"Salah memberi gambaran kalau Mesir adalah negeri besar. Hormat dan cinta kami untuk Salah. Berkatmu, tanah Mesir bisa sejenak berdamai saat berbincang sepak bola," BEBERAPA waktu lalu, rangkaian kata tersebut menjadi viral di Mesir. Bukan sekadar diksi yang menjadi atensi, melainkan dari siapa deretan huruf-huruf bernada memuji itu keluar.
Baca Juga
Yup, sanjungan untuk sosok bernama Mohamed Salah tersebut bukan berasal dari kalangan pesepak bola, pelatih, manajer, mantan pemain timnas Mesir atau siapapun yang berhubungan secara teknis dengan dunia si kulit bundar. Nyatanya, dan usut punya usut, gerbong kata tak seolah hiperbola itu datang dari seorang aktris papan atas Mesir; Rasha Mahdi.
Rasha Mahdi, bintang cantik berusia 35 tahun tersebut, bukan tanpa sebab memuji pria bernama Mohamed Salah. Bukan pula hanya dia yang ikut serta dalam euforia memuja nama Mohamed Salah.
Politisi kawakan Mesir, Mahmoud Mohamed, sampai mengirim pesan khusus kepada Mohamed Salah atas kontribusinya 'mendamaikan' situasi politik yang tengah panas di negeri Piramida tersebut. "Salah mengirim pesan kepada kami tentang arti kerja keras, tak boleh menyerah dan selalu berimprovisasi. Kami bisa damai ketika membicarakan Salah, dan seharusnya itu yang tersaji saban hari," ucapnya, seperti dilansir BBC, beberapa waktu lalu.
"Kami sangat tahu karakter luar biasa dari Mohamed Salah, dan saya sedih ketika di meninggalkan Fiorentina. Bagi saya, mungkin hanya Lionel Messi yang lebih cepat dari Salah," kata Vincenzo Montella, eks pelatih Fiorentina.
Fenomena 'persebaran' pesona Mohamed Salah seantero dunia, tak hanya Eropa, Afrika dan Timur Tengah, membuat banyak orang 'terpukul dan menangis'. Selain ekspresi Rasha Mahdi Mahmoud Mohamed, tangisan justru berasal dari bos besar klub raksasa Mesir, Zamalek.
Cerita Salah
Sang Chairman, Mortada Mansour, bercerita kalau dirinya sampai dua kali menangis kala melihat aksi Salah. Pertama, saat Salah menjadi penentu langkah Mesir ke putaran final Piala Dunai 2018. Kedua, ketika Salah membawa Liverpool menuju final Liga Champions 2017-2018.
Pada akhirnya, Mortada Mansour mengungkapkan kalau dirinya menangis bukan karena gembira dengan dua momen tersebut. "Saya menangis karena menyesali kebodohanku yang tak menerimanya," tegas sang bos.
Mortada bercerita, pada 2011, klub lama Mohamed Salah, El Mokawloon, datang menawarkan sang pemain. Sayang, waktu itu manajemen Zamalek melihat Salah tak bisa menjadi bagian dari rencana sang pelatih, Hassan Shehata.
Kini, setelah 7 tahun berlalu, penolakan tersebut membuahkan penyesalan. Namun, nasib Mohamed Salah bisa saja tak seperti sekarang jika jadi dibeli Zamalek. Mungkin juga jika berkostum Zamalek, Salah tak akan menjadi pengeksekusi penalti Mesir pada menit ke-95 di babak kualifikasi Piala Dunia 2018 kontra Kongo.
"Anda membutuhkan lebih dari sekadar manusia untuk menjaganya kala bergerak dengan atau tanpa bola. Salah sangat luar biasa, dan satu yang paling menonjol adalah kemampuan daya jelajahnya yang sangat tinggi," ucap Luciano Spalletti, Pelatih AS Roma.
Maklum, sepakan 12 pas tersebut membuat Mesir menang 2-1 atas Kongo, dan memastikan mampu mengulangi pengalaman pada 1990. "Saya bisa menjamin saat itu, kualitas permainan Mohamed Salah bakal membuatnya sukses. Pergerakan, skill individu dan determinasinya sungguh luar biasa, dan itu sudah terlihat sejak kecil," kata Alaa Nabiel.
Alaa Nabiel adalah pelatih El Mokawloon, klub profesional pertama Mohamed Salah, yang berani menaikkan Mohamed Salah ke tim senior. Ia juga, bersama Mohamed Radwan, mantan pelatih El Mokawloon, berani memberi garansi kepada klub asal Swiss, FC Basel, guna mengambilnya agar berkompetisi di Eropa.
Benang merah dari seluruh ekspresi Rasha Mahdi sampai pengakuan Alaa Nabiel, menjadi pengikat simpul dari fenomane Mohamed Salah sepanjang musim 2017-2018. Sosok Salah menjadi roket yang tak hanya memendarkan sinar Mesir, melainkan klub raksasa asal Inggris, Liverpool.
Menawan Salah
Bagaimana tidak, sepanjang musim ini, pesepak bola berusia 25 tahun tersebut sudah mengemas 44 gol bersama Liverpool. Memang, dia gagal membawa Liverpool bersaing di pentas Premier League.
Namun, berada di balik perjalanan hebat Liverpool di panggung Liga Champions, menjadi catatan manis tersendiri bagi Mohamed Salah. Sensasinya tergolong luar biasa, karena dia berhasil membuat beragam rekor, baik dari sisi Liverpool maupun di zona Premiership.
