Sosok Mohamed Salah menjadi simpul mimpi Jurgen Klopp yang menjadi kenyataan. PAUL Goldrick tak pernah melupakan apa yang harus dilakukannya pada giornata 35 Liga Italia Serie A 2014-2015. Ia mendapat titah khusus dari jajaran petinggi Liverpool. Tujuannya satu: amati pemain bernomor punggung 74!
Perintah bernada tegas tersebut membuatnya sempat berpikir keras. Ada apa sebenarnya dengan sang pemilik kostum. Saat itu, satu yang ada di kepala Paul Goldrick adalah perasaan 'sia-sia'.
Baca Juga
Maklum, ternyata pemain yang harus dilihat dan diawasi adalah sosok Mohamed Salah. Baginya, nama itu sudah tak asing lagi. Tapi, justru perintah dari manajemen Liverpool itu yang membuatnya asing. Latarnya tak lain adalah keberadaan Salah yang menjadi pemain buangan dari rival Liverpool, Chelsea.
Namun, karena tak ingin kecolongan, Paul Goldrick sampai harus melawat ke markas Empoli (10/5/2015). Sampai di sana, nyaris tak ada yang istimewa dari seorang Salah. Tapi, pikiran Paul Goldrick sedikit berubah ketika Salah mencetak satu gol meski hanya bermain 45 menit, sekaligus membuat Fiorentina unggul 3-2.
Semain penasaran, Paul Goldrick tak melepas bidikannya. Catatannya bertambah ketika pada giornata 36, saat bermain di kandang, Salah kembali mencetak satu gol. Kali ini gawang Parma menjadi sasaran.
Paul Goldrick menutup musim tersebut dengan report sederhana: pemain ini punya potensi. Beruntung, corat-coret tersebut mendapat atensi dari petinggi Liverpool, yang kala itu baru mendapatkan tanda tangan Jurgen Klopp sebagai manajer baru.
Gairah Paul Goldrick mencermati prilaku Salah semakin kentara pada musim berikutnya, saat sang pemain secara mengejutkan menanggalkan kostum Fiorentina, dan beralih ke AS Roma. Tak butuh waktu lama bagi Salah menarik atensi Paul Goldrick.
Magnet Mohamed Salah
Mohamed Salah, yang masih berstatus pemain pinjaman dari Chelsea, berhasil selalu mencetak gol pada tiga pertandingan, tepatnya pada laga ke-4, 5 dan 6. Gawang Sassuolo, Sampdoria dan Carpi, menjadi sasaran tembak pesepak bola asal Mesir tersebut.
Bagi Paul Goldrick, puncaknya terjadi saat giornata pembuka musim 2015-2016. Saat itu, Salah mencetak satu gol dan satu assist saat bersua Udinese. Pertarungan berakhir 4-0, dan tak bisa mengelak kalau Mohamed Salah terpilih menjadi pemain terbaik.
Total 19 gol dalam 41 pertandingan sudah cukup bagi Paul Goldrick guna meyakinkan bosnya kalau Salah sangat cocok. Laporannya-pun singkat. "Anak muda ini akan mencetak banyak gol, percayalah denganku!".
Gayung bersambut, karena manajer Liverpool, Jurgen Klopp, ternyata sangat ngebet mendatangkan pemain bertipikal lincah, breaker namun punya skill individu komplit. Bagi Klopp, satu-satunya pemain yang ada di kepalanya adalah Mohamed Salah, sosok yang bisa menggantikan peran Coutinho.
Akhirnya, diskusi hangat terjadi antara empat orang penting dalam percaturan perburuan pemain Liverpool. Direktur Olah Raga, Michael Edwards, Kepala Tim Pencari Pemain, Dave Follows, lalu Bos Para Agen Pencari Pemain, Barry Hunter, plus Paul Goldrick, saling bertukar pikiran. Kata sepakat-pun muncul: segera boyong Salah.
Alhasil, Mohamed Salah mendarat di Anfield dengan bayaran 42 juta euro atau sekitar Rp735 miliar (kurs 1 euro : Rp17.500). Angka itu bakal naik sampai ke level Rp875 miliar jika Salah sanggup tampil cemerlang dan memberikan trofi.
Sembilan bulan kemudian, kejelian dan kerja keras Paul Goldrick dkk membuahkan hasil. Meski gagal di pentas Premier League, penampilan Salah mampu meng-orkestrasi Liverpool saat berada di lapangan.
