Bola.com, Jakarta - Pelan namun pasti, sosok Zulfiandi menjelma menjadi pemain penting di skema permainan yang dikembangkan oleh kepala pelatih Sriwijaya FC, Rahmad Darmawan. Perannya sebagai jangkar di lini tengah seolah tidak tergantikan.
Sejak didatangkan awal musim ini, pemain asal Aceh ini nyaris selalu menjadi pilihan utama. Ia baru absen saat membela Timnas Indonesia U-23 di ajang Anniversary Cup 2018.
Baca Juga
Pemanggilan dirinya ke timnas menegaskan kalau gelandang angkut air asal Aceh itu berhasil keluar dari masa-masa suramnya kariernya.
Selepas membela Timnas Indonesia U-19, nama Zulfiandi seperti tenggelam. Padahal ia sempat digadang-gadang bakal jadi bintang besar.
Bareng Evan Dimas dan M. Hargianto, sang pemain menjadi otak mesin lini tengah Tim Garuda Jaya besutan Indra Sjafri saat memenangi gelar Piala AFF U-19 edisi 2013.
Namun, begitu berkarier profesional nama Zulfiandi seperti menghilang, kalah populer dibanding dua kompatriotnya. Terakhir, ia tercatat membela Bhayangkara FC. Zulfiandi jadi pemain spesialis cadangan di klub yang musim lalu berstatus kampiun Liga 1.
Kepindahannya ke Sriwijaya FC, karena faktor ingin dapat kesempatan bermain lebih banyak. Bola.com sempat melakukan wawancara dengan pesepak bola belia kelahiran Bireun, 17 Juli 1995. Ia banyak bicara soal masa-masa sulit hingga sosok terpenting yang mendorongnya buat bangkit. Berikut petikannya:
Faktor Rahmad Darmawan
Musim lalu Anda disebut-sebut sempat frustrasi karena kesempatan bermain yang minim di Bhayangkara FC?
Musim lalu saya sempat absen cukup lama karena cedera lutut kiri sehingga praktis hanya bermain di 2 pertandingan saja. Sebagai seorang pesepak bola itu tentu sebuah situasi yang sangat sulit. Sebagai pemain muda saya ingin merasakan jam terbang yang tinggi di klub. Sayangnya, hal itu tak terjadi.
Oleh karena itu saat memutuskan pindah ke SFC di awal musim ini, saya bertekad untuk bangkit, mengembalikan level permainan seperti dulu lagi.
Apa alasan Anda menerima pinangan Sriwijaya FC?
Kehadiran Coach Rahmad Darmawan jadi alasan saya bergabung dengan SFC. Saya sangat bersyukur diberi kepercayaan besar olehnya, hal itu memang sangat dibutuhkan oleh seorang pemain.
Itu juga yang menjadi alasan saya menerima tawaran Sriwijaya FC, dapat jaminan bermain lebih banyak.
Anda melihat diri Anda saat ini seperti apa?
Permainan saya sekarang alhamdullilah kian membaik, tetapi masih harus banyak belajar lagi ke depannya. Menjaga stabilitas permainan tidak mudah. Fokus saya saat ini adalah hal tersebut. Saya ingin karier panjang di dunia sepak bola.
Pembuktian dan Keluarga
Kabarnya Anda sempat merasa sakit hati karena dinilai sudah habis oleh salah satu pelatih?
Ya benar, saya sempat divonis karier sudah habis oleh seorang pelatih (Zulfiandi menolak menyebut identitasnya). Namun, saya tidak sakit hati justru malah membuat saya termotivasi untuk membuktikan bahwa hal itu salah.
Beliau membandingkan saya dengan sesama pesepak bola asal Aceh, Ismed Sofyan, dan mengatakan bahwa karier saya tidak akan berkembang lagi pasca cedera dan menikah muda. Pernyataan itu mencambuk hati saya. Saya ingin membuktikan kalau pandangan itu salah.
Peran keluarga di masa-masa sulit seperti apa?
Keluarga faktor utama yang membuat saya mampu melewati semua cobaan tersebut dengan baik. Mereka memberi suntikan motivasi. Tanpa mereka mungkin saya tidak bisa seperti saat ini.
Saya sendiri sengaja memboyong istri, Oka Patra Dina dan putri Maryam (1 tahun) ke Palembang. Dengan tinggal bersama, saya bisa merasa lebih tenang dan semangat menjalani hari-hari sebagai pemain Sriwiaya FC.
Anda dikenal sebagai sosok yang religius?
Biasa saja jangan terlalu dibesar-besarkan. Bukan karena saya orang Aceh atau gimana, tapi saya beserta istri memang senang mengikuti kajian atau ceramah keagamaan, semua itu membuat saya semakin percaya bahwa dunia hanya sementara, akhirat yang kekal nantinya. Dengan lebih dekat dengan Allah SWT, hidup saya lebih tentram.
Anda kembali dipanggil ke Timnas Indonesia U-23. Yakin bisa jadi bagian penting dari Tim Merah-Putih di pentas Asian Games 2018 nanti?
Saya senang dan bahagia dapat kepercayaan dari Coach Milla. Namun, untuk bisa jadi pilihan utama saya harus berusaha lebih keras lagi. Tidak ada sesuatu yang datang secara gratis. Saya harus kerja keras dan fokus.