Manajer Liverpool, Jurgen Klopp tak bisa mengelak kalau Salah menjadi faktor terkuat keberhasilan Liverpool melaju ke final Liga Champions, plus penampilan pribadi yang membuat permainan The Reds semakin atraktif. "Dia hebat, brilian, pekerja keras dan cepat belajar. Saya sudah jatuh cinta kepadanya, dan beruntung memilikinya," puji sang arsitek The Reds.
Pendaran sinar Mohamed Salah menjadi bagian paling menarik dari Anfield Gank. Bersama Roberto Firmino dan Sadio Mane, Salah mampu membentuk trisula lini depan yang menakutkan setiap lawan.
Secara statistik, trio Salah, Firmino dan Mane mencetak 57 gol. Rinciannya, Salah mengoleksi 32 gol, Firmino (15 gol) dan Sadio Mane (10 gol). Koleksi tersebut belum termasuk apa yang mereka lakukan di panggung Liga Champions musim ini, yakni Salah dan Firmino mencetak masing-masing 10 gol, plus 9 gol dari Sadio Mane.
Artinya, total 86 gol menjadi cerminan kolektivitas trio tersebut. Peran sentral menjadi milik Salah. "Saya senang bisa memberikan banyak hal terhadap sisi permainan Liverpool, sesuatu yang dulu tak pernah saya pikirkan karena begitu berat berkarier di Eropa," beber Salah.
"Dia masih muda, sangat cepat, kreatif, punya antusiasme tinggi serta determinasi luar biasa di lapangan. Dia juga punya sifat yang sangat bagus, rendah hati," kata Jose Mourinho, mantan pelatih Salah di Chelsea.
Ucapan Mohamed Salah tersebut mengacu pada 'penderitaan' yang pernah dirasakan pria kelahiran 25 Juni tersebut. Saat memulai karier sebagai pesepak bola, ia harus menuju tempat latihan yang berjarak setengah jam dari Basyoun, desa tempat kelahiran.
Setelah bergabung dengan klub kecil bernama Tantan, ia harus menghabiskan perjalanan selama 1,5 jam. Setelah pindah ke Kairo, Salah semakin 'menderita'. Ia harus menempuh lama jarak 4,5 jam setiap hari, dengan durasi lima hari dalam sepekan.
Walhasil, Salah remaja harus berjibaku dengan waktu dan sekolah. Ia harus bangun pagi, ke sekolah sampai jam 9, lalu meminta ijin untuk berlatih, dan melakukan perjalanan dengan 3-4 kali berganti bus.
Ia melakukan itu selama 3-4 tahun. Salah bercerita, latihan mulai pukul 14.00, berakhir pukul 18.00, lalu sampai di rumah pukul 22.30. Setelah itu, ia tidur, lalu bangun lagi, dengan pengulangan waktu yang nyaris identik setiap hari.
"Itulah yang selalu membuatku kuat ketika menghadapi kenyataan pahit seperti mengalami kekalahan, cedera atau hal lain yang berkaitan dengan psikologi," tutur Salah.
Tak pelak, rangkaian tersebut membuat pijar sinar Mohamed Salah bersama Liverpool musim ini menjadi sesuatu yang sebenarnya layak terjadi. Kerja keras, dan semangat pantang menyerah saat berada di titik nadir, seperti yang dialami Salah saat bergabung dengan Chelsea, menjadikan pencapaian bersama Liverpool tergolong brilian.
Efek Menggaet Salah
Namun, bukan perkara mudah ketika Salah berada di bawah. Usai tersingkir dari Chelsea, ia menonjol bersama Fiorentina. Lalu, Salah menerima tantangan AS Roma. Hebatnya, keputusan ke AS Roma menjadi pijakan awal kesuksesan seperti sekarang.
Salah mencetak 15 gol dan enam assist bagi AS Roma pada 2015-2016. Pada musim beriktunya, ia berkembang dengan hasil akhir pengoleksi 19 gol dan 11 assist dari 40 penampilan bersama I Lupi. Hal itu pula yang membuat Liverpool kepincut, dan sukses membuat Salah menandatangani kesepakatan pada 22 Juni 2017.
Liverpool seolah mendapat 'durian runtuh' dengan kesediaan Salah kembali ke Premier League. Buktinya, Salah mencatat beragam statistik menawan. Satu di antaranya terjadi di tengah musim kala ia tercatat sebagai satu-satunya pemain Liverpool yang mencetak lebih dari 14 gol di seluruh kompetisi, saat perjalanan musim baru setengahnya. Sekadar catatan, Salah mencetak 14 gol pada November.
Walhasil, total 44 gol, 32 di antaranya di pentas Premier League, menjadi ganjaran menawan dari kesabaran Jurgen Klopp menanti Salah. Legenda Premier League, Alan Shearer, mengungkapkan, kejelian mendatangkan Mohamed Salah seolah menjadi pelengkap dari rangkaian rajutan taktik agresif ala Klopp.
"Sinar Salah akan terus terpendar, dan Salah seolah mengerti bagaimana filosofi bermain ala Liverpool. Saya pikir keindahan Liverpool dan Anfield akan terjaga selama Salah berkarier di sana," sebut Mohamed Elneny, rekan senegara Mohamed Salah, yang berkarier di West Bromwich Albion.