke bandara tanpa Buffon. Sambil menunggu buang air, Buffon terus mengonsumsi bir yang disajikan secara gratis oleh Borussia Dortmund.
Setelah 1 jam 27 menit, Buffon akhirnya buang air dan petugas dari UEFA mengambil sampel tersebut. Alih-alih langsung bergegas mengejar rekannya, Buffon malah tinggal di ruangan pengambilan sampel, meneruskan minum bir seorang diri.
Celakanya, ofisial Borussia Dortmund lupa kalau Buffon masih ada di dalam ruangan tersebut. Mereka mengunci ruangan itu. Alhasil Buffon tidak bisa keluar dan melanjutkan kembali minum bir hingga tertidur. Beruntung, ia ditemukan penjaga malam Signal Iduna Park.
Setelah dibangunkan, Buffon membereskan barang-barangnya dan diantar ke bandara guna naik pesawat dan kembali ke Italia. Kisah tersebut menjadi satu di antara kisah unik di Signal Iduna Park.
Sekadar catatan, Buffon menjadi pemain yang membutuhkan waktu paling lama mengeluarkan sampel urin di stadion tersebut. Sebelumnya, rekor dipegang Henrikh Mkhitaryan dengan waktu 1 jam.
Tak sekadar cerita Buffon dan Mkhitaryan, ada beberapa fakta menarik lain dari Signal Iduna Park:
Fakta-fakta Unik
1. Anak tangga sebagai pintu masuk masing-masing klub ke Signal Iduna Park memiliki jumlah yang berbeda. Jika pintu masuk Borussia Dortmund memiliki 12 anak tangga, tim tamu ada 13 anak tangga yang dipercaya sebagai sebuah kesialan. Uniknya, pemain Bayern Munchen, Thomas Muller biasanya akan melompati anak tangga terakhir, guna menghindari kesialan tersebut.
2. Satu-satunya klub tamu yang pernah masuk melalui jalur tuan rumah adalah Liverpool. Hal tersebut berlatar The Reds ditangani Jurgen Klopp yang merupakan sosok favorit di Dortmund. Saat itu, tak ada penjaga stadion yang berani mencegah Klopp.
3. Shinji Kagawa menjadi pemain yang paling lama meninggalkan Signal Iduna Park setelah Dortmund bertanding. Hal tersebut dikarenakan ia harus melayani wartawan asal Jepang yang datang secara khusus untuk mewawancarainya. Solusi praktisnya, Dortmund sampai memberikan satu area khusus di mixed zone untuk wartawan asal Jepan.
4. Ruang ganti Borussia Dortmund di Signal Iduna Park jarang mengalami perubahan karena permintaan manajemen tim. Meskipun sudah berusia lama, manajemen klub ingin pemain fokus ke pertandingan bukan merasa nyaman di ruang ganti.
5. Beberapa perubahan yang dilakukan di ruang ganti adalah penambahan hair dryer. Hal tersebut merupakan regulasi dari FIFA ketika Jerman menjadi tuan rumah Piala Dunia 2006. Namun, teknisi klub membuat gurauan dengan memindahkan pengering rambut ruang ganti tim tamu ke ruang ganti tuan rumah. Hal tersebut membuat ruang ganti tim tamu tidak memiliki hair dryer. Satu-satunya pemain lawan yang pernah melayangkan protes mengenai tidak adanya hair dryer di ruang ganti adalah Cristiano Ronaldo.
Itulah sederet keunikan yang pernah terjadi di Signal Iduna Park. Dan, tentu saja saya beruntung karena bisa merasakan secara langsung bagaimana cerita itu terjadi. Sekali lagi, Signal Iduna Park menjadi simbol dari kolaborasi antara modernisasi dan tradisi yang dipegang teguh.