Pola Serangan
Keberadaan Salah selalu menjadi bagian penting dari pola serangan Jurgen Klopp. Sang manajer mampu memaksimlakan kapasitas Salah yang bergelar pemain multifungsi. Salah bisa mengatur ritme permainan, menyisir atau mengancam lawan dari area sayap, melakukan penetrasi dari area tengah, sampai berstatus bomber tunggal.
Salah pernah melakoni semua peran tersebut, dengan satu hal yang tak pernah dilupakannya: membuka ruang untuk teman-teman. "Saya senang bisa mencetak gol, dan itu hal yang diinginkan setiap pesepak bola. Tapi, bergembira bersama rekan yang merobek jala lawan karena pergerakanku, sangat memberiku aroma kebahagiaan yang lebih" kata Salah. Komentar tersebut telontar dari Salah ketika dirinya memutuskan pindah dari FC Basel ke Chelsea.
Sebuah ucapan bernada filosofi permainan seorang Salah: boleh ganas dan ambisius, tapi tetap melihat posisi teman. Kompatriot Salah di lini depan Liverpool, Roberto Firmino mengamini apa yang dipertontonkan Salah.
"Dia memberiku kesempatan kalau kami sedang berdua atau bertiga, bersama Mane, di depan gawang lawan. Dia akan mengeksekusi sendiri ketika benar-benar terjepit seorang diri, atau rekan-rekannya terlambat memberi dukungan," beber Firmino.
Kemampuan tersebut membuat Salah berada di titik sentral. Bak orkestra di lapangan, Salah mungkin bisa disebut sebagai konduktor alias sang pemimpin, yang bisa mengarahkan ke mana aliran atau 'nada-nada' bola bergulir.
Salah sudah membuktikan itu sepanjang musim ini, baik di pentas Premier League ataupun Liga Champions. Berkat performa menawan Salah, Liverpool terkenal memiliki trisula maut. Mohamed Salah, Roberto Firmino dan Sadio Mane, menjadi sentral permainan area depan.
Komposisi tersebut membuat Liverpool bisa bermain seimbang, terutama dari sisi agresivitas. Pada area ideal, di belakang trio tersebut ada Oxlade-Chamberlain, James Milner dan Jordan Henderson.
Terlepas dari itu, kehadiran Salah pada awal musim panas tahun lalu mengejutkan sekaligus membahagiakan Jurgen Klopp. Bagaimana tidak, Klopp sudah mengincar Mohamed Salah pada medio 2013.
Klopp Jatuh Cinta
Klopp jatuh cinta saat Borussia Dortmund melakukan pertandingan persahabatan kontra FC Basel pada pramusim 2013-2014. Kala itu, Klopp sudah berujar kalau Salah adalah sosok sensasional.
"Sungguh luar biasa Salah, tak bisa kupercaya ada pemain seperti dia, masih sangat muda namun punya kemampuan lengkap," kata Klopp, mengingat kenangan saat dirinya 'kesengsem' Salah.
Liverpool sebenarnya nyaris meraih tanda tangan Salah pada 2014, namun tak sanggup menyaingi tawaran Chelsea. Tak heran jika talent scouting Liverpool yang berada di Italia, Paul Goldrick, menyerukan The Reds harus membeli Salah, tak ada keraguan lagi bagi Klopp.
Bagi Klopp, sosok seperti Mohamed Salah layak mendapat harga tinggi. Hal itu langsung terbayar saat Mo Salah langsung mencetak gol pada laga perdana berkostum Liverpool, tepatnya gol balasan ke gawang Wigan Athletic.
Kini, Liverpool dan Mohamed Salah seolah dua keping yang tak terpisahkan; Liverpool adalah Salah dan Salah adalah Liverpool. Salah pun tak ragu mengungkapkan rasa cintanya kepada Liverpool.
Kini, Liverpudlian berharap Liverpool sanggup berlari kencang, baik pada final Liga Champions maupun Premeir League musim depan. Mereka berharap, The Reds bisa menyamai sensasi cepat Salah, pemain yang tercatat sanggup berlari 100 meter haya dalam waktu 10 detik.
Seperti halnya kata favorit Salah, yakni 'love' dan sesuatu yang paling membuat Salah marah; 'kekalahan', Liverpool layak berharap alunan orkestra mereka bisa menghibur dan berambisi.