'Sikut Lawan, Ronaldo Harusnya Dikartu Merah'

Oleh Tim Boladotnet diperbarui 26 Jun 2018, 08:45 WIB
Kapten Portugal, Cristiano Ronaldo, berduel dengan pemain bertahan Iran, Omid Ebrahimi, dalam laga lanjutan Grup B Piala Dunia 2018 di Mordovia Arena, Saransk, Selasa (26/6/2018) dini hari WIB. (AP Photo/Darko Bandic)

Bola.com, Jakarta Pelatih Iran, Carlos Queiroz mempertanyakan keputusan wasit dalam pertandingan melawan Portugal. Queiroz yang juga warga negara Portugal dan menangani timnas Portugal pada Piala Dunia 2010 itu merasa kinerja wasit dalam laga tadi cukup buruk.

Queiroz menyebut wasit harusnya memberikan kartu merah kepada Cristiano Ronaldo harusnya dihukum dengan kartu merah dalam pertandingan tadi. Pasalnya, Ronaldo dinilai menyikut pemain lawan dengan sengaja pada babak kedua.

Advertisement

Dalam sebuah insiden, Ronaldo terlihat dengan sengaja menyikut Morteza Pouraliganji sekitar 10 menit sebelum laga usai. Wasit Enrique Caceres memberikan kartu kuning saja kepada bintang Portugal itu.

2 dari 5 halaman

Harusnya Merah

Duel pemain Portugal, Cristiano Ronaldo (kanan) dan pemain Iran, Omid Ebrahimi pada laga grup B Piala Dunia 2018 di Mordovia Arena, Saransk, Rusia, (25/6/2018). Portugal dan Iran bermain imbang 1-1. (AP/Pavel Golovkin)

Carlos Queiroz mengingatkan bahwa sikutan dalam sepakbola harusnya dihukum dengan kartu merah, bahkan jika pelakunya adalah sosok terkenal seperti Ronaldo. Selain itu, wasit juga sudah bisa melihat tayangan ulangnya dari berbagai angle kamera.

Morteza Pouraliganji mencoba menghalangi pergerakan Ronaldo untuk melindungi bola. Ronaldo sepertinya tak suka dengan tindakan itu dan mengayunkan sikutnya ke arah wajah Pouraliganji. Menyikut lawan dengan sengaja merupakan pelanggaran dalam kategori violent conduct yang harusnya dihukum dengan kartu merah langsung. Itu lah mengapa Queiroz amat kesal.

"Faktanya adalah anda menghentikan permainan untuk melihat tayang ulang VAR, lalu anda melihat ada sikutan. Setiap sikutan yang disengaja harus diganjar kartu merah kalau kita menuruti aturan FIFA. Aturan itu tidak menyebutkan apakah pelakunya Ronaldo atau Messi, tidak sedikit pun," keluh Queiroz kepada Sky Sport.

3 dari 5 halaman

Seperti Wanita Hamil

Pemain Portugal, Cristiano Ronaldo melepaskan tembakan melewati adangan pemain Iran, Saeid Ezatolahi pada laga grup B Piala Dunia 2018 di Mordovia Arena, Saransk, Rusia, (25/6/2018). Portugal dan Iran bermain imbang 1-1. (AFP/ Jack Guez)

Queiroz memiliki analogi menarik untuk menggambarkan apakah Ronaldo harusnya dikartu merah. Mengingat tindakan Ronaldo masuk kategori pelanggaran berat (violent conduct), maka walaupun sikutan Ronaldo tidak sepenuhnya menghajar wajah Pouraliganji, Ronaldo harusnya tetap dikartu merah.

Situasi itu dianggapnya seperti wanita yang sedang hamil. Seorang wanita tidak bisa sekadar 'sedikit' hamil. Kalau memang sedang mengandung, seorang wanita tetap mengandung.

"Seperti kemarin saat saya menceritakan tentang puti saya yang hamil. Saya perlu tahu apakah saya akan jadi kakek atau tidak. Saya tak mau tahu apakah puti saya hamilnya sedikit atau banyak, tak perlu bukti itu."

"Pelanggaran menyikut lawan itu harus dihukum dengan kartu merah. Yang saya pertanyakan bukan lagi tentang pengetahuan wasitnya, tapi tentang sikap dan keberaniannya dalam membuat keputusan."

"Semua keputusan harus dibuat jelas bagi semua orang. Menurut saya, Infantino (Presiden FIFA), FIFA, dan VAR tidak berjalan baik. Itu realitanya."

4 dari 5 halaman

VAR Tidak Membantu

Pemain Portugal, Ricardo Quaresma (kiri) dan Cristiano Ronaldo merayakan gol ke gawang Iran pada laga grup B Piala Dunia 2018 di Mordovia Arena, Saransk, Rusia, (25/6/2018). Portugal dan Iran bermain imbang 1-1. (AP/Pavel Golovkin)

Queiroz lalu mempertanyakan mengapa dengan bantuan VAR, wasit dan para asistennya masih juga melakukan kesalahan. Saat menggunakan VAR, selain melihat tayang ulang dari berbagai sudut, wasit juga dibantu oleh para ahli video untuk menentukan keputusan.

"Kebenaran harus dihormati dan kita butuh tahu siapa yang sebenarnya menjadi wasit dalam pertandingan. Mood saya sedang buruk, anda bisa lihat sendiri. Jika anda menggunakan VAR, maka pastikan bahwa manusianya jangan sampai melakukan kesalahan. Jika ada satu manusia yang memimpin pertandingan di lapangan dan melakukan kesalahan, kami bisa menerimanya."

Tapi ketika anda sudah punya teknologi tinggi, mendapat pelatihan, ribuan dollar untuk memasang sistem, lima orang di ruang video, lalu mereka tidak bisa melihat sikutan yang sudah jelas. Kartu kuning? Yang benar saja!"

5 dari 5 halaman

Tak Ada Keadilan

Carlos Queiroz

Queiroz menambahkan bahwa timnya lebih layak menang dalam pertandingan tadi. Laga melawan Portugal tadi memang sengit, tapi menurutnya Iran bermain lebih baik dan lebih pantas menang.

"Kami membawa prestise ke Piala Dunia. Laga tadi sangat kompetitif, dari menit ke menit, duel ke duel, melawan salah satu tim terbaik dunia. Tapi saya rasa Iran bermain dengan disiplin dan sikap yang baik."

"Jika melihat cara kami mengendalikan pertandingan, jika ada keadian dalam sepakbola -yang sebenarnya tidak ada- hanya ada satu tim yang layak menang dalam pertandingan ini. Pemenangnya harusnya adalah iran."

"Portugal mengendalikan permainan dan banyak melakukan umpan, itu normal. Tapi dalam hal mengatur pertandingan, sikap kompetitif, keputusan saat menyerang, serta mentalitas bertanding, saya rasa kami lebih layak menang."