MotoGP Austin: 4 Cerita Menarik dari Seri Ketiga

oleh Liputan6.com diperbarui 24 Apr 2018, 21:12 WIB
Pembalap Repsol Honda, Marc Marquez merayakan kemenangannya pada balapan MotoGP Amerika di samping Maverick Vinales dari Movistar Yamaha dan Andrea Iannone dari Suzuki Ecstar di podium Circuit of the Americas (COTA), Austin, Minggu (22/4). (AP/Eric Gay)

Austin - Marc Marquez akhirnya sukses menjuarai MotoGP Austin akhir pekan kemarin. Pembalap Repsol Honda itu mampu mengasapi pembalap lainnya, termasuk Valentino Rossi.

Catatan itu mengukuhkan namanya sebagai Circiut of The Americas (COTA) dengan menjadi juara di sana untuk kali enam secara beruntun.

Advertisement

Rapor Marquez selama mengaspal di Austin memang fenonemal. Pembalap tim Repsol Honda itu tidak memberikan kesempatan kepada pembalap lain untuk berdiri gagah di podium pertama.

Selain kemenangan fenomenal Marquez, ada beberapa topik yang mendapat atensi selama balapan di COTA. Ini berkaitan dengan perseteruan Marquez dan duo Yamaha, yakni Valentino Rossi dan Maverick Vinales.

Penggemar mengantisipasi perseteruan mereka di MotoGP Austin. Namun, rivalitas mereka berakhir dingin karena Marquez begitu dominan sejak balapan dimulai.

Pada akhirnya, pengamat MotoGP Carlo Pernat menyebut empat fakta menarik selama balapan di COTA. Berikut empat hal yang dikomentarinya:

2 dari 5 halaman

1. Marquez Sukses Bersihkan Namanya

Pembalap Repsol Honda, Marc Marquez membawa bendera saat berselebrasi usai memenangi balapan MotoGP Amerika di Circuit of the Americas (COTA), Austin, Minggu (22/4). Hasil ini menjadi kemenangan keenam Marquez secara beruntun di Amerika. (AP/Eric Gay)

Carlo Pernat mengutip pepatah yang menyebut 'jangan pernah membangunkan harimau tidur' untuk mengomentari kinerja Marc Marquez di Austrin.

Meskipun terkena penalti tiga baris dengan menempati posisi empat, Marquez tidak kehilangan motivasinya untuk meneruskan tren positif di COTA. Pembalap berjuluk The Baby Alien itu seperti ingin menunjukkan kepada semua orang kalau dirinya merupakan pembalap

"Angkat topi kepadanya," singkat Pernat.

3 dari 5 halaman

2. Podium Pertama Andrea Iannone

Andrea Iannone tampil menjanjikan di MotoGP Austin (AP Photo/Eric Gay)

Wajah Carlo Pernat pastinya akan terlihat semringah selama menyaksikan balapan di Austin. Hal ini tak lepas dari keberhasilan Andrea Iannone meraih podium pertamanya di MotoGP musim ini dengan kuda besi GSX-RR Suzuki.

Sebagai manajer pembalap asal Italia tersebut, Pernat menilai Iannone terlihat sangat termotivasi untuk menyelesaikan balapan di podium. Dan, itu berhasil diselesaikannya dengan sempurna.

Kendati begitu, Pernat menekankan Iannone belum benar-benar berada dalam situasi terbaik. Tapi hasil ini bisa meredakan spekulasi tentang masa depannya di tim Suzuki.

4 dari 5 halaman

3. Valentino Rossi Tak Sesuai Ekspektasi

Pembalap Movistar Yamaha, Valentino Rossi hanya bisa finis di urutan ke-19 MotoGP Argentina 2018. (JUAN MABROMATA / AFP)

Carlo Pernat menuturkan jika dirinya kurang terkesan dengan penampilan Valentino Rossi di Austin. Menurutnya, pembalap berjuluk The Doctor seperti berada di arah yang berlawanan ketika pembalap Spanyol, yakni Marc Marquez dan Maverick Vinales, tampil kompetitif selama di COTA.

"Valentino kurang termotivasi, saya pikir dia akan kehabisan tenaga setelah stres menghadapi konflik dan pertempuran di lintasan. Saya tidak mengatakan itu adalah salah satu balapan terburuknya. Tetapi dia merasa frustrasi menghadapi Marquez dan Vinales," kata Pernat.

"Rossi membalap dengan cara yang berlawanan dibandingkan dengan Marc dan ini mungkin menjadi perhatian," jelas Pernat.

5 dari 5 halaman

4. Motor Tim Ducati Melempem

Pembalap Ducati Corse, Jorge Lorenzo beraksi pada balapan MotoGP Austin 2018. (JUAN MABROMATA / AFP)

Duo Ducati Corse yakni Andrea Dovizioso dan Jorge Lorenzo gagal bersinar di Austin akhir pekan kemarin. Carlo Pernat menjelaskan kemungkinan ada kesalahan yang dibuat produsen Italia dalam memberikan settingan motor.

"Berita buruk untuk Ducati. Saya pikir mereka telah membuat kesalahan dengan membuat pengembangan Desmosedici GP18 yang berbeda, satu untuk Dovizioso dan satu lagi untuk Lorenzo. Pada akhirnya itu meninggalkan Andrea dalam krisis dan mereka perlu menelusuri kembali langkah mereka," jelas Pernat

"Ducati seharusnya membangun motor seperti yang diinginkan Dovi dan tidak membuang-buang energi, karena pada titik ini Lorenzo tidak bisa mencapai puncak klasemen. Mereka harus mundur selangkah." (David Permana)

Sumber: Liputan6